Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5. Mulutmu adalah harimaumu

Mendadak tubuhnya langsung meremang begitu mendengar perkataan menakutkan dari pria yang berada di sebelahnya itu. Zaara menelan salivanya sebelum ia mencoba untuk mengubah ancaman dari pria tampan yang membuatnya sangat tertarik karena wajah tampan dan tubuhnya yang sixpack itu. 

"Om, jangan macam-macam padaku. Bukankah tadi aku sudah meminta maaf pada Om? Apakah aku harus 100 kali meminta maaf padamu agar mau mengampuni dosaku yang telah berbohong di depan semua orang saat di bandara tadi?"

Zaara mengarahkan tangannya untuk menggerakkan lengan kekar pria yang diketahuinya bernama Arkan. "Om Arkan mau mengampuni aku kan?" Menampilkan tatapan puppy eyes andalannya.

Arkan yang saat ini tengah berkosentrasi menatap layar laptop yang baru saja dibukanya, dimana ia sedang memeriksa laporan dari stafnya mengenai hotel yang baru saja beroperasi, merasa terganggu dengan perbuatan dari gadis berseragam abu-abu itu yang merengek seperti anak kecil yang meminta permen pada ibunya.

"Diamlah gadis nakal!" Menatap tajam wajah yang masih sangat imut di sebelahnya, "Jangan mengganggu orang yang sedang bekerja!"

Zaara berjenggit kaget saat mendengar teriakan dari pria yang mengarahkan tatapan menusuknya. "Baiklah Om, kalau begitu turunkan aku di sini. Jadi, Om bisa berkonsentrasi bekerja tanpa merasa terganggu dengan ulahku. Aku harus pulang Om, nanti Ayahku mencariku. Ya ... ya ... ya," mohon Zaara dengan menyatukan kedua tangannya dan lagi-lagi menampilkan wajahnya yang memelas.

"Aku memang ingin menjadi sugar baby, tapi bukan untuk menyerahkan keperawananku. Karena aku hanya ingin mendapatkan kasih sayang dari pria dewasa. Sebenarnya Om ini sangat cocok dan memenuhi syarat, tapi kata-katanya yang bilang ingin menghamiliku membuatku merasa sangat takut."

"Lebih baik aku segera pergi, semoga Om ini mau melepaskan aku. Akan tetapi, aku sama sekali tidak mempunyai uang. Bagaimana aku bisa pulang, masa aku harus jalan kaki? Bodoh ... bodoh ... bodoh, kenapa kamu tadi meninggalkan tas yang berisi dompet dan ponselmu, Zaara! Sekarang kecerobohanmu telah membuat dirimu seperti gelandangan," batin Zaara.

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu sebelum kamu membayar kerugianku gadis nakal!" sarkas Arkan dengan tatapan tajam.

"Astaga, aku benar-benar tidak mempunyai uang untuk membayar Om. Bukankah tadi sudah aku katakan kalau Ayahku hanya tukang ojek dan Ibuku sudah meninggal? Kalau Om tidak mau melepaskan aku, maka aku akan melompat dari mobil," ancam Zaara yang berusaha membuka pintu. Namun, pintu mobil itu langsung di lock oleh pria yang sedang menyetir mobil.

"Sialan, kenapa pintunya langsung di lock oleh supir berengsek itu. Awas saja dia nanti jika sampai aku ketemu di jalan, aku akan menjitak habis kepalanya," batin Zaara dengan mengarahkan tatapannya pada pria yang duduk di balik kemudi.

Arkan terlihat tersenyum menyeringai saat melihat ulah gadis kecil di sampingnya yang sudah mengerucutkan bibirnya dan juga menekuk wajahnya.

"Gadis nakal ini benar-benar membuatku sangat terhibur. Sepertinya aku bisa bermain-main dengannya, untuk menemaniku pergi kemana-mana. Lagipula dia butuh uang, malang sekali nasibmu gadis kecil. Baiklah, aku akan membantumu karena aku merasa kasihan padamu," batin Arkan.

Tanpa berniat menanggapi kemarahan dari gadis kecil yang sudah terlihat menyerah karena merasa frustasi atas kegagalannya, Arkan kembali menatap layar laptop dan mulai memeriksa laporan dari orang kepercayaannya mengenai hotel miliknya.

Sedangkan Zaara masih merasa deg-degan karena memikirkan perkataan menakutkan dari pria yang tidak memperdulikannya. Otaknya tengah mencari cara untuk kabur dari om tampan itu.

"Sepertinya nanti aku kabur saja dengan berlari sekencang-kencangnya saat Om sudah turun dari mobil. Ya, cuma cara itu yang bisa aku lakukan, karena tidak ada jalan lain untuk kabur. Ayo Zaara, kamu pasti bisa! Semangat," gumam Zaara untuk memberikan sebuah semangat untuk dirinya sendiri.

Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 30 menit, mobil mewah yang membawa Arkan telah berbelok ke area hotel bintang 5 yang tak lain adalah usaha baru miliknya. Selama 5 tahun bekerja di Amerika, ia mempunyai banyak koneksi dan menjadi orang kepercayaan dari pimpinan perusahaan tempat ia bekerja. Karena ia selalu bersikap patuh dan selalu menuruti perintah dari atasannya, sehingga banyak orang yang menyukainya. Karena ia dikenal sebagai seorang pria pendiam, bertanggungjawab dan sangat jujur.

Karena tekadnya untuk menjadi orang sukses sangat besar, ia benar-benar banting tulang siang dan malam agar bisa menggapai mimpinya yang ingin segera merebut kekasihnya kembali dan membawanya ke Amerika. Karena ia mempunyai rencana untuk menetap di sana setelah berhasil membawa wanita yang masih sangat dicintainya itu. Apalagi ia masih dipercaya oleh pimpinan perusahaan yang masih menunggu kedatangannya untuk kembali memimpin perusahaan.

Hal itu dikarenakan atasannya tidak mempunyai keturunan untuk meneruskan perusahaannya. Dan nasib baik berpihak padanya, karena atasannya itu sangat mempercayainya melebihi saudaranya sendiri yang memang mengincar perusahaannya. Terkadang keluarga sendiri bisa menjadi duri dalam daging, dan kata-kata itu selalu didengar olehnya saat bosnya selalu berkeluh kesah mengenai saudaranya.

Dan seperti sekarang ini, Arkan bisa mendirikan hotel mewah di Jakarta dengan bantuan dari bosnya yang sudah mengangkatnya sebagai anak. Bahkan sudah disahkan secara hukum, sehingga ia berhak atas kekayaan milik pria berkebangsaan asli Amerika yang bernama Pieter Anderson. Sekarang nama belakangnya adalah Anderson, sehingga ia namanya sekarang menjadi Arkan Calief Anderson.

"Kita sudah sampai di Hotel Marine, Tuan Arkan," ucap Krisna yang dari tadi sudah mematikan mesin mobil, tapi atasannya itu tidak menyadarinya karena fokus dengan pekerjaannya. 

"Oh ... jadi kita sudah sampai." Arkan menutup laptopnya dan melirik sekilas ke arah gadis berseragam abu-abu itu. "Cepat keluar gadis nakal!"

"Iya Om," ucap Zaara yang langsung berniat membuka pintu di sebelahnya, tapi ternyata masih dikunci. "Ini kenapa dikunci Om." Menatap tajam ke arah pria di depannya, berharap mau membuka pintu mobil 

Arkan turun dari mobil tanpa memperdulikan keluhan dari gadis yang terlihat masih berusaha untuk membuka pintu di sebelah kirinya. "Hei gadis nakal, keluar lewat pintu yang sudah dibuka bodoh!" 

"Sepertinya kamu mau kabur dariku gadis nakal. Dasar bodoh, tidak semudah itu untuk lari dariku," batin Arkan.

"Iya, Om." Zaara tentu saja bersungut-sungut di dalam hati saat ia keluar dari mobil dan sudah dijaga oleh pria tersebut. Sehingga ia tidak bisa lari untuk kabur. 

"Gawat ini, rencanaku untuk kabur telah gagal. Bagaimana ini? Mama, tolong anakmu ini. Om tampan ini mau merenggut kesucian putrimu. Apakah aku harus berakhir hamil diluar nikah? Bahkan dari kecil, hidupku selalu menderita. Apakah sekali lagi aku harus hidup menderita? Tidak, aku tidak akan menderita lagi. Aku harus bahagia, mungkin aku harus mengubah pikiran dari Om Arkan agar tidak berbuat jahat padaku. Semoga berhasil, karena aku merasa yakin dengan pilihanku. Bahwa Om Arkan adalah sosok pria yang baik, semoga," batin Zaara.

Zaara sudah menapak jalan yang merupakan area parkir hotel, tatapannya mengamati bangunan hotel bintang 5 di depannya. Tentu saja ia mengetahui hotel di depannya karena sering datang ke sana untuk makan malam di area restoran yang ada di dalam hotel. "Om mau menginap di hotel mewah ini? Wah ... bukankah di sini sangat mahal tarif per malamnya, Om?" 

Arkan mengerutkan keningnya karena merasa sangat aneh mendengar perkataan dari gadis SMA miskin itu yang mengetahui bahwa tarif di hotelnya sangatlah mahal. "Hei gadis nakal, darimana kamu tahu kalau tarif di sini mahal? Memangnya kamu pernah datang ke hotel ini?"

Zaara yang tersadar dari kebodohannya langsung menelan salivanya dan merasa sangat kebingungan untuk menjawab pertanyaan dari pria yang mempunyai umur jauh lebih tua darinya yang sedang mengarahkan tatapan penuh kecurigaan.

"Dasar bodoh kamu Zaara, kenapa kamu tidak bisa menjaga mulutmu? Ternyata benar apa kata pepatah, mulutmu adalah harimaumu," batin Zaara.

TBC ...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel