Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 PERJANJIAN BOS MAFIA DAN KETUA GENGSTER

Asap rokok menggantung di udara, menyatu dengan aroma kopi hitam yang sudah dingin di meja kerja. Leonardo menatap layar CCTV yang merekam detik-detik gudang pembuatan Bluesky miliknya dilalap api. Di balik ketenangannya, matanya menyala penuh bara.

“Ini bukan kebetulan,” gumamnya. “ada seseorang ingin menghancurkan ku secara diam-diam."

Leonardo merasa curiga dengan kejadian-kejadian yang dialami nya, "apakah ini ada kaitannya dengan perempuan itu? karena semenjak dia ada disini, pertama ledakan kebakaran di pabrik gudang utama, lalu sepucuk surat ancaman. " Gumam Leonardo, sambil berpikir.

Sementara itu, di lantai atas vila milik Leonardo, Regina membuka matanya perlahan. Langit-langit kamar asing menyambutnya. Ranjang empuk, seprai bersih, aroma lavender semuanya terlalu mewah untuk sebuah tempat pelarian.

Dengan cepat, ia bangkit dan mencari pintu. Tak terkunci. Ia melangkah keluar, menyusuri lorong panjang penuh lukisan mahal.

“Aku harus pergi. Siapa pun dia, aku tak bisa tinggal di sini.”

Namun langkahnya tertahan saat suara berat menggema di ujung lorong.

“Heyyy jangan kabur ...”

Regina membeku. Dua pria berbadan kekar berdiri di depan pintu keluar. Salah satunya mencengkeram lengan Regina.

“Lepaskan!” ucap Regina yang sedang memberontak.

Akhirnya Regina dibawa kehadapan Leonardo.

Saat Regina dibawa ke hadapannya, ia berbalik. Tatapannya tenang, tapi tajam. Ia menatap Regina yang begitu cantik dan indah matanya, Leonardo terkesima.

Regina menatap tajam.." Lepaskan dan biarkan aku pergi.."

Leo menyeringai kecil. “Lucu. Kau kira bisa kabur begitu saja setelah aku menyelematkan nyawa mu?”

Regina menggigit bibir. “Baik. apa yang kau minta, uang, mobil, rumah, Aku akan berikan..”

Leo mendekat, menatapnya dalam. “Sayangnya, harta dan uangmu tak berarti apa-apa dibanding punyaku, aku punya segalanya, dan aku bisa melakukan apa saja.."

Leonardo duduk dan menaruh segelas anggur di meja, lalu berkata pelan,

"Bawa perempuan ini kembali ke kamarnya, lalu kunci jangan biarkan dia kabur"

BAIK BOSS!! " Seru anak buah nya

Regina yang memberontak saat dibawa ke kamar nya kembali, " Lepaskan aku !!! dasar lelaki gila, cepat lepaskan aku ."

Pada akhirnya Regina masuk kembali ke kamarnya semua di kunci ketat agar regina tidak bisa kabur lagi, CCTV di pasang di depan pintu dan jendela kamar yang mengarah ke dalam kamar.

Agar Leonardo bisa memantau lewat Laptop miliknya.

Saat Leonardo melihat Tayangan CCTV yang dari arah jendela kamar ke dalam, ia terus memandangi Regina, tapi Seorang Bos Mafia muda tampan ini sangat Gengsi, angkuh, dan Tegas. ia gengsi dengan perasaan nya yang sedikit mulai mengagumi seorang wanita.

Tiba-tiba ponsel berdering ada panggilan dari nomor yang tidak di kenal.

Leonardo langsung menjawab telepon tersebut..!

Suara di ujung sana pelan, dalam, dan mematikan. Seolah dikeluarkan dari tenggorokan pria yang tak pernah tersenyum.

“Kau tidak perlu repot-repot mengirim anak buahmu menyisir penjuru kota, untuk mencari identitas ku, itu hasilnya akan nihil, tidak akan ada yang bisa menemukan keberadaan ku. Tapi saya tahu siapa kamu... Leonardo Valente.”

Leo tidak menjawab. Hanya alisnya yang sedikit terangkat.

“Saya tidak takut padamu, Leo. Dan saya di sini bukan untuk bermain kucing dan tikus. Bawa kembali wanita itu kepadaku. Jika tidak...”

Suara di ujung sana berhenti sejenak. Nafas berat terdengar, lalu kata-katanya keluar perlahan, penuh ancaman dingin.

“...semua milikmu akan kuhabisi. Beberapa Pabrik Bluesky-mu? yang masih berdiri kokoh. Rumahmu, harta kekayaanmu, satu per satu akan hangus. Dan anak buahmu akan jatuh seperti daun busuk di musim gugur.”

Leo mengepalkan tangan, namun suaranya tetap tenang, dan menjawab “Kau menyentuh wilayahku, dan kau masih cukup bodoh untuk menghubungiku?”

Suara di dalam telepon itu tertawa jahat..

"Hahaha, “Aku tunggu jam sepuluh malam. Di tempat pertama kali kau menemukan wanita itu tergelak. Datang sendiri. Jangan coba main trik kotor.”

Klik.

Sambungan terputus.. !!!

Leo menatap ponselnya beberapa detik sebelum meletakkannya kembali ke atas meja. Kepalanya menunduk, Diam, Tapi aura gelap mulai menyelimuti ruangan.

Leo mendongak. Sorot matanya berubah bukan hanya penasaran lagi, tapi juga marah. Dalam, dan hampir tak bisa dikendalikan.

Leo berjalan pelan menuju jendela, menatap keluar.

“Sekarang semuanya masuk akal. Pembakaran pabrik bukan sekadar serangan bisnis. Surat ancaman itu juga bukan dari pesaing gelap.”Ternyata ini benar, ada kaitan nya dengan wanita itu.."

Malam menuruni langit dengan diam yang berat. Jam menunjuk pukul 21:56 saat Leonardo mengenakan jas hitam pekatnya. Di luar, mobil mewah dengan lampu menyala temaram telah menunggu.

Jack berdiri di ambang pintu, gelisah.

“Bos, biar saya temani. Ini bisa jebakan. Kita nggak tahu siapa orang itu, dan apa yang dia bawa.”

Leonardo berhenti sejenak. Suaranya tenang, tapi penuh penekanan.

“Dia bilang saya harus datang sendiri. Kalau saya bawa siapa pun, ini bisa berubah jadi perang besar.”

Ia menoleh sebentar. “Saya pergi sendiri, Jack. Tapi siapkan tim cadangan. Kalau saya tak kembali satu jam setelah pertemuan ini... kau tahu apa yang harus dilakukan.”

Jack mengangguk pelan, rahangnya mengeras. “Hati-hati, Bos.”

Tanpa kata lagi, Leonardo masuk ke dalam mobil Maybach hitamnya. Mesin meraung halus, lalu kendaraan itu meluncur menuju lokasi yang telah disebut, jalan sepi lahan kosong di dekat pelabuhan lama tempat ia dulu menemukan Regina tergelak, berlumur debu.

Lampu kota perlahan memudar, digantikan cahaya redup lampu jalan yang jarang. Tempat itu sunyi, hanya suara ombak dan angin laut yang bersiul tajam.

Tepat pukul 22:00, sebuah mobil SUV hitam berhenti di seberang. Dari balik bayangan, seorang pria turun. Tubuhnya tinggi, langkahnya tenang, dan wajahnya setengah tersembunyi dalam gelap.

Dom.

“Senang kau datang sendiri, Leo,” katanya tanpa basa-basi. Suaranya sama seperti di telepon—dingin dan menghancurkan.

Leonardo berdiri tegak. “Kau sudah bakar pabrikku, kirim surat ancaman, dan muncul seperti bayangan. Sekarang katakan, apa yang sebenarnya kau inginkan?”

Dom tidak langsung menjawab. Ia menatap Leonardo beberapa detik, lalu mendekat satu langkah.

“Aku hanya ingin satu hal. Kembalikan wanita itu padaku.”

Leonardo mengerutkan kening. “Apa hubunganmu dengannya?”

Dom menatap langsung ke mata Leo. Sorot matanya keras, penuh luka yang tak selesai.

“Dia kekasihku.”

Hening.

Angin berdesir tajam melewati sela-sela pelabuhan yang kosong. Untuk sesaat, hanya suara ombak yang berbicara.

“Kau gila, Setelah kau sudah bakar pabrik gedung utama ku sekarang kau meminta wanita itu ” ucap Leonardo.

“Buatku, keduanya sama saja,” jawab Dom cepat. “Dan kalau kau tetap menyimpannya, aku akan mulai dari yang paling dekat denganmu.”

Dom menjentikkan jari, Anak buahnya yang berdiri di belakang membuka pintu SUV, lalu menarik seorang pria dari dalam terikat dan babak belur. Leo mengenali wajahnya dalam sekejap.

“Marco…” gumamnya. Salah satu pengawalnya yang sudah bekerja bersamanya lebih dari lima tahun.

“Dia masih hidup. Tapi kau tahu aku bisa mengubah itu kapan saja,” ucap Dom ringan, seolah sedang menawarkan anggur.

“Lepaskan dia sekarang, Dom,” kata Leo, suaranya dalam.

“Kembalikan wanita itu kepadaku,” jawab Dom cepat. “Kau punya waktu tiga hari. Kalau sampai lewat... bukan hanya Marco. Tapi seluruh yang kau punya akan aku lumatkan.”

Dom memberi isyarat tangan. Anak buahnya menarik Marco kembali ke mobil, lalu menutup pintu. Dom memberi tatapan terakhir pada Leo.

“Jam sepuluh malam, hari ketiga. Di tempat yang sama. Jangan bawa siapa pun, kecuali wanita itu.”

Tanpa menunggu jawaban, Dom berbalik dan masuk ke mobil. Mesin meraung dan menghilang ke kegelapan, menyisakan malam yang semakin dingin dan sunyi.

Leonardo berdiri di sana, diam. Matanya menatap lurus ke tanah tempat Regina dulu tergelak tak berdaya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel