Bab 13 Perasaan Ini
Bab 13 Perasaan Ini
"Bian, bagaimana jika Gita ternyata sama saja dengan yang lain?" tanya Calya.
"Ya, sudah, itu hak dia," balas Abian.
"Yakin kamu tidak apa?" tanya Calya.
Abian tidak menjawab lagi pertanyaan Calya. Sepanjang jalan perjalanan mengantar Calya pulang mereka hanya terdiam dan tidak ada pembicaraan kembali. Calya merasakan dinginnya malam sedangkan Abian fokus dengan jalan lama karena gelap dan licin.
Dengan menggunakan motor, perjalanan pulang terasa begitu sangat cepat. Abian menyelip-nyelip motornya sangat halus. Tidak seperti menggunakan kendaraan lainnya akan terasa lama karena tidak bisa mengalahkan kendaraan yang lainnya.
Sampailah Abian dan Calya masuk ke perumahan Calya dengan selamat. Abian pun memelankan gas motornya menuju rumah Calya yang berada di ujung jalan. Akhirnya, Calya sampai di rumahnya dengan selamat.
Abian pun menghentikan laju motornya dan Calya segera turun dari kursi penumpang motor Abian. Setelah menuruni dirinya dari motor Abian, ia langsung melepaskan pelindung kepala Abian yang sangat berat dan jaket Abian. Ia pun langsung mengembalikannya malam itu juga.
Abian pun menerimanya jaketnya dan juga pelindung kepala yang dipakai oleh Calya.
"Terima kasih sudah mengantarku," ucap Calya.
"Sama-sama. Sudah kamu masuk lagi ke rumah," ucap Abian.
"Baik. Kamu pulang hati-hati ya," ucap Calya yang pergi memasuki pagar rumahnya.
Calya pun membuka pinta pagar rumahnya dan memasuki rumahnya. Abian pun melihat Calya masuk ke rumahnya dan membunyikan klakson motornya tanda ia akan pergi meninggalkan rumahnya. Calya melihatnya Abian menjauhi rumahnya hingga Abian tidak terlihat lagi.
Calya pun memasuki rumahnya dan segera membersihkan dirinya. Mama Calya yang mendengar suara motor dari depan ia menunggu anaknya masuk untuk diinterogasi. Di kursi ruang tamu, mama Calya sudah menunggunya.
"Pulang sama siapa kamu?" tanya Mama Calya.
"Itu ma, teman Calya," ucap Calya.
"laki-laki teman kamu?" tanya mama Calya kembali.
"I-iya ma," ucap Calya yang mulai sedikit gugup di depan mamanya.
Mama Calya menatap Calya dengan tersenyum tipis. Calya yang melihat mamanya tersenyum seakan-akan mengetahui maksud mamanya.
"Ti-tidak, ma. Teman sekelas," ucap Calya menghindar.
"Sudahlah, Calya mau bersih-bersih dulu," ucap Calya menghindar kembali dan pergi meninggalkan mamanya sendirian di ruang tamu.
Mama Calya hanya tersenyum melihat Calya salah tingkah jika mamanya sedikit bertanya tentang Abian. Mama Calya yang telah melihat anaknya pulang dengan selamat, ia pun mengistirahatkan dirinya di kamar.
"Untung saja mama tidak salah paham," ucap Calya sendiri di kamarnya. Calya pun segera membersihkan diri di kamar mandinya.
Saat mandi, Calya sempat terpikirkan sedikit dengan tingkah laku Gita. Menurutnya Gita sedikit lebih berbeda dari pada di sekolah saat ia berada di rumah Abian. Namun, Calya sedikit menepis rasa cemburunya.
"Mengapa aku jadi sedikit cemburu? Biarkan saja Abian dengan siapa," ucap Calya menepis rasa di dalam hatinya.
"Tetapi, jika Abian punya seorang perempuan nantinya, apakah dia akan lupa padaku?" ucap Calya menanyakan dirinya sendiri.
Lama Calya berada di dalam kamar mandi dikarenakan pikiran-pikirannya tentang Abian. Ia merasa malam ini sangat aneh sekali ia memikirkan Abian. Tidak seperti biasanya ia tidak mempedulikan Abian.
Setelah selesai ia segera mengenakan baju tidur dan mengemasi buku-buku sekolah yang akan ia bawa pada hari esok. Saat sedang mengemasi barang-barangnya, handphonenya bersinar.
"Aku sudah di rumah," pesan Abian.
"Baik. Bersihkan dirimu," ucap Calya singkat.
"Baik, Cal. Aku tinggal sebentar ya," balas Abian kembali.
Calya pun melanjutkan memilih buku pelajaran yang akan ia bawa ke sekolah. Setelah selesai mengemasi barangnya, Calya pun merebahkan dirinya yang sudah lelah dan menunggu Abian mengirimkan pesan untuknya.
"Abian. Sudah siapkah?" tanya Calya.
Namun Abian tidak membalas pesan Calya. Sambil menunggu Abian selesai, Calya kembali memikirkan Abian. Hari ini ada sesuatu yang berbeda pada dirinya.
"Abian. Sudah selesai belum? Jika sudah, balas pesanku. Ada yang mau ku bicarakan dengam kamu," kirim Calya kembali.
Lima belas menit menunggu, Abian pun membalas pesan Calya, "Maaf, menunggu lama. Kamu mau membahas apa denganku?"
Sebelum membalas pesan Abian, Calya memikirkan kembali apakah ia akan membahas ini sekarang tentang perasaannya malam ini.
Calya yang lama membalas pesan Abian, Abian pun menelepon Calya. Handphone Calya berdering mengagetkan Calya. Handphonenya terjatuh mengenai wajah Calya. Calya pun segera mengangkat teleponnya dan ia kebingungan sendiri.
"Mau bahas apa?" terdengar suara Abian yang berbeda di telepon.
"Ah, itu, Bian ... Bagaimana menurut kamu ya ini," ucap Calya.
"Iya, ini menurut aku," ucap Abian.
"Jika nanti kamu memiliki perempuan selain aku, apa kamu tidak akan lagi makan bersama denganku di sekolah?" ucap Calya mengeluarkan pikiran terdalamnya.
"Hahaha," Abian tertawa.
"Kenapa kamu tertawa?" tanya Calya kepada Abian.
"Lucu saja tiba-tiba kamu menanyakan itu. Biasanya kamu saja tidak peduli," balas Abian.
"Hanya ingin tahu saja. Jadi, jika nanti terjadi padaku, aku tidak akan terkejut pada kenyataan itu," ucap Calya sedikit pelan.
"Kamu ini sudah malam kenapa membebani pikiranmu sendiri? Pasti karena Gita kan? Hahaha."
Calya hanya terdiam mendengarkan suara Abian.
"Sudah, tidak usah dipikirkan lagi. Sekarang waktunya tidur dan jangan lupa kamu membawa barang Gita yang ketinggalan itu, ya. Kita lihat besok reaksinya bagaimana," ucap Abian yang ingin mengakhiri pembicaraan dengan Calya.
"Iya, tidak akan aku pikirkan kembali. Ya, sudah matikanlah teleponnya," ucap Calya yang sedikit bete dihatinya.
"Baiklah. Selamat malam dan selamat tidur. Semoga mimpimu sangat indah malam ini karena memikirkan aku," ucap Abian sedikit tertawa.
"Iya, iya. Terima kasih. Selamat malam," ucap Calya.
Abian pun mematikan teleponnya dan Calya merasa rugi menceritakan ini pada Abian karena Calya tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Hanya mendapatkan ketawanya Abian sebelum tidur.
Calya pun mencoba untuk tidak memikirkannya kembali. Abian seakan-akan tidak peduli dengan diri Calya sendiri. Ketika Calya hendak memejamkan matanya, pesan baru masuk ke handphonenya.
"Maaf, lupa ngomong padamu. Besok aku menjemputmu, jangan lupa bangun pagi," isi pesan Abian.
Calya hanya membacanya dan tidak menjawab pesan Abian. Calya pun melupakan pikirannya dan ia pun tertidur.
Di rumah Abian, setelah Abian mengirimkan pesan tersebut, kedua orang tuanya pulang dengan waktu yang lebih cepat dari hari-hari biasanya. Bunyi suara mobil terparkir di halaman rumahnya membuat ia terkejut dan sedikit mengintip.
"Mama dan pala tumben sekali pulang cepat? Biasanya pulang ketika aku sudah tidur," ucap Abian bertanya-tanya.
Abian masih mengintip dari kamarnya melihat mama dan papanya pulang. Terlihat mamanya terlebih dahulu turun dari mobil dan membuka kursi belakang mengambil beberapa kantong belanjaan dari dalam mobilnya.
Abian melihat dari kamarnya mamanya seperti butuh bantuan, ia pun turun dari kamarnya menuju halaman depan rumahnya. Ia pun menampakkan diri di depan orang tuanya dan menuju mamanya membantu angkat belanjaan yang sudah mamanya keluarkan dari dalam mobil.
"Sini, aku bantu ma," ucap Abian.
"Kamu belum tidur?" tanya mama Abian.
"Baru saja aku ingin tidur terdengar mama dan papa pulang. Abian pun langsung turun melihatnya," ucap Abian sambil membawa beberapa belanjaan.
"Kamu sudah makan?" tanya mama Abian.
"Sudah ma. Ma, tadi teman-teman Abian datang ke rumah," ucap Abian.
"Kapan?" tanya papa Abian.
"Sore tadi sampai malam," ucap Abian.
"Kamu kasih makan apa teman kamu? Mama tidak tahu jika temanmu ada yang bertamu. Kita tidak ada persediaan makanan di kulkas," ucap mama Abian.
"Tadi sudah Abian belikan makanan nasi gitu, ma. Ya, mereka sudah kenyang pulang ke rumah," ucap Abian.
"Oh, begitu. Habis berapa uang kamu?" ucap mamanya sambil mengeluarkan uang dari dompetnya.
"150.000,00 ma," ucap Abian.
"Ya, sudah ini mama ganti uangnya ya," mamanya menyodorkan uang dari dompetnya.
"Lebih ini ma," ucap Abian.
"Iya, mama lebihkan buat kamu. Tidak apa, ambil saja. Kamu sangat mandiri dan tahu cara menyambut tamu," ucap mama Abian.
Abian pun memeluk mamanya dan mengucapkan terima kasih pada mamanya yang telah menghargai dirinya.
.
Bersambung......
