Kunci yang terlupakan
"Kenapa aku selalu dibawa ke jembatan itu,kenapa?"
Jam menunjukkan pukul 02.33 dini hari.
Aldrin terduduk di tempat tidur. Jantungnya masih berdebar, seperti habis dikejar sesuatu. Ia menatap foto yang kini tergeletak di pangkuannya.
"Arrghtt..,"
Bayangannya di foto tidak sejajar dengan posisi tubuhnya, seolah seseorang sedang berpura-pura jadi dirinya. Dan sosok gelap di belakang itu...
Ia menyipitkan mata. Wajah itu samar. Tapi seperti sangat familiar. dan itu....
"Kakek..,"
Aldrin terlonjak.
Tak mungkin. Kakeknya meninggal lima tahun lalu. Dan... dan itu terjadi setelah insiden hilangnya Raka.
Ia membuka laci meja, mengambil buku harian kecil yang ia sembunyikan sejak SMP. Buku yang hanya ia buka saat mimpi buruk mulai muncul kembali.
Di dalamnya, tertulis sesuatu yang ia tulis bertahun lalu, tapi tak pernah ingat menulis:
“Jangan kembali ke jembatan. Jangan ingat. Kakek bilang dia akan menguncinya, tapi aku lihat sendiri, paku-pakunya tidak tertanam semua...”
Tangannya gemetar saat membaca itu.
“Kunci...?” gumamnya.
Ia segera menuju gudang kecil di bawah tangga rumahnya. Dulu, tempat itu milik kakeknya. Kini terkunci rapat. Tapi Aldrin tahu... kunci cadangannya disembunyikan di bawah pot bunga samping garasi.
Klek.
Pintu terbuka. Aroma tua, debu, dan... sesuatu yang seperti kayu lapuk terbakar menyambutnya.
Ia menyalakan senter. Menelusuri rak-rak tua dan kotak penuh paku karatan.
Lalu ia menemukannya.
Sebuah peti kecil, diikat dengan tali tambang dan lilitan benang merah. Di atas peti itu, tertulis dengan spidol pudar:
"JANGAN DIBUKA SEBELUM MEREKA SEMUA KEMBALI."
Aldrin menelan ludah. Ia tak tahu siapa “mereka” yang dimaksud.
Tapi tangannya tetap membuka ikatan itu.
Peti terbuka.
Di dalamnya: sebuah jepretan foto lama, sangat buram, tapi tampak jelas wajah Raka, berdiri di depan jembatan kayu, tersenyum. Dan di sebelahnya...
Aldrin. Tapi ada yang aneh dengan mata Aldrin di foto itu. Hitam pekat.
Dan ada benda lain di dalam peti: sebatang paku besar berkarat, dengan tulisan di batangnya," SEMUA AKAN IKUT,"
Aldrin mengangkat paku itu. Dan seketika, cahaya senter mati.
Gelap total.
Lalu suara berbisik memenuhi ruangan:
“Kamu cabut pakunya, Kamu buka jalan.”
“Mereka yang hilang... akan kembali.”
“Tapi bukan dengan wajah yang sama.”
Saat lampu menyala kembali, gudang sudah berubah.
Kini bukan gudang biasa, melainkan replika jembatan kayu yang terbentang di dalam rumahnya. Berdiri di tengah ruangan, padahal rumahnya sempit.
Dan di ujung jembatan itu...ada Raka.
Wajahnya berubah, setengah seperti makhluk tenggelam, setengah lagi seperti dirinya sendiri.
“Sudah waktunya, Aldrin. Kembalikan mereka. Atau gantikan satu-satu.”
****
