Part 4
Gadis itu tergeletak lemah di bawah lantai tanpa busana meringkuk seperti kucing yang membutuhkan pelukan dari seorang ibu.
Matanya terus meneteskan air mata, memar memar di tubuhnya masih nyeri, keperawanan yang direbut dengan sangat kasar membuatnya merasakan perih yang amat sangat, sedikit darah masih menempel di sebagian selangkangan nya yang sedikit mengering.
Tubuhnya mulai merangkak ingin mengambil sesuatu namun ia terjatuh lag,i "aaahhhh,"
Larry yang tadinya terlelap menjadi membuka matanya, melihat Fusya yang kewalahan ingin mengambil selimut ia turun dan langsung mengendong nya diatas kasur.
Ia melihat banyak sekali bekas merah sedikit biru di bagian dada, perut leher dan pahanya.
"Apa kau menyesal memberikan nya padaku?"
"Aku tidak memberikan nya untukmu..tapi kau yang memaksaku," Fusya memalingkan wajahnya dari hadapan nya.
Ia memasukan 2 jarinya ke dalam kewanitaan nya.
"Hentikan, kau pria tidak berperasaan sama sekali, tidakkah kau lihat kondisiku,"
"Yah aku melihatnya....aku punya mata,"
~
Larry pergi ke sebuah toko dan membeli beberapa bahan untuk memasak .
Ia berjalan sendiri dengan membawa keranjang roda, ketika melewati jalanan dimana tempat itu adalah koleksi underware wanita sejenak Larry berhenti dan meliriknya.
Menarik 5 dari koleksi itu dan memasukan nya didalam keranjang roda, Ia juga membeli lingerie yang seksi ketika menemui tempat-tempat pakaian dalam wanita.
Seusai membayar ia menuju mobil dan pergi.
Tanpa Larry sadari ada sebuah mobil hitam telah membuntutinya hingga sampai di apartemen yang ia tinggali saat ini.
Larry membuka pintu apartemen nya dan melihat gadis tersingkup dipojokan meletakan kepalanya di sandaran tembok.
"Kenapa kau tidak mandi aku sudah meninggalkan mu selama 1 jam,"
Gadis itu tidak menatapnya, tidak menjawabnya tidak merespon apa yang dikatakan nya.
Larry memegang kedua pundak nya "jika ada orang yang bicara itu tatap matanya,"
Fusya mengambil vas bunga di atas nakas lalu di pecahkan tepat di jidat kanan nya, " lepaskan aku! jangan sentuh aku dengan tangan biadab mu itu"
Larry memegangi kepalanya punggung tangannya spontan menampar gadis itu berulang kali ke kanan dan ke kiri hingga terjatuh dan membekas biru disana .
"Ayok cepat mandi " menjambak rambutnya dan menggeret nya seperti binatang di dalam kamar mandi.
Megerujuknya dengan air shower dan memegangi tubuhnya yang lemas agar tidak jatuh .
~
"Jadi Larry bersama seorang perempuan di sebuah apartemen," ucap lelaki dengan setelan tuxedo nya.
"Iyah boss,"
"Aku ingin melihat nya, buat rencana agar rencana kita berjalan lancar,"
"Baik, boss,"
***
Fusya menangis kencang di sebuah dua pemakaman dimana itu adalah makam ayah dan ibunya.
"Ibu...ayah...." Menangis dengan sangat kencang.
"Kenapa ibu...kenapa ayah... kenapa ini harus terjadi kepadaku,"
Satu tangan pundak lelaki menyentuhnya dan membuat kaget dirinya, ia menoleh menatap lelaki yang sangat tampan, "si..siapa anda,"
"Maaf saya tidak bisa melihat seorang wanita menangis, jadi izinkan saya untuk membantu sedikit masalah anda," ucapnya dengan lembut.
"Tidak perlu, pergilah ini bukan urusanmu,"
Lelaki itu mengangkat tubuh gadis itu dan melihat ada dua luka di pipi kiri dan pipi kanannya.
"Mari ikutlah bersama ku, aku akan mengobatinya,"
Lelaki itu mengajak nya ke rumahnya dan menyuruhnya untuk tidur dikamar.
Dengan keras Fusya menolak namun terlalu memaksa untuk tidur disana membuatnya harus menuruti perintahnya.
Ia mengambil beberapa alat pemeriksaan dan memeriksa bagian dadanya, mengambil obat luka lalu di tempelkan di pipi kiri dan kanannya.
"Perkenalkan aku adalah seorang dokter, namaku Evan, jika boleh tahu siapa kah namamu?" Tanya evan.
"Fusya,"
"Kenapa banyak sekali luka di tubuhmu, seperti nya itu luka baru, maaf jika lancang, namun kurasa kau membutuhkan teman curhat," Ucap Evan, dengan mengamati warna kebiruan di pipinya.
"Aku tidak apa-apa," sahut Fusya.
"Baiklah aku tidak memaksa," ucap Evan.
Di luar ruangan terdengar jelas suara gedoran pintu yang sangat keras mungkin jika pintu itu tidak di desain kuat maka robohlah sudah.
Evan segera menghampiri dan membuka pintu nya .
Satu tonjokan telah melayang di wajahnya ketika Evan membuka pintu itu.
"Bisakah kau bersikap lembut kepada pemilik rumah ini," mencoba menutup kembali pintu itu namun di tahan oleh Larry.
"Diam kau, katakan dimana Fusya," menerobos pintu itu dan berhasil masuk.
"Kenapa kau menjadi seperti itu,"
Larry berlari dan menuju kamar Evan secepatnya mengebrak pintu itu dengan kakinya, terlihatlah gadis berambut panjang memeluk bantal disana.
Ia menghampiri dan menarik tangannya, "pergi dari tempat ini atau aku patahkan tulang-tulang mu," ancam Larry.
"Larry lepas sakit," ucap Fusya memukul tangan Larry.
Evan tidak tinggal diam ia meninju muka Larry dengan kepalan tangannya, "bersikaplah lembut pada seorang wanita,"
Tangan satu Larry memberi pukulan terhadap Evan yang mencoba menghalangi sehingga Evan terjatuh "jangan ikut campur,"
Evan berdiri mencoba menonjok dan siap dengan tangan yang ia kepalkan ketika kepalan itu di layangkan Larry yang mengetahui itu menarik lengan Fusya di arahkan di depannya, "bugh," satu pukulan keras menghantam hidung gadis itu.
Gadis itu jatuh pingsan ambruk, hidungnya menjadi penuh darah.
"Lihatlah siapa yang lebih kasar sekarang," Larry tersenyum miring.
Evan merasa bersalah telah salah memukul kali ini, mencoba mendekati nya namun tubuh yang pingsan itu telah di gendong terlebih dahulu dan membawanya pergi.
