Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 15 Suasana Hati Abian

Bab 15 Suasana Hati Abian

“Kesenangan tuh Gita,” ucap Calya.

“Kamu cemburu?” tanya Abian.

“Tidak,” jawab Calya singkat.

“Benar sajakan apa yang aku katakan, kalau Gita itu sebenarnya suka samamu. Mana ada perempuan di seolah ini yang tidak suka denganmu kecuali aku,” ucap Calya.

Abian mendengar Calya berkata bahwa Calya tidak menyukainya memastikan kembali, “Beneran kamu tidak suka dengan aku Cal?”

“Kamu kenapa menjadi tawar menawar perasaan?” tanya Calya.

Abian membalikkan badannya tanpa menjawab pertanyaan Calya dan duduk di bangkunya dan termenung memikirkan jaaban Calya. Ia berpikir Calya memiliki perasaaan yang sama walaupun hanya sekecil biji wijen.

“Cal, kamu ini sebenarnya tidak peka denganku atau hanya ingin menutupi kecemburuanmu saja?” tanya Abian dalam lamunannya.

Lama Abian melamun hingga ia tidak sadar bahwa gurunya telah masuk dan memulai perlajaran pertama. Calya yang berada disampingnya melihat Abian termenung dan melamun sedari tadi. Calya pun melambaikan tangannya di depan Abian. Namun Abian tidak meresponnya. Calya pun menepuk bahu Abian.

Abian terkejut dan ia langsung berkata pada Calya, “Ada apa?”

“Kamu kenapa dari tadi melamun? Lihat di depan sudah ada siapa,” jawab Calya.

Abian pun menutup wajahnya dengan tangannya dan meminta izin kepada guru untuk ke toilet. Ia pun menuju ke toilet dan mencuci wajahnya. Ia terus kepikiran dengan perkataan Calya. Setelah ia sadar sepenuhnya dan seluruh kepalanya yang basah, ia pun menuju ke kelasnya kembali.

Calya hanya melihat Abian yang semakin hari semakin berbeda. Calya tidak tahu mengapa perasaan Abian setiap sekolah selalu berbeda-beda membuat Calya kebingungan. Setelah melihat Abian mmasuki dan menuju bangkunya, dengan bisik-bisik Calya bertanya kapada Abian, “Kamu kenapa?”

Abian hanya menggelengkan kepalanya dan menatap ke papan tulis yang berada di depan dan mendengarkan guru menjelaskan pelajaran. Calya hanya terdiam dan menatap Abian begitu lama sebelum akhirnya Calya menatap ke depan dan mendengarkan gurunya menjelaskan.

Disela-sela gurunya menjelaskan, Calya berbisik-bisik pada Abian yang masih khawatir pada Abian, “Kamu kenapa? Istirahat cerita ya.”

Abian hanya menjawab dengan anggukan kepalanya. Mereka pun fokus kembali mendengarkan guru. Lama mengikuti pelajaran, waktu istirahat telah tiba. Calya mengemasi barang-barangnya yang berantakan di mejanya begitupun dengan Abian.

Dari jauh terdengar suara sepatu, Gita mendekat kepada Abian. “Abian istirahat bersama yuk?” ucap Gita.

Dengan wajah yang datar Abian menjawab, “Tidak. Aku istirahat dengan Calya.”

“Ikut ya?” pinta Gita.

“Tidak,” jawab Abian singkat.

Gita mendekat kapada Calya dan memohon pada Calya untuk mengajaknya makan bersama. Namun Calya menolak permintaan Gita karena suasana hati Abian yang sedang tidak bagus dan juga Abian sendiri yang berkata pada Gita tidak mengizinkan. Abian pun mengajak Calya untuk segera pergi dan menuju kantin.

Calya hanya mengikuti kata Abian dan merka berdua keluar dari kelas. “Kamu tidak usah beli makan,” ucap Calya.

“Kenapa?” tanya Abian.

“Aku bawa makanan untukmu karena sudah mengantarkan aku hari ini,” ucap Calya.

Seketika suasana hati Abian berubah, dari yang marah menjadi sedikit tersenyum dan senang, “Benarkah?” tanya Abian.

“Iya, benar,” ucap Calya.

“Ya, sudah kalau begitu kita langsung duduk di temapt biasa aja,” ucap Abian.

Mereka pun berbalik arah da menuju tempat istirahat mereka biasnaya di bawah pohon yang rindang. Mereka tidak mengganti-ganti tempat dan menjadikan tempat itu sejarah bagi mereka berdua.

Abian pun dengan tersenyum melihat tas bekal Calya dan menunggu Calya memberikan makanan untuknya. Calya memberikan kepada Abian dan Abian mengucapkan terima kasih kepada Calya. Mereka pun menikmati makan siang bersama. Setelah selesai makan bersama mereka berbicara dan bercanda.

“Abian, kamu kenapa tadi?” tanya Calya ingin tahu.

“Tidak ada,” Jawab Abian menutupi.

“Kamu jangan begitu. Aku tahu pasti ada yang kamu sembunyikan,” jawab Calya.

"Tidak. Tidak ada yang aku sembunyikan padamu," ujar Abian dengan memegang rambut Calya.

"Ya, sudah jika memang benar. Ngomong-ngomong enak tidak masakannya?" tanya Calya.

"Enak sekali. Kalah masakan ibu kantin," ucap Abian.

"Jangan terlalu memuji gitu, akukan jadi malu," ucap Calya dengan malu-malu.

"Benar-benar enak. Kalau lidah dan mulutku sejalan mengatakan enak, berarti masakan ini enak sekali," ucap Abian menambah pujiannya.

Calya hanya tersenyum-senyum malu di depan Abian.

"Kamu yang masak?" tanya Abian.

"Kalau jawabannya iya, kamu percaya tidak?" tanya Calya.

"Tentu tidak. Tidak mungkin kamu yang masak," ucap Abian sedikit tertawa.

"Kenapa tahu? Pura-pura tidak tahu kenapa? Ga suka, ah," ucap Calya.

"Masakan mertua ya?" ucap Abian dengan santai.

"Apa kamu bilang?" tanya Calya kembali.

"Tidak ada siaran ulang," ucap Abian melanjutkan makannya.

"Bian!" Calya menatap Abian dengan serius.

"Hehehe. Bercanda saja. Janganlah marah," ucap Abian memohon maaf.

"Kamu terlalu berharap sekali," ucap Calya sedikit mengejek.

"Kalau benarkan terjadi kamu terkejut nanti," ucap Abian.

"Kita ini teman. Tidak mungkin jadi cinta," ucap Calya yang tidak mempercayai cinta itu ada.

"Ini lah, isi kepalanya hanya belajar saja. Perbanyak nonton televisi atau baca buku gitu," ucap Abian yang tidak mau mengalah.

"Tapikan itu hanya fiktif. Tidak nyata," balas Calya.

"Terkadang cerita yang mereka buat itu ada yang berdasarkan kisah nyata. Kamu ini hidup kemana saja sampai semua dianggap hanya fiktif?" ucap Abian.

"Tapikan kebanyakan tidak semuanya nyata," ucap Calya yang tetap kokoh pada pendiriannya.

"Ya, sudah aku berdoa aja supaya benar-benar terjadi," ujar Abian.

"Berharap sekali kamu," ucap Calya sedikit sinis.

Abian hanya terdiam tidak lagi membalas Calya. Jika Abian membalas Calya, Calya tidak akan mau kalah dan keinginan menangnya sangat kuat. Sehingga Abian mengalah untuk diam dan melanjutkan makan siangnya.

Setelah makan siang selesai, Calya mengambil kotak bekal yang digunakan Abian untuk dibawa pulang. Namun Abian ingin membawanya untuk dicuci di rumahnya. Karena ia tidak ingin merepotkan Calya dengan menambah beban cucian piring di rumahnya.

"Abian, kotak bekalnya sini," ucap Calya dengan menunjuk kotak bekalnya yang jauh.

"Aku bawa pulang saja ya? Aku yang cuci di rumah," ucap Abian memegang kotak bekal Calya.

"Tidak usah. Aku saja sekalian bawa pulang," ucap Calya menolak.

"Tidak apa. Aku tidak enak habis makan kamu juga yang bawa pulang cuci," ujar Abian.

"Ah, kamu ini, seperti apa saja tidak enakan. Sudah, sini aku bawa pulang saja," Calya mengambil kotak bekal ditangan Abian.

Abian pun memberikannya kepada Calya dan tidak memaksa Calya untuk dibawa pulang. Ia merasa sangat tidak enak merepotkan Calya membawa dua bekal dalam tasnya.

"Tidak terasa ya, sudah mau hari libur," ucap Calya.

"Iya, benar sekali," balas Abian.

"Hari Sabtu dan Minggu kamu kemana?" tanya Calya.

"Di rumah saja. Tidak kemana-mana. Kenapa?" tanya Abian.

"Jalan-jalan sama aku mau tidak?"

"Jalan?"

"Iya, kita jalan-jalan kemana gitu. Pasti kamu juga jarang setiap liburan jalan-jalan," ucap Calya.

"Ke mall?" tanya Abian.

"Bagaimana jika ke taman hewan?" ucap Calya.

"Boleh juga. Jam berapa kita pergi?" tanya Abian.

"Jam 10 ya?"

"Baik. Berdua saja?" tanya Abian kembali.

"Iya. Tapi kalau kamu mau membawa temanmu tidak masalah."

Abian pun berpikir, "Untuk apa membawa teman, ini waktu yang tepat untuk berdua. Di sekolah berdua tidak leluasa."

"Sepertinya tidak ada teman yang mau aku ajak. Mereka juga libur pasti akan sibuk dengan kesibukannya," ucap Abian yang bersemangat.

"Tidak mau ajak Gita?" ucap Calya mengejek.

"Calya! Tidak suka," balas Calya.

Calya hanya tertawa, kali ini Abian yang bete dengan Calya karena Calya menjahili Abian.

"Tahu tadi mending kamu saja yang kembalikan penitinya ke dia," ucap Abian bete.

"Kan kamu yang mau sendiri," balas Calya.

"Harusnya kamu larang aku tadi itu," ucap Abian.

"Sudahlah, sekali-kali aku memberikan kesempatan pada orang lain untuk dekat denganmu. Jangan aku terus yang dekat dengan kamu," ucap Calya.

"Ta-tapi tidak begitu juga caranya, Cal."

"Ah, sudah. Intinya kamu yang mau sendiri bukan suruhan aku. Aku hanya menuruti kamu saja maunya bagaimana."

"Iya, iya."

.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel