Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 17 Pertanda

Bab 17 Pertanda

Abian dan Calya bersama-sama meninggalkan warung bu Ema. Di perjalanan pulang, Calya bertanya kepada Abian tentang warung Bu Ema, "Bian, sering ramai anak sekolah ya di warung itu?"

"Iya, Cal. Kenapa?" tanya Abian kembali.

"Kamu juga ikut kumpul di situ?" tanya Calya tanpa menjawab pertanyaan Abian.

"Tidak sering. Jika di rumah bingung mau lakuin apa di rumah setelah pulang sekolah, aku ikut kumpul di situ dengan teman-temanku," ucap Abian.

"Berarti sesudah antar aku pulang, kamu ke sana?" tanya Calya lagi.

"Sepertinya tidak, kenapa? Kamu nanya begitu mau ikut aku kumpul ya? Tidak usah, banyak laki-laki," ucap Abian melarang.

"Tanya saja. Aku hanya sekedar mau tahu saja," ucap Calya.

"Oh, begitu. Pokoknya kamu jangan sesekali sendirian ke warung ya," ucap Abian.

"Kenapa?" tanya Calya.

"Intinya, jangan. Nurut saja ya anak baik," ucap Abian.

"Baiklah. Besok sudah Sabtu, jangan lupa janji kita," ucap Calya mengalihkan ketopik pembicaraan yang lainnya.

"Sabtu? Ada apa?" ucap Abian yang lupa.

"Kamu masa lupa Sabtu kita janjian apa? Kamu ini masih muda kenapa cepat sekali lupanya," ucap Calya sambil memegang dan menggoyangkan sedikit pelindung kepala Abian.

"I--iya, Cal. Kepalaku terguncang di dalam Cal!" ucap Abian.

"Jadi, sudah ingat belum kita Sabtu mau apa?" tanya Calya kembali.

"Iya, iya, sudah ingat Cal," ucap Abian dengan memegang pelindung kepalanya.

"Bagus. Jangan lupa!" ucap Calya mengingatkan kembali.

Abian hanya terdiam dan tidak menjawab Calya. Abian fokus dengan jalan rumah Calya dan mereka berdua telah sampai di rumah Calya. Calya turun dari motor Abian dan menawarkan Abian untuk singgah sebentar di rumah Calya.

Abian awalnya menolak karena ingin cepat pulang. Namun, Calya memohon pada Abian untuk sebentar saja singgah di rumahnya. Abian pun menurutinya dan ia pun mematikan kendaraannya dan turun bersama dengan Calya menuju halaman rumahnya.

Calya pun senang Abian menuruti Calya untuk singgah sebentar saja di rumah Calya. Abian seperti biasa menunggu Calya mengganti seragamnya di halaman rumah sendirian. Calya meninggalkannya di halaman rumah dan mengganti bajunya.

"Kamu tunggu di sini ya, seperti biasa," ucap Calya.

"Iya, iya. Sana ganti bajunya dan mandilah jika mau. Aku tunggu," ucap Abian mendekatkan diri dengan kursi.

"Baik. Terima kasih, ganteng," ucap Calya meninggalkan Abian seorang diri.

Abian sedikit terkejut dengan Calya yang memanggilnya berbeda. Abian berpikir, "Calya, kamu kemasukan apa pulang-pulang jadi aneh tingkah kamu." Abian menunggu Calya sambil melihat-lihat koleksi tanaman bunga yang berjejer di halaman rumah Calya.

Satu persatu ia lihat dan Abian terlihat mengelilingi halaman rumah Calya. Abian pun tidak bisa diam seperti biasanya ketika ke rumah Calya. Kali ini ia berkeliling melihat-lihat rumah Calya. Ia tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Hingga Calya telah selesai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya menemui Abian yang berkeliling di halaman rumahnya.

"Bagus ya tanaman Mamaku?" tanya Calya yang mengagetkan Abian.

Abian terkejut dan berkata, "Ah, iya lihat-lihat saja, Cal."

"Kamu mau tanamannya?" ucap Calya.

"Tidak, aku hanya lihat saja. Bunganya cantik-cantik, terawat sekali," ucap Abian berjalan mendekati Calya.

"Oh, kiranya kamu mau," ucap Calya.

"Gratis mau, hehe," balas Abian.

"Kamu ini hidup di dunia mana semua inginnya gratisan saja," ucap Calya.

Abian tidak menjawab dan meminum teh yang dibawakan oleh Calya dari dalam rumahnya. Abian menyeruput sedikit demi sedikit teh yang ia pegang. "Manis ya tehnya," ucap Abian.

"Kamu tidak suka manis ya?" tanya Calya.

"Suka, apalagi manisnya kayak kamu. Aku jelas lebih tambah suka," ucap Abian di depan Calya.

Calya dengan spontanitas ia terkejut mendengar Abian berkata itu. Calya merasa seperti ada maksud yang tersirat dari perkataan Abian yang baru saja terlontarkan. Calya tidak menjawab Abian, hanya mendengarkan saja Abian berkata seperti itu.

Abian pun meminum teh buatan Calya hingga tetes terakhir. Mereka pun melanjutkan ngobrol berdua di halaman rumah Calya hingga waktu malam memisahkan mereka. Abian pun bersiap-siap dan berjalan ke arah motornya. Calya mengikuti Abian dari belakang.

Abian memakai perlengkapan motorannya dan menghidupkan motornya. Sekali lagi Calya mengingatkan Abian untuk tidak lupa di hari Sabtu jalan bersama dengannya. Abian pun menganggukkan kepalanya dan berpamitan kepada Calya untuk pulang.

Abian pun meninggalkan Calya dan berjalan menjauhi rumah Calya hingga tidak lagi terlihat oleh Calya. Setelah Abian jauh dari rumahnya, Calya menutup pintu pagarnya dan membereskan gelas dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Di dalam rumah, mama Calya bertanya pada Calya laki-laki yang ia bawa ke rumah. Mama Calya terlihat berkeinginan mengetahui Abian dengan sangat. Calya yang malu-malu dengan mamanya sendiri menjawab pertanyaan mamanya dengan senyum-senyum.

"Cal, itu siapa tadi?" tanya mama Calya.

"Bukan siapa-siapa, ma, hehe," jawab Calya.

"Ah, kamu ini dengan mama disembunyi-sembunyikan. Pacar kamu ya?" ucap mamanya tersenyum.

"Bukan, mama. Teman biasa saja, teman sekelas Calya," ucap Calya.

"Kalau kesini lagi, lain kali ajak masuk kenalin ke mama ya?" ucap mama Calya.

"Mama ini," ucap Calya dan meninggalkan mamanya sendirian di dapur.

Calya pun pergi memasuki kamarnya dan berbaring di kamarnya mengistirahatkan dirinya yang telah lelah bersekolah. Ia tersenyum-senyun sendiri menatap langit-langit kamarnya seakan-akan sedang membayangkan sesuatu.

"Abian," ucap Calya sambil tersenyum.

"Kamu ini sebenarnya sadar tidak kalau kamu itu disukai banyak perempuan tapi dekatnya dengan aku. Pakai gombal-gombal aku lagi," ucap Calya semakin tersenyum. Ia pun menutup senyumannya dengan memeluk bantal guling.

Abian telah sampai di rumahnya segera membersihkan dirinya yang telah bau dan lengket karena keringatnya. Ia merasa ada yang aneh dengan rumahnya. Dari luar, rumahnya terlihat begitu terang. Padahal Abian tahu jika kedua orang tuanya tidak mungkin pulang kerja terlalu cepat.

Abian pun mengendap-endap masuk ke rumahnya seperti bukan rumahnya sendiri. Ia pun membuka pintu rumahnya secara perlahan-lahan dan melihat kanan dan kiri seisi rumahnya. Abian pun masuk dengan sangat hati-hati dan memegang payung yang berada di pintu masuk rumahnya.

"Rumah terang seperti ini apa mama sudah pulang ya? Tetapi mengapa sepi sekali," ucap Abian sendiri.

Ia mendengar suara berasal dari dapur rumahnya. Ia berpikiran aneh saat mendengar suara tersebut dari dapurnya. "Waduh, malingnya tau tempat barang-barang tajam di dapur," ucap Abian yang yang semakin ketakutan.

Ia mengendap-ngendap menuju dapurnya yang berisik. Sesampainya di dapur ia dikejutkan dengan mamanya yang sedang mencuci piring. Ia pun merasa sedikit lega dan menghampiri mamanya.

"Ma, kenapa pulang tidak kabari Abian?" tanya Abian.

"Mama lupa, Abian," ucap mama Abian seolah tidak terjadi apa-apa.

"Mama bikin Abian kaget waktu di depan rumah. Kenapa rumahnya terang padahal Abian belum saja sampai ke rumah. Abian pikir ada maling," ucap Abian.

"Haha, Abian, mana ada nak, pencuri mau mencuri barang di rumah orang hidupin lampu. Kamu ini ada-ada saja. Yang ada, pencurinya ketahuan sama orang," ucap mama Abian tertawa.

"Namanya juga kaget, Ma. Mana papa ma?" tanya Abian.

"Papa belum pulang. Mama hari ini lagi tidak banyak kerjaan jadi bisa pulang cepat," ucap mama Abian.

"Oh, begitu. Mama jadi naik taksi sendiri?" tanya Abian.

"Iya," jawab mama Abian.

"Oh, ya sudah kalau begitu Abian naik dulu ya ma. Abian mau mandi," ucap Abian meninggalkan mamanya di dapur sendirian.

.

Bersambung.....

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel