Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2. Dingin Tapi Jagal

Setelah mulai tenang Maria melangkah keluar memastikan sesuatu yang jatuh yang dia dengar tadi. Maria membuka pintu depan. Hatinya sedikit lega karena melihat sebuah port bunga yang jatuh karena di seruduk kucing. Maria segera mengambil kucing peliharaannya dan bergegas masuk ke dalam kemudian dengan cekatan dia mengunci pintu.

Maria melangkah kembali menuju kamarnya, gadis itu merebahkan tubuhnya kembali, dia melihat langit-langit kamarnya dan ingatannya masih terus tertuju pada peristiwa tadi.

Maria mendesah dan memukul keningnya. Dia sedikit menyesali, kenapa dirinya harus melewati gang itu malam itu. Sehingga dirinya harus menyaksikan adegan sadis itu. Kalau selama ini dia sering melihat darah dan dan juga sayatan itu hanya ada di ruang operasi. Dan itu sangat berbeda, Sebab penilaian karena berniat menyelamatkan nyawa manusia. Namun yang di lihat Maria tadi adalah seseorang yang ingin menghilangkan nyawa seseorang.

Dan perbuatannya sungguh sadis, menusuk, kemudian merobek perut orang itu. Aurora tidak mampu menatap mayatnya karena begitu kaget. Sehingga dia dengan refleks menutup matanya.

Aku melihat orang itu begitu kejam, tampa rasa simpati dia menghilangkan nyawa seseorang dan wajahnya begitu menikmati. Aku bisa melihat meskipun dia memakai kacamata hitamnya. Tapi dari gestur tubuhnya, dia sama sekali tidak menunjukkan rasa penyesalan sedikitpun.

Kenapa aku begitu sial malam ini? Apakah aku tidak mandi tadi sore? Ah.... mengigat itu pikiranku jadi kacau," Maria mengusap rambutnya yang panjang, terlihat dia begitu prustasi dan ketakutan. Bagaimana kalau nanti? Pembunuh itu tidak akan melepaskan dirinya begitu saja?

Maria mengacak-acak rambutnya sehingga rambut gadis itu terlihat berantakan. Dia kembali membenarkan posisi tidurnya.

Maria berlahan memejamkan matanya untuk tidur sebab pikiran dan badannya sudah lelah karena seharian bekerja. Tapi kegelisahan masih menghimpit dadanya. Gadis itu bangkit dan berjalan memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket dan gerah karena berlarian tadi.

Sementara itu Ayuan mendudukkan tubuhnya di sebuah sofa apartemen, dia memejamkan matanya sejenak menetralisir pikirannya yang sedang kacau.

Ayuan masih mengingat wajah gadis yang di bebaskan olehnya tadi.

Bagaimana kalau dia membuat masalah dengan hidupku nantinya, bagaimana kalau dia mempersulitku?

Kenapa aku tidak bisa melupakannya?

Aaargghr.

Ini sungguh menyiksa, Ayuan mengusap rambutnya dengan kasar.

Sesaat kemudian dia berusaha tidak lagi memikirkan tentang gadis yang menjadi saksi pembunuhan tadi, Ayuan menerima panggilan dari seseorang, ponsel Ayuan berbunyi.

Pria itu segera merogoh kantong celananya mengeluarkan benda pipih yang berbentuk persegi empat.

Dia segera meletakkan ponselnya di telinganya.

"Halo."

"Ada apa kau menghubungiku!?" tanya Ayuan dengan intonasi penuh.

"Aku ingin bertanya bagaimana mangsa mu apa sudah kamu bereskan?" terdengar suara seseorang dari ujung sebrang.

"Kamu tenang saja, dibtanganku pasti selesai, besok kau akan mendengarkan kabarnya," jawab Ayuan sambil mematikan ponselnya.

Dia tidak ingin berbicara lama-lama dengan ponselnya, baginya berbicara sedikit saja itu sudah cukup dan jawabannya sudah mewakili segala pertanyaan.

Ayuan menarik nafasnya panjang.

Heummmmm.

Seorang pria yang tidak jauh berbeda umurnya dengan dirinya kemudian menghampirinya.

Ayuan segera memalingkan wajahnya melihat ke arah pria itu. Namanya Natalius Vransisky, pria itu adalah anggotanya.

"Vrans, aku ingin kamu melakukan sesuatu untukku!"

"Tugas apa itu?" tanya Vrans dengan sorot mata penuh tanda tanya.

"Aku ingin kamu memata-matai seorang wanita dan culik dia untukku, aku tidak tenang sebab wanita itu sudah melihat aksiku tadi, saat aku membunuh Miko," kalimat yang keluar dari mulut Ayuan membuat mata Vrans terbelalak.

Bagaimana bisa Ayuan kali ini begitu teledor membebaskan saksi mata atas aksinya malam ini?

Tanpa bertanya lagi Vrans segera meninggalkan Ayuan yang duduk santai di tempatnya.

Varans pergi untuk menjalankan tugasnya menjadi mata-mata untuk melacak keberadaan Maria.

Bagi Vrans tidak perlu mencari informasi terlalu lama untuk mengetahui di mana Maria tinggal.

Vrans dengan mudah mendapatkan alamat tempat di mana Maria bekerja.

Sore itu Maria sudah selesai dinas, dia dengan terburu-buru keluar dari gedung tempat dirinya mencari nafkah.

Hari ini Maria tidak berniat untuk langsung kembali pulang, dirinya ingin berbelanja kebutuhan bulannya yang sudah habis. Maria seperti biasanya menunggu bus yang lewat, dia dengan sabar menunggu di halte.

Maria berdiri di depan halte sambil melihat ke kiri menunggu bus, namun tepat di hadapannya, sebuah mobil sport berhenti tiba-tiba, seorang pria segera keluar dari dalam mobil dan menarik Maria dengan paksa masuk ke dalam mobilnya.

Maria meronta-ronta untuk memohon pertolongan, namun sepertinya pemberontakan dirinya hanya sia-sia, sebab tidak ada seorangpun yang bisa mendengar teriakannya.

Suara musik mampu merendam suara teriakan Maria yang meminta di lepaskan.

"Si.... siapa kamu? Kenapa kamu menculik ku!" tanya Maria dengan suara terbata-bata.

Gadis itu hanya mampu menahan sesak di dada, dunianya seakan runtuh, lagi-lagi dirinya di buat shock, dalam hati Maria siapakah mereka?

Maria hanya seorang gadis biasa saja, dia bekerja dari sore sampai malam menurut sifnya bekerja, tapi selama ini Maria tidak pernah merasa punya musuh, namun kenapa mereka menculiknya?

"Tu....tuan lepaskan aku!"

Maria terus meronta dan berteriak di dalam mobil.

Vrans yang merasa kesal mendengar teriakkan Maria, segera menancap gas mobilnya dan berkata dengan sedikit membentak.

"Diam!"

"Kalau kamu tidak bisa diam! Aku tidak akan segan-segan untuk menghabis mu!" Vrans memberikan ancaman sambil melotot ke arah Maria.

"Nona, nyawa mu sama sekali tidak berharga untukku! Dan aku sama sekali tidak berbelas kasih kepadamu, jadi aku harap kamu menurut saja dan ikuti semua perintahku!" ancam Vrans dengan kalimat yang penuh penekanan.

Maria terlihat begitu ketakutan, dirinya seakan mengecil, hatinya menciut dan kecut, Maria tidak tahu harus melakukan apa, jika dirinya melawan maka Maria pasti akan kalah dan bisa saja pria itu akan murka dan menghabisi dirinya dengan sadis.

Maria berpikir langkah apa yang dia ambil, dia melihat pria yang duduk di sampingnya sedang menyetir, haruskah dirinya menganggu pria yang sedang fokus menyetir agar tertabrak dan mengalami kecelakaan agar dirinya bisa lari?

Maria kembali ragu, hatinya berperang bagaimana kalau pria itu tidak mati? Dan dirinya yang celaka? Maria kembali berpikir cara lainnya namun idenya buntu.

Terbesit rasa penasaran dalam hati Maria, untuk apa orang ini menculiknya? Atau pria yang kaku ini adalah seorang psychopat yang menculik para gadis-gadis lalu menyiksanya?

Mengingat itu Maria menjadi ngeri, dia tidak berani membayangkan kalau dirinya menjadi korban dari seorang pria dingin tapi jagal.

lepaskan aku!" teriak Maria lebih keras lagi. Vrans sangat kesal dia segera menghentikan mobilnya dengan mendadak dan mata tajam pria itu segera bertindak!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel