bab 4 sacrifice
BAB 4: THE SACRIFICE
ADEGAN 1: RUMAH SAKIT - PAGI HARI
Kamar rumah sakit sederhana di pinggiran kota terasa sunyi. Fred terbaring pucat di ranjang, lengan kirinya dibalut perban tebal. Infus menetes pelahan, wajahnya yang biasanya tegar kini terlihat rapuh. Mike duduk di sampingnya, memegang tangan Fred yang dingin, wajahnya penuh penyesalan.
MIKE (suara bergetar penuh emosi)
"Ayah Fred... Freddy... sahabat terbaikku. (menatap Fred) Dia tewas dua puluh tahun lalu karena melindungiku dari suatu tembakan. Seharusnya aku yang mati, bukan dia."
Sella masuk dengan mata bengkak dan merah. Dia melihat Mike dengan cara yang berbeda—bukan sebagai bandit legendaris, tapi sebagai ayah yang penuh dosa dan penyesalan.
SELLA (duduk di samping Mike, suara lembut)
"Ayah... ini harus berakhir. Kita tidak bisa terus hidup dalam kekerasan dan pelarian. Lydia... aku... kita semua butuh kehidupan yang damai."
MIKE (memandangi Fred yang masih tertidur)
"Dia akan baik-baik saja. Tapi Hans... (menggenggam tangan) dia perlu dihentikan. Bukan dengan cara kita dulu, tapi dengan cara yang benar."
ADEGAN 2: MOTIVASI HANS - KONFLIK EMOSIONAL MENDALAM
*FLASHBACK - 2 HARI SETELAH MIKE HILANG:*
GUDANG KOSONG - MALAM
Hans muda (20 tahun) duduk sendirian di lantai gudang, dikelilingi botol minuman kosong. Wajahnya bingung dan terluka.
HANS (dalam flashback, berbicara pada foto Mike)
"Kenapa, Om? Kenapa kau tinggalkan aku begitu saja? (suara mulai meninggi) Kau janji akan jadikan aku penerus! Kau bilang akan perlakukan aku seperti anak sendiri!"
*FLASHBACK - 5 TAHUN KEMUDIAN:*
MARKAS HANS - SIANG
Hans (25 tahun) sekarang sudah menjadi pemimpin kelompok sendiri. Wajahnya keras, tapi matanya masih menyimpan luka.
REKAN HANS
"Bos, kita bisa ambil alih wilayah timur. Mike sudah tidak ada."
HANS (dalam flashback, wajah dingin)
"Mike... dia lari seperti pengecut. Tapi organisasi butuh pemimpin. Aku akan buktikan aku lebih baik darinya."
KEMBALI KE RUMAH SAKIT - SAAT INI
MIKE (berkata pada Sella dan Hery)
"Waktu tahu ayah Hans tewas dalam misi kita... aku takut Hans akan bernasib sama. Jadi aku... (menunduk) memilih menghilang. Ternyata itu kesalahan terbesarku."
HANS (dalam ingatan Mike, suara penuh sakit)
"Jadi kau lebih memilih menghilang? Membuatku merasa ditolak? Ditinggalkan? Aku... butuh bimbinganmu, Om! Bukan uang atau warisan!"
ADEGAN 3: RENCANA TERAKHIR - PERENCANAAN DETAIL
Mike menggelar peta besar di atas meja rumah sakit. Jaringan Hans ternyata lebih besar dari yang mereka duga—tidak hanya lokal, tapi sudah menjangkau sindikat internasional.
MIKE (menunjuk titik-titik merah di peta)
"Dia tidak bekerja sendiri. Ada sindikat dari Rusia dan Jepang di belakangnya. (menunjuk area pelabuhan) Mereka gunakan import-export sebagai kedok."
HERY (melihat data di laptop dengan mata wide)
"Whoa... ini lebih rumit dari yang kukira. Tapi... (mengetik cepat) sistem keamanannya punya celah. Aku bisa retas dari sini."
MIKE (menggeleng khawatir)
"Mereka punya orang dalam kepolisian. Laporan kita bisa dibelokkan. Kita harus... lebih pintar dari mereka semua."
HERY (menutup laptop dengan sigap)
"Ya udah, apa ide Om? Kita gak bisa main fisik, mereka terlalu banyak."
MIKE (berdiri dengan keyakinan penuh)
"Kita main psikologi. Hans punya ego besar dan dendam masa kecil. Itu kelemahannya."
ADEGAN 4: PENGORBANAN - ADEGAN PERPISAHAN MENGHARUKAN
Mike memakai jas tua yang sudah lama tidak dipakainya—jas yang sama seperti saat dia meninggalkan keluarganya dulu. Wajahnya tegas tapi penuh kerinduan.
MIKE (menghadap Sella)
"Aku akan jadi umpan. Kau dan Hery, evakuasi Lydia dari asrama. Bawa dia ke tempat aman yang sudah kusiapkan."
SELLA (memeluk Mike erat, tak rela)
"Jangaaan, Ayah... aku baru saja menemukanmu... kita baru bertemu... (suara terisak) jangan tinggalkan aku lagi..."
HERY (mendekati Mike dengan wajah serius)
"Om, kalau ketemu Hans, bilang aja kita bawa oleh-oleh. Biar dia lengah dan penasaran."
MIKE (penasaran)
"Oleh-oleh apa?"
Hery memberikan kardus kecil pada Mike.
HERY (tersenyum)
"Gorengan sama es teh manis. Siapa tau dia laper terus gak fokus. Strategi psikologi sederhana."
SELLA (melirik Hery dengan setengah jengkel)
"Ry... kita lagi rencanain operasi serius... main-main aja ih..."
HERY (sok bijak sambil menyender ke dinding)
"Percaya sama strategiku! Perut kenyang, hati senang, musuh pun lemah! Dijamin..!"
MIKE (menepuk punggung Sella dengan penuh kasih)
"Jaga adikmu. Dan... (suara bergetar) maafkan ayah untuk semua tahun yang hilang. Ry, jaga Sella baik-baik ya..."
HERY (memberi hormat dramatis)
"Weiiisss standby Om, 25 jam sehari kalo perlu! Sella aman di tanganku!"
MIKE (tersenyum getir)
"Dasar kau... (memeluk Hery sebentar) aku pergi dulu. Kita pasti menang... kali ini untuk keluarga."
SELLA (tersedu-sedu)
"Iya Ayah... janji hati-hati yah..."
Sella memeluk Mike erat, tak rela melepas. Mike berjalan keluar dengan punggung tegak, seperti kesatria menuju medan perang. Sella menangis dalam pelukan Hery.
HERY (menepuk punggung Sella)
"Sini sayang... jangan nangis... (suara lembut) nanti aku beliin permen karet favoritmu..."
SELLA (tersedu sambil memukul pelan dada Hery)
"Ih resee... lagi sedih-sedihnya bercanda mulu..."
Tapi pelukan Hery terasa hangat dan menenangkan.
