Bab 14 Mimpi
Bab 14 Mimpi
Abian pun melepaskan pelukannya, dan ia pun mengambil beberapa roti untuk dibawa ke kamarnya.
"Abian naik ke atas dulu ya kalau gitu," ucap Abian.
"Iya. Jangan tidur terlalu malam ya!" ucap mama Abian.
Sembari menaiki tangga, Abian mengucapkan selamat tidur kepada mama dan papanya yang masih berada di dapur. Ia pun meninggalkan kedua orang tuanya. Sesampainya di kamar, sebelum tidur, ia memakan rotinya yang ia bawa.
Ia pun menghidupkan televisinya sebentar saja untuk mengisi suara di kamarnya. Setelah ia memakan semua rotinya, ia pun mematikan televi yang menyala tanpa ditonton dan memejamkan matanya.
****
Di dalam tidur, Abian kembali bermimpi yang sama dengan hari sebelumnya. Calya berada di dalam mimpinya. Ia dan Calya bermain disuatu taman. Seolah-olah terlihat nyata, ia pun mengikuti alur mimpinya.
Ia dan Calya sedang berbicara di taman yang tak jauh dari rumah Calya. Dalam mimpinya, Abian sedikit kebingungan mengapa ia bisa di taman itu, padahal ia dan Calya belum pernah ke taman bersama. Namun, Abian belum menyadarinya jika yang terjadi ini hanyalah mimpi. Ia seperti merasa bertemu dengan Calya seperti hari-hari biasanya.
Ada yang berbeda perasaan Abian di dalam mimpinya. Biasanya Abian mampu menyembunyikan perasaannya di depan Calya. Namun pada saat mimpi Abian terbawa dengan perasaannya itu. Walaupun dia merasa ada yang berbeda, tetapi ia belum terbangun dari tidurnya.
"Abian," Calya memeluknya.
"Calya ... Kamu kenapa?" Tanya Abian yang tiba-tiba kaget melihat Calya memeluknya di taman yang terbuka.
Calya tidak menjawab Abian. Ia terus memeluk Abian. Hal ini membuat jantung Abian merasa semakin berdebar dan tidak menentu. Namun ia malu di taman seperti dilihat oleh banyak orang-orang walaupun sebenarnya orang-orang tersebut tidak peduli pada mereka berdua.
"Cal, jangan begitu. Aku malu dilihat orang," ucap Abian.
"Tidak usah malu, mereka tidak peduli pada kita," ucap Calya.
Abian merasa janggal dengan sikap Calya kepadanya.
"Cal, kamu sehat?" ucap Abian dan mencoba merasakan hangatnya kening Calya.
"Calya sehat-sehat saja. Tapi kenapa tingkahnya aneh sekali," ucap Abian dalam hati.
"Bian, kamu percaya tidak kalau aku suka kamu?" tanya Calya.
"Kenapa kamu tanya begitu?" ucap Abian.
"Aku suka denganmu," bisik Calya.
Perkataan Calya membuat Abian terkejut dan Abian terbangun dari tidurnya dengan jantung yang berdebar-debar sangat kencang. Ia terduduk dan menghela nafasnya perlahan-lahan agar kembali ke irama jantungnya.
"Ya ampun, ternyata hanya mimpi," ucap Abian.
Ia pun turun ke bawah untuk mengambil minum. Ia seperti orang kelelahan dan membutuhkan banyak air. Ia memikirkan mengapa bisa mimpi Calya seperti itu. Padahal ia selalu berpikir Calya hanyalah temannya.
"Apa karena terlalu lama dengan Calya membuat perasaan ini tumbuh ya?" tanya Abian pada dirinya sendiri.
Setelah lega dan nafasnya tidak seperti orang berlari, ia pun kembali menuju kamarnya dan tidur kembali. Ia tidak bisa lama-lama merenungkan mimpinya karena pagi ia harus berangkat ke sekolah. Ia pun juga harus menjemput Calya karena ia sudah berjanji pada Calya.
Sebelum tidur ia pun berharap tidak lagi memimpikan Calya tentang perasaannya. Tidak butuh waktu yang lama, Abian pun tertidur kembali.
***
Kring...
Alarm yang sudah diatur oleh Abian berbunyi. Ia pun mematikan bunyi alarmnya dan menuju kamar mandinya yang tidak jauh dari tempat tidurnya. Dengan mata yang masih terpejam, ia berjalan kearah kamar mandi. Abian seperti hafal dengan jalanan menuju kamar mandinya.
Di rumah Calya, Calya sudah sedari tadi bersiap-siap untuk pergi sekolah. Ia sedang menyiapkan bekalnya yang akan ia bawa ke sekolah. Mama Calya memasak untuknya, namun Calya yang memasukkan masakan mamanya ke dalam bekalnya.
Ia pun melihat jam dan menunggu Abian dengan memakan sarapan buatan mamanya. Calya menikmati makanannya di depan televisi dengan menonton animasi anak-anak yang sedang tayang di pagi hari.
Setelah selesai mandi, Abian melihat jam dinding di kamarnya dan ia pun terkejut karena waktu menunjukkan pukul 6.30 wib. Ia pun terburu-buru mengemasi barang-barangnya dan segera menuju bawah.
Di lantai satu kedua orang tuanya sudah tidak ada. Ia sudah ditinggal sendirian di rumah sejak subuh karena kantor kedua orang tuanya cukup jauh membuat kedua orang tuanya pergi terlalu pagi. Bahkan matahari belum terbit hanya suara ayam yang sedang melantunkan suaranya.
Ia pun terburu-buru menyiapkan sarapannya. Ia hanya memakan roti yang diolesi oleh selai nanas kesukaannya. Ia pun makan sambil menuju ke depan rumah dan melakukan aktivitasnya seperti memasang sepatu. Ia tidak mau membuang-buang waktunya.
Setelah sepatunya terpasang, ia langsung menuju motornya dan menghidupkan motornya. Ia pun keluar dari rumahnya dan segera menuju rumah Calya. Abian pun mengebut di sepanjang perjalanan.
Calya yang telah selesai sarapan menunggu Abian cukup lama yang membuatnya semakin khawatir akan terlambat ke sekolah. Ia pun sudah siap dan menunggu Abian di halaman rumahnya.
"Abian lama sekali," ucap Calya samb melihat jam tangannya.
Lima belas menit ia menunggu Abian, dari jauh terdengar suara motor Abian. Calya pun tanpa basa-basi ke Abian ia segera menaiki dan duduk di belakang Abian. Raut wajah Calya sedikit cemberut. Namun Abian yang tidak sempat lagi menjelaskan, ia pun tancap gas menuju sekolah.
Jarak rumah Calya yang tidak begitu jauh, membuat mereka berdua tidak terlambat. Hanya tersisa waktu lima menit ketika mereka sampai di sekolah. Calya pun turun sedangkan Abian memarkirkan motornya.
Walaupun Calya seperti marah pada Abian, ia tetap menunggu Abian di depan parkiran. Abian yang telah memarkirkan kendaraannya berlari menuju Calya. Di depan Calya ia meminta maaf jika menjemputnya terlalu lama.
Calya pun memaafkannya dan meminta Abian jangan lagi mengulangnya karena membuat Calya sangat gelisah jika pergi ke sekolah dengan waktu yang sangat singkat sekali. Walaupun rumah Calya tidak begitu jauh, ia tidak ingin pergi sekolah dengan mengebut.
"Calya, maafkan aku," ucap Abian.
"Iya, aku maafkan. Tapi kamu jangan lagi mengulangi perbuatan ini ya? Aku sangat gelisah sekali jika pergi sekolah dengan waktu yang singkat. Dan sebenarnya aku sangat takut sekali jika diantar dengan laju. Aku takut sekali kita jatuh atau ada apa di jalan," ucap Calya.
"Aku janji tidak akan lagi menjemput kamu terlambat untuk ke depannya," ucap Abian berjanji di depan Calya.
Calya pun terhenti langkahnya melihat Abian berjanji di depannya. "Kamu ini, kan sudah aku maafin, sudah ayo cepat ke kelas," ujar Calya.
Abian pun mengikuti Calya dari belakang menuju ke kelasnya. Sampainya mereka berdua di kelas, mereka menuju bangkunya masing-masing.
"Cal," Abian memanggil.
"Iya?" jawab Calya.
"Kamu membawa barang Gita yang ketinggalan?" tanya Abian.
Calya pun teringat dan membuka tasnya. Calya pun menunjukkan di depan Abian.
"Mau aku yang kembalikan atau kamu?" tanya Abian.
"Bagaimana kalau kamu? Supaya kita tahu maksud dia meninggalkan barangnya sendiri kenapa. Padahal sebelum pulang, aku bertanya pada mereka apakah masih ada yang ketinggalan atau tidak. Namun Gita dengan cepat menjawab tidak," ucap Calya.
"Kamu ini ya, kalau keingintahuannya tinggi seperti ini," ucap Abian yang mengacak rambut Calya.
"Abian, jangan acak rambutku!" ujar Calya.
"Hehehe. Aku kasih ya sekarang ke Gita?" tanya Abian.
"Boleh, aku lihat dari sini ya," ucap Calya.
Abian pun memuji bangku Gita yang berada di ujung kelas. Terlihat Gita seperti senang sekali Abian mengembalikan barangnya yang ketinggalan.
"Gita, kemarin waktu kamu ke rumah aku, ada barang yang ketinggalan tidak ya?" tanya Abian memancing Gita.
"Sepertinya tidak ada. Kenapa ya?" ucap Gita dengan senyum-senyum dihadapan Abian.
"Oh, begitu. Soalnya waktu aku beres-beres rumah ketemu ini. Jika ini bukan milik kamu, aku kasih ke Calya aja deh. Mungkin saja miliknya," ucap Abian dengan menunjukkan peniti karakter.
Gita melihatnya dan merebut peniti tersebut dan menyimpannya di dalam tasnya.
"Mengapa kamu ambil? Kata kamu tidak ada yang ketinggalan," tanya Abian.
"I-iya. Terima kasih ya," ucap Gita dengan gugup.
Abian melihatnya dan meninggalkan Gita tanpa ekspresi apapun. Abian mendekati Calya yang sedang melihatnya dari jauh.
.
Bersambung.....
