Bab 18 Jalan-jalan Part I
Bab 18 Jalan-jalan Part I
Abian menuju kamarnya dan segera membersihkan dirinya yang telah kotor. Abian tidak terlalu lama mandi seperti hanya mengguyur tanpa memberi sabun pada badannya. Setelah lama ia membersihkan dirinya, ia memakai pakaian dan berbaring.
Ia sempat terpikirkan Calya dalam pikirannya. Ia merasa dirinya aneh akhir-akhir ini karena sering memikirkan Calya. Walaupun ia berusaha menepisnya, Calya tetap datang dipikirannya. Ia merasa ada yang salah pada dirinya.
"Kenapa ya selalu Calya dipikirkanku. Calya belum tentu akan berlaku sama denganku," ucap Abian sedikit menepis.
"Kalau Calya berpikiran sama denganku, apa hubungan ini akan terus seperti ini?" tanya Abian dalam keraguannya.
Ia pun menepis pikirannya dengan menyalakan televisi dan menonton film-film yang ada disiaran televisi. Ia menonton hingga lupa mengabari Calya bahwa ia telah sampai di rumahnya sedari tadi.
Kring...
Dering telepon Abian yang berada di meja samping tempat tidurnya. Ia menggapai handphonenya yang berdering dan mengangkatnya.
"Halo?" ucap Abian.
"Kamu ini kalau sudah di rumah bilang ke aku. Aku pikir kamu kenapa-kenapa di jalan karena dari rumahku tidak ada lagi kabar dirimu sudah di rumah atau belum. Jika nanti kalau ada apa-apa di jalan bagaimana?" terdengar suara Omelan Calya.
"I--iya. Maaf, tidak aku ulangi lagi," ucap Abian.
"Ya, sudah kalau begitu. Aku matikan teleponnya," ucap Calya.
"Tidak mau ngobrol dengan aku Cal?" ucap Abian.
"Ah, sudah, tidur! Ingat janji kita besok," ucap Calya.
"Iya, iya. Ya, sudah, selamat tidur," ucap Abian mengucapkan pada Calya.
"Iya, selamat tidur juga, Bian," ucap Calya mengakhiri perbincangan teleponnya dengan Abian.
Abian pun melihat jam dindingnya mengapa Calya begitu marah ketika ia lupa mengabarinya. Ternyata sudah dua jam lebih Abian berada di rumah tanpa mengabari Calya karena ia keasyikkan menonton televisi.
"Baru kali ini aku dimarah dengan Calya. Tidak ada titik komanya lagi dia kalau sudah marah," ucap Abian.
Abian mengingat janji dengan Calya dan takut besok akan kesiangan janjian dengan Calya, Abian pun mengakhiri aktivitas menontonnya dan segera tidur. Sebelum tidur, ia sempat tersenyum sendiri saat Calya mengucapkan selamat tidur untuknya. Ia pun semakin tidak sabar bertemu dengan Calya keesokan harinya.
"Selamat tidur, Cal," ucap Abian tersenyum dan memejamkan kedua matanya.
****
Keesokan harinya, Abian bangun dari tidurnya sesuai dengan pengatur waktu yang telah ia tetapkan di malam harinya. Ia segera mandi dan bersiap-siap bertemu dengan Calya. Abian mandi tidak seperti biasanya. Kali ini ia ingin tercium harum berada di dekat Calya, agar Calya terus menempel pada Abian.
"Apa mandi kali ini harus habis sabun sebotol?" ucap Abian pada dirinya sendiri.
"Jangan bodoh, Abian. Setelah mandi kamu bisa pakai parfum supaya lebih wangi," balas dirinya sendiri.
Hari ini Abian terasa seperti kencan dengan sahabatnya sendiri. Kenyataannya, ia hanya menemani Calya yang ingin mencuci mata melihat-lihat isi dalam mall dan menikmati perjalanan.
Setelah melakukan ritual mandi yang begitu lama, ia segera memilih-milih pakaian di dalam lemarinya agar kelihatan lebih ganteng dari biasanya ketika ia berada di sekolah. Entah mengapa, jalan berdua kali ini dengan Calya membuat perasaannya begitu sangat senang. Padahal, ia dan Calya setiap hari bertemu di sekolah.
Abian pun menyemprotkan parfumnya ke seluruh tubuhnya hingga tercium wangi yang begitu pekat dan menempel di hidung. Ia pun menuju lantai bawah dan berpamitan denga kedua orang tuanya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.
Mama Abian terheran-heran melihat anaknya begitu rapi, bersih, ganteng dan wangi. Mamanya mendekati Abian, "Mau kenapa kamu?" tanya mama Abian.
"Mau pergi ma," ucap Abian.
"Sama perempuan ya?" balas papa Abian dari jauh.
"Tahu dari mana pa?" tanya mama Abian yang kebingungan melihat anaknya berbeda dari biasanya.
"Dulu papa gitu kalau mau pergi dengan mama. Wajib wangi yang harus ke cium dari jarak jauh, harus ganteng biar mama suka sama papa," ucap papa Abian.
Dengan mulut yang dipenuhi roti, Abian menjawab, "Benar sekali papa. 100 buat papa."
Mama Abian mulai penasaran siapa perempuan yang mendekati Abian. Mamanya pun bertanya pada Abian, "Siapa perempuannya? Teman sekolah kamu?"
"Iya, ma."
"Namanya siapa? Kapan-kapan kenalin ke mama ya. Mama mau tau anaknya yang mana," ucap mama Abian dengan tersenyum.
"Mama," ucap Abian tersipu malu.
Setelah makan, Abian berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk segera pergi menjemput Calya. Mama Abian bertanya kepada Abian, "Pakai motor nak?"
"Iya, ma. Jadi?" tanya Abian.
"Ini, pakai mobil papa. Mama sama papa tidak kemana-mana juga hari ini," ucap mama Abian memberikan kunci mobilnya kepada Abian.
"Sudahlah ma, naik motor saja," Abian menolak kunci mobil papanya.
"Jangan begitu. Sudah pakai aja. Jangan sampai anak gadis orang kehujanan nanti di jalan basah-basahan. Sudah pakai aja ini," ucap mama Abian.
Abian pun menerima kunci mobilnya dan segera menuju rumah Calya. Mama Abian mendukung Abian mendekati perempuan yang belum diketahui oleh mamanya dengan memfasilitasi Abian mendukung pertemuannya.
"Calya, aku berangkat ke rumah kamu," Abian mengirimkan pesan pada Calya dan meninggalkan rumahnya menuju rumah Calya.
Abian yang berada di dalam mobil merasa sangat deg-degan. Jantungnya berdebar sangat kencang. Ia pun mendengarkan lagu-lagu di dalam mobilnya agar bisa menenangkan hatinya yang berdebar-debar sangat kencang.
Di rumah Calya, Calya telah bersiap-siap bertemu dengan Abian. Calya mendapat notifikasi dari Abian bahwa Abian telah menuju rumahnya. Calya pun menungguinya di halaman rumahnya. Mama Calya yang melihat anaknya sudah rapi seperti ingin pergi menanyakan pada Calya.
"Mau kemana Cal? Tapi sekali kamu," tanya mama Calya.
"Mau pergi jalan-jalan ma," ucap Calya.
"Dengan siapa? Laki-laki kemarin ya?" ucap mama Calya tersenyum-senyum.
"hehehe, mama, iya sama yang kemarin," ucap Calya tersipu malu.
Mama Calya meninggalkan Calya sendiri di halaman rumahnya. Namun karena mama Calya yang sangat ingin tahu, mamanya mengintip dari jendela rumahnya yang gelap. "Anakku ini diam-diam ternyata sudah dekat sama yang lain," ucap mama Calya di balik jendela.
Abian pun sampai di depan rumah Calya. Awalnya Calya tidak mengetahui bahwa yang berada di dalam mobil ialah Abian. Calya masih terduduk di halaman rumahnya menunggu Abian. Namun, saat Abian keluar dari dalam mobilnya, Calya terkejut dan berpikir, "Kenapa Abian bawa mobil? Padahal hanya jalan-jalan biasa saja."
Abian pun menghampiri Calya dan mengajak Calya masuk ke dalam mobilnya. Mama Calya yang sedang mengintip melihat anaknya di jemput dengan sopan sangat senang dan tersenyum sendiri dibalik jendela itu.
Calya bertanya kepada Abian, "Kamu kenapa bawa mobil? Mana motor kamu?"
"Mama aku suruh. Mama aku tidak mau perempuan yang dekat samaku kenapa-kenapa. Jadi dipaksa bawa ini," ucap Abian.
"Oh, begitu. Ya, sudah Ayo pergi," ucap Calya.
"Mama dan papamu mana? Aku harus izin dulu dengan orang tuamu bawa kamu. Masa aku main pergi saja dengan kamu," ucap Abian.
"Sebentar kalau begitu, aku panggil namaku dulu," ucap Calya.
Mama Calya yang mendengar percakapan Calya dan teman laki-lakinya buru-buru menjauhi jendela dan segera menuju ke dapur agar tidak terlihat ia sedang mengintip anaknya bersama dengan teman laki-lakinya.
"Ma, temanku mau izin sama mama," ucap Calya menghampiri mamanya.
"Oh, iya," ucap mama Calya dan berpura-pura tidak mengetahuinya.
Calya dan mamanya menuju Abian yang berada di depan rumah. Mama Calya tersenyum kepada Abian dan Abian bersalaman dengan mamanya Calya. Abian pun meminta izin mama Calya untuk pergi bersama dengan Calya.
"Bu, saya izin bawa Calya jalan-jalan," ucap Abian.
"Iya, nak. Nama kamu siapa?" tanya mama Calya.
"Abian, bu."
"Ya, sudah kalau begitu hati-hati ya di jalan," ucap mama Calya sambil tersenyum.
Abian dan Calya menuju mobil Abian dan Abian membukakan pintu mobilnya mempersilahkan Calya duduk di kursi sampingnya. Abian pun berpamitan kembali sebelum pergi dari rumah Calya. Mama Calya melambaikan tangannya kepada Calya. Abian dan Calya pun meninggalkan rumah Calya.
.
Bersambung.....
