Bab 16 Warung Bu Ema
Bab 16 Warung Bu Ema
Bel sekolah berbunyi menandakan siswa di sekolah diharapkan unttuk segera memasuki kelas dan melanjutkan pelajaran mereka. Abian dan Calya beranjak dari tempat ternyamannya dan mengikuti pelajaran seperti biasanya.
Seharian mengikuti pelajaran di sekolah, siswa-siswi di sekolah diperbolehkan pulang ke rumahnya masing-masing. Abian dan Calya menuju parkiran bersama. Di belakang mereka, tampak Gita mengikuti mereka diam-diam bersama teman dekat Gita, Tika.
"Lihat itu Calya, dekat sekali dengan Abian. Sampai-sampai Abian tidak mau istirahat dengan aku yang cantik ini," ucap Gita dengan percaya diri.
"Benar sekali. Bahkan satu sekolah saja tidak suka dengan dia karena cowok paling ganteng di sekolah ini sama perempuan seperti dia," ucap Tika memanas-manasi Gita.
"Lihat ya, aku dekati Abian," ucap Gita.
"Ayo, Gita. Buruan," Tika mendorong Gita.
"Hai, Abian. Mau pulang ya?" ucap Gita basa-basi.
"Iya," balas Abian cuek.
"Pulang dengan siapa, Abian?" tanya Gita dengan sedikit centil.
"Nih," ucap Abian dan dengan sengaja ia memegang tangan Calya.
"Oh, Hai, Calya. Aku pikir tadi kamu bukan Calya," ucap Gita dengan wajah senyum terpaksa.
"Hai," ucap Calya.
"Bareng Abian ya?" tanya Gita.
"Iya, sudah janjian, hehe," ucap Calya tersenyum.
Gita pun menghentikan langkahnya dan membiarkan Calya dan Abian berjalan bersama. Ia dengan hati yang panas melihat Abian masih menggenggam tangan Calya. Tika pun menghampiri Gita yang terhenti tiba-tiba.
"Kenapa Git?" tanya Tika.
Dengan muka yang marah Gita hanya bisa menghentakkan kedua kakinya ke lantai dan merengek-rengek di depan Tika. Tika pun mengelus bahu Gita agar Gita bisa menenangkan dirinya.
"Kenapa Calya terus, sih?" ucap Gita.
"Sudah tenang, Git. Nanti akan tiba saatnya Abian mulai bosan dengan Calya. Kamu sabar saja," ucap Tika menenangkan Gita.
Di sepanjang jalan menuju parkiran, Abian belum melepaskan genggaman tangan Calya. Calya terlihat sangat tidak nyaman karena masih berada di sekolah. Ia pun terlihat mengayun-ayunkan gangguannya agar Abian melepaskannya. Namun, Abian tidak peka dengan maksud Calya.
"Bian, lepasin," ucap Calya.
"Tunggu," jawab Abian.
"Kenapa?" tanya Calya.
"Supaya Gita melihat kita," alasan Abian.
Sebenarnya, Abian masih ingin menggenggam tangan Calya lebih lama. Namun, Calya memintanya untuk melepaskannya. Jarang sekali Abian bisa memegang tangan Calya yang lembut.
Abian pun melepas genggaman tangannya dan berkata, "Lihat, Gita tidak mengikuti kita lagi sampai disini.
Calya melihat ke belakang dan Gita sudah tidak terlihat lagi di belakangnya. "Benar katamu. Bagus juga caramu," ucap Calya.
"Ngomong-ngomong masa Gita tidak melihatku di sebelahmu. Apa aku hantu kali ya dimata dia?" ucap Calya.
"Iya, kamu hantu. Suka bergentayangan dipikirkanku, hehe," gombal Abian.
"Ah, sudah-sudah, cepat pakai pelindung kepalamu. Aku tidak tahan dengan gombalanmu, ingin cepat pulang," ucap Calya menghindari gombalan maut Abian.
"Baru kali ini lihat perempuan tidak mau digodain," ucap Abian.
"Kamu pikir semua perempuan sama mau digombalin?" tanya Calya.
"Iya," ucap Abian.
"Tidak denganku. Aku mau yang berbeda," ucap Calya.
"Ya, sudah. Naik sekarang! Masih mau berdebat lagi?" tanya Abian.
Calya pun menaiki motor Abian dan duduk diam di belakang. Di atas motor, "Cal, kita kembalikan dulu ya pelindung kepala yang pernah aku pinjam ke temanku, kamu ingat kan?" tanya Abian.
"Oh, iya, aku ingat. Pantas saja kamu membawa pelindung kepala lebih, ternyata punya teman kamu," ucap Calya.
Abian dan Calya menuju rumah Raka untuk mengembalikan pelindung kepala yang pernah ia pinjami ke Abian. Tidak jauh dari sekolah, mereka berdua sampai di rumah Raka. Abian memarkirkan motornya di depan rumah Raka dan Calya menunggu di motor Abian.
"Raka," panggil Abian.
"Permisi Raka," Abian memanggil kembali.
Tidak terdengar suara orang melangkah dari dalam rumah. Abian terus memanggil Raka agar ia keluar dari rumahnya. Calya melihat dari jauh dan bertanya kepada Abian, "Mana teman kamu? Dari tadi dipanggil tidak keluar rumah."
"Apa belum pulang ya? Tapi mereka tidak ada janjian untuk nongkrong," ucap Abian.
"Kamu ada nomor Raka?" tanya Calya.
" Tidak ada. Tapi coba aku tanya temanku yang dekat sekali dengannya," ucap Abian. Abian mengeluarkan handphone dari sakunya dan segera mengirim pesan pada temannya Raka. Tak lama, ia mendapatkan nomor Raka dari teman dekatnya Raka. Abian pun langsung menelepon Raka.
"Halo, Raka?" ucap Abian.
"Halo, ini siapa?" tanya Raka.
"Ini aku, Abian."
"Ada apa Abian? Bisa tahu nomorku dari siapa?" tanya Raka.
"Dari teman dekatmu. Ini aku mau mengembalikan pelindung kepala yang pernah kamu pinjamkan kepadaku beberapa hari yang lalu," ucap Abian.
"......" Raka mencoba mengingatnya.
"Pelindung kepala kesayangan dan cinta hidup dan matimu," ucap Abian.
"Oh, iya. Aku ingat," ucap Raka.
"Iya, ini aku mau mengembalikan. Dirimu dimana? Aku sudah di depan rumah kamu. Tapi tidak ada yang menjawab," tanya Abian.
"Aku lagi tidak di rumah. Kamu antarkan saja ke warung bu Ema, tempat biasa aku nongkrong," ucap Raka.
"Baiklah, aku akan segera kesana," ucap Abian.
"Baik, hati-hati," ucap Raka mengakhiri percakapan mereka.
Abian pun berbalik menuju Calya. Calya menanyakan dimana temannya berada, "Kemana kita?"
"Kita Murat sebentar ya, ke warung bu Ema. Dekat dari sini, tenang aja," ucap Abian.
"Banyak lelakinya ya?" tanya Calya.
"Ya, isinya teman-teman aku semua. Tidak usah takut, ada aku," ucap Abian.
Abian dan Calya meninggalkan rumah Raka dan menuju warung bu Ema yang tidak jauh dari rumah Raka. Warung bu Ema menjadi tempat nongkrong anak-anak sekolah Abian sepulang sekolah. Beberapa kali Abian pernah ikut teman-temannya duduk di warung bu Ema.
Abian dan Calya sampai di warung bu Ema. Bu Ema mengenal Abian yang beberapa kali mampir di warungnya. Calya tetap menunggu di depan warung bu Ema bersama dengan motor Abian. Abian memasuki warung bu Ema dan bertemu dengan Raka.
"Nak Abian datang dengan siapa di depan?" tegur bu Ema dengan bercanda.
"Teman bu, hehe," ucap Abian dengan tersenyum-senyum.
"Teman atau pacar?" tanya bu Ema kembali.
"Teman bu. Pacar doakan saja ya bu, hehe," ucap Abian.
"Semoga saja ya. Kenapa tidak dibawa masuk? Kasihan dia tunggu di depan," ucap bu Ema.
"Dia tidak berani bu masuk, banyak laki-laki. Jadi dia memutuskan untuk tunggu di luar. Lagi pula saya hanya ingin mengantarkan ini kepada Raka," ucap Abian dan menunjukkan pelindung kepala ke bu Ema.
"Oh, begitu. Ya, sudah sana cepat kembalikan. Jangan membuat perempuan menunggu terlalu lama," ujar bu Ema.
"Iya bu. Kalau begitu saya ke tempat Raka dulu bu," ucap Abian meninggalkan bu Ema.
"Hai, Raka," ucap Abian sambil mengangkat tangannya.
"Eh, sob, duduk dulu sini," ucap Raka menarik kursi kosong disebelahnya.
"Maaf sekali aku tidak bisa ikut duduk dulu. Aku bawa Calya," ucap Abian.
"Perempuan mana lagi yang kamu ajak?" ucap Niko salah satu teman Abian.
Abian hanya tersenyum dan memberikan pelindung kepala milik Raka.
"Kenapa tidak diajak masuk?" tanya Raka.
"Dia sangat malu jika banyak laki-laki disini. Kalian kan laki-laki jahat, haha," tawa Abian.
"Hahaha," balas tawa teman-temannya.
"Sudah jadian ya?" tanya Niko.
"Doakan saja ya," ucap Abian.
"Wah, belum ya? Bisa, nih, aku dekati," ucap Niko.
"Jangan gitu lah, sob. Kasih dulu Abian ini kesempatan. Kau kan dah banyak perempuanmu," ucap Tio membela Abian.
"Ah, sudah-sudah. Mana mau Calya sama kamu, Nik," balas Raka.
Raut wajah Niko berubah menjadi seperti orang yang tidak senang dengan Abian karena teman-temannya membela Abian untuk mendekati Calya. Niko yang tidak puas memiliki satu perempuan, ia akan mencoba mendekati Calya.
"Sudah-sudah jangan berkelahi. Kalian sebagai temanku doakan saja yang terbaik untuk kami berdua. Kalau begitu aku pulang dulu ya? Kasian anak gadis nunggu di luar sendirian," ucap Abian berpamitan kepada teman-temannya.
Abian meninggalkan teman-temannya dan kembali menuju ke Calya yang telah lama menunggu Abian sendirian di atas motor di pinggir jalan. Wajah Calya sedikit cemberut melihat kedatangan Abian.
"Lama sekali," ucap Calya.
"Maaf, Calya," ucap Abian.
.
Bersambung....
