Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6. Bagaikan buah simalakama

Zaara menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan berpura-pura bersikap bodoh dan terkekeh untuk menghilangkan kecurigaan dari pria yang masih menatapnya dengan tatapan penuh kecurigaan. "Eh ... itu Om, meski aku adalah orang yang sangat miskin dan tidak pernah menginjakkan kaki di hotel mewah bintang 5, tapi aku sering nonton film yang mengatakan bahwa sekali bermalam di hotel, akan menghabiskan banyak uang."

"Akan tetapi, aku tidak tahu tepatnya berapa. Memangnya berapa tarif menginap di sini, Om? Pasti Om sudah mengetahuinya, karena itulah memilih menginap di sini. Memangnya Om tidak punya rumah? Kenapa tidak ke rumah saja? Orang tua Om nanti menunggu kedatangan putra kesayangannya bagaimana?"

"Sebenarnya Om Arkan dari mana dan akan ke mana sih? Melihat dia di bandara dengan membawa koper, menandakan dia baru saja tiba dari luar negeri. Akan tetapi, kenapa dia memilih ke hotel? Atau jangan-jangan ...."

Lamunan dari Zaara buyar seketika saat ia merasakan nyeri di keningnya, karena pria yang sama sekali tidak menjawab pertanyaannya baru saja menyentil keningnya sangat keras.

"Aaarrrghh ... sakit Om." Mengusap keningnya yang terasa panas. "Ya ampun Om, tega banget menyakiti anak yatim sepertiku. Semoga Om tidak mendapat kemurkaan dari Tuhan karena menyakiti anak yatim, karena doa dari seorang anak yatim yang teraniaya sangat mustajab. Jadi, lebih baik Om lebih berhati-hati."

Tanpa menjawab atau pun membela diri, Arkan sudah meraih pergelangan tangan dari gadis kecil itu yang dari tadi tidak bisa diam dan malah banyak berbicara. Ia menariknya untuk masuk ke lobi hotel dan tentu saja saat dirinya berjalan, semua staf hotel sudah berbaris rapi dengan kepala menunduk hormat. Sebagai bentuk penghormatan pada pemilik hotel, semua orang dengan serempak menyapa pria yang sudah berjalan bersama seorang gadis berseragam abu-abu.

"Selamat datang Tuan Arkan."

Arkan hanya menampilkan ekspresi datarnya dan membuyarkan barisan staf hotel dengan cara mengibaskan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya masih menarik tangan gadis SMA itu untuk menuju ke arah lift khusus yang akan membawanya ke ruangan Presidential suite room.

"Kenapa semua pegawai hotel menundukkan kepalanya pada Om Arkan? Memangnya siapa dia?" batin Zaara.

Sedangkan Krisna yang baru saja meminta guest key ruangan kamar terbaik di hotel tersebut, segera berlari untuk mengejar atasannya yang sudah masuk ke dalam lift dan untungnya ia bisa masuk setelah 5 detik berikutnya, pintu lift khusus itu tertutup. Ia berdiri di depan atasannya yang masih tidak melepaskan genggaman tangannya pada gadis yang diketahuinya bernama Zaara tadi, karena ia memasang kuat-kuat indera pendengarannya.

"Aah ... untungnya aku bisa mengejar Bos. Kalau aku sampai kerja lambat, mungkin gajiku akan dipotong bulan ini. Sebenarnya apa yang akan dilakukan Bos pada gadis dibawah umur ini? Apakah Bos akan benar-benar memperkosanya? Jika benar begitu, berarti atasanku adalah seorang pria bajingan. Aku bahkan baru pertama kali bertemu dengannya, karena selama ini hanya berbicara lewat VC saja, jadi aku tidak tahu seperti apakah dia," gumam Krisna.

Zaara dari tadi diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, karena ia merasa berdebar-debar. Bahkan jantungnya seolah seperti hendak melompat dari tempatnya saat itu juga. Ia melirik ke arah pria yang masih berwajah datar itu.

"Om ...."

"Diamlah! Aku sedang tidak mood untuk berbicara, jadi jangan berisik!" sarkas Arkan tanpa menatap ke arah gadis yang bisa dilihatnya tidak berkedip menatapnya. "Jangan terus menatapku, karena aku tidak akan bisa bertanggungjawab padamu jika sampai kamu jatuh cinta padaku karena ketampananku."

Zaara yang dari tadi sangat kesal saat menatap wajah yang memang sangat tampan dengan rahang tegas dan pahatan sempurna di sampingnya, refleks langsung mengerucutkan bibirnya begitu mendengar kalimat bernada sindiran yang memang benar adanya.

"Iiissh ... Om Arkan benar-benar sangat menyebalkan ya, meski apa yang dikatakannya memang benar kalau dia memanglah sangat tampan. Kenapa pria setampan dia bisa sangat menyebalkan, tapi apa maksud dia tadi? Tidak bisa bertanggungjawab jika sampai aku jatuh cinta padanya? Apa jangan-jangan ...."

"Om sudah punya istri ya?" tanya Zaara pada pria dingin di sampingnya, karena ia merasa sangat penasaran.

"Anggap saja begitu," ucap Arkan yang kembali menarik tangan gadis kecil itu begitu pintu lift terbuka.

Refleks Zaara langsung membulatkan kedua matanya dan membekap mulutnya. "Astaga, lebih baik aku tidak dekat-dekat dengan suami orang. Lepaskan tanganku, Om!"

Arkan sama sekali tidak memperdulikan perkataan dari Zaara, karena ia masih tidak melepaskan genggaman tangannya.

Sedangkan Krisna sudah berjalan di area depan, seperti seorang pengiring pengantin yang memandu mempelai. Langkah kakinya berhenti pada ruangan dengan nomor 1403, kemudian ia mengarahkan guest key ke mesin yang terpasang di pintu, untuk membuka pintu kamar hotel. Dan seketika ruangan terbaik di hotel itu terbuka.

"Silahkan Tuan Arkan. Apakah ada yang Anda butuhkan lagi?"tanya Krisna dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Tidak ada, beristirahatlah. Karena aku pun sangat lelah dan ingin beristirahat di dalam kamar bersama mainan baruku," ucap Arkan dengan tatapan penuh seringai jahat pada gadis yang masih digenggamnya dengan cukup kuat. Ia melakukan itu karena mengetahui niatan kabur dari anak di bawah umur yang hampir saja mencuri ponselnya.

"Baik Tuan Arkan, kalau ada apa-apa, segera hubungi saja saya. Saya permisi dulu," ucap Krisna seraya membungkuk hormat dan berlalu pergi meninggalkan atasan dan gadis di bawah umur itu. Kini, di dalam kepalanya tengah memikirkan berbagai macam kemungkinan akan nasib dari gadis yang membuat emosi bosnya.

"Gadis itu mungkin benar-benar berakhir tragis di tangan Bos. Sepertinya Tuan Arkan lebih menyukai para gadis dibawah umur. Kasihan sekali nasib anak malang itu, padahal dia sangat cantik dan polos. Akan tetapi, takdir hidupnya sangat buruk karena bertemu dengan Tuan Arkan. Aaaah ... kenapa aku memikirkan nasib gadis dibawah umur itu? Bodo amatlah, lebih baik aku pikirkan hidupku sendiri," ucap Krisna seraya masuk ke dalam lift khusus yang tadi.

Saat ia berbalik badan, bisa dilihatnya gadis berseragam abu-abu itu terlihat menolak diajak masuk. Hingga pintu kotak besi di hadapannya tertutup dan ia tidak bisa melihat lagi gadis yang tadi ditarik paksa oleh atasannya.

Sementara itu, Zaara masih mencoba menolak saat hendak dibawa masuk oleh pria tampan yang baru saja dijumpainya di bandara. "Om, aku tidak mau masuk. Nanti Om memperkosa aku beneran lagi. Ijinkan aku pulang Om, kasihanilah gadis miskin yatim ini. Sadar Om, ingat istri dan anak di rumah. Jika sampai Om macam-macam padaku, aku akan mengatakannya pada istri Om!"

Zaara menampilkan tatapan tajam agar pria yang berniat menariknya ke dalam kamar hotel itu mau melepaskannya begitu mendengar ancamannya. Namun, usahanya hanya sia-sia karena pria itu sama sekali tidak memperdulikan perkataannya. Karena sudah menariknya masuk ke dalam ruangan kamar hotel dan mengunci pintunya.

Awalnya Arkan ingin tertawa saat melihat tingkah berlebihan dan konyol dari gadis di depannya. Namun, saat ada tamu hotel yang terlihat membuka pintu, ia buru-buru menarik cukup kuat tangan Zaara masuk ke dalam kamar. "Diam gadis nakal! Jangan berisik, nanti tamu VVIP kami terganggu dengan suaramu itu!"

Setelah mengungkapkan ancamannya, Arkan meninggalkan Zaara yang berdiri terpaku di tempatnya dan masih belum mengeluarkan sepatah kata pun untuk menanggapinya. "Masuklah, aku ingin berbicara denganmu!"

"Tidak Om, aku di sini saja," jawab Zaara yang masih bersandar di daun pintu dengan posisi tangan memegangi dadanya. Berada di dalam kamar hotel bersama seorang pria untuk pertama kalinya, tentu saja membuatnya merasa deg-degan dan jantungnya berdetak sangat kencang. Meski usianya sudah 17 tahun, ia belum pernah dekat atau pun berpacaran dengan seorang pria. Sehingga berada di 1 ruangan bersama pria dewasa, membuatnya sangat takut.

"Apakah ini adalah detik-detik aku kehilangan keperawananku? Aku benar-benar sudah masuk ke kandang singa yang akan siap memangsaku kapan saja," batin Zaara.

"Cepat kemari, atau aku yang ke situ gadis nakal," tanya Arkan seraya tersenyum smirk.

Zaara menelan salivanya dan merasa sangat kebingungan mendapat pertanyaan yang bagaikan pepatah buah simalakama. "Astaga, memangnya aku harus menjawab apa? Maju kena, mundur pun kena," batin Zaara.

TBC ...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel