3.Sakitnya Mei Shin
Mei Shin merasa tidak nyaman dengan tubuhnya yang terasa panas. Namun, disatu sisi Mei Shin merasakan kedinginan. Seolah-olah api dan es berada di dalam tubuhnya. Mei Shin bahkan merasa sulit membuka matanya.
Dia merasa hanya ingin tidur untuk saat ini, tetapi ia tidak bisa tertidur dengan nyenyak karena kondisi tubuhnya. Mei Shin bahkan masih merasakan kedinginan walaupun tubuhnya terasa panas.
Mei Shin merasa memerlukan tiga hingga lima selimut untuk meredakan rasa dinginnya. Namun, ia tidak bisa mengatakannya. Hal ini membuat tubuhnya semakin terasa tidak nyaman. Mei Shin menangis keras, membuat Lu Xian Yi yang sedang mengamati Mei Shin yang tengah tertidur sedikit terkejut.
"Shin'er sudah bangun." Lu Xian Yi tersenyum melihat Mei Shin yang perlahan membuka matanya.
Sinar matahari menerangi kamar melalui celah jendela yang tertutup tirai. Mei Shin sedikit merasa silau dengan sinar matahari yang memancar ke dalam kamarnya. Terasa sangat indah, tetapi juga terlihat sedikit menyebalkan karena menganggunya. Dan melihat wajah Lu Xian Yi membuatnya lebih menjengkelkan melebihi apapun yang menganggunya bahkan lebih menjengkelkan dari sinar matahari yang ia lihat di hari ini.
Mei Shin masih menangis. Dia benar-benar merasa tidak nyaman dengan keadaan tubuhnya dan dia merasa mulai agak pusing.
Lu Xian Yi hendak menggendongnya karena Mei Shin telah terbangun, tetapi ia sangat terkejut saat tangannya menyentuh tangan Mei Shin yang terasa sangat panas. Lu Xian Yi dengan hati-hati menggendongnya.
Mei Shin merasa hangat dan nyaman dalam gendongannya. Seolah-olah selimut hangat dan lembut membungkus seluruh tubuhnya.
Rasa dingin yang dirasakan Mei Shin juga berkurang. Namun, rasanya tubuh Mei Shin terasa lemas. Seakan ia tidak bertenaga. Perlahan Mei Shin menutup matanya dan hanya terus merintih dalam gendongan Lu Xian Yi. Bahkan untuk sekedar membuka matanya dalam waktu lama terasa sangat berat baginya.
"Lin Ji."
Seorang pria berjubah hitam dan memakai masker tiba-tiba muncul di belakang Lu Xian Yi dalam sepersekian detik, "Yang Mulia."
"Segera panggil tabib terbaik. Dalam waktu lima menit dia harus ada di sini."
Lu Xian Yi segera memerintahkan pengawal bayangannya yang tengah bersembunyi untuk memanggil tabib. Lin Ji adalah Pengawal Kaisar yang paling mematuhi perintahnya dan dia juga merupakan tangan kanannya untuk segala urusan.
"Baik, Yang Mulia." Lin Ji menerima perintah Lu Xian Yi dan dalam sekejap dia menghilang.
Lu Xian Yi mencoba menenangkan Mei Shin yang terus merintih dalam gendongannya. Mendengar rintihan Mei Shin yang tak kunjung usai membuat Lu Xian Yi bertambah khawatir.
Lu Xian Yi sangat khawatir dengan Mei Shin, karena ini pertama kalinya Mei Shin jatuh sakit.
Setelah beberapa saat Mei Shin merasa sangat nyaman dalam gendongannya. Rintihannya berangsur mereda. Lu Xian Yi merasa sedikit tenang ketika rintihan Mei Shin terhenti.
Perlahan Mei Shin membuka matanya lagi karena dia tidak bisa tertidur nyenyak. Mei Shin melihat wajah tampan Lu Xian Yi yang nampak khawatir. Meskipun, pria ini gila, tetapi ia juga sangat perhatian dan tidak kasar. Membuat hati Mei Shin tersentuh karena perlakuannya. Untuk sesaat Mei Shin lupa untuk membencinya.
Tidak, ia tidak boleh merasa tersentuh. Dia adalah seorang kaisar gila.
"Salam, Yang Mulia Kaisar."
Lin Ji dan tabib memberi hormat. Mereka tiba dengan tepat waktu. Lu Xian Yi hanya bergumam pelan sebagai jawaban
"Yang Mulia, Tabib Tang telah sampai tepat waktu."
"Pergilah."
"Baik, Yang Mulia." Dalam sekejap Lin Ji menghilang meninggalkan mereka bertiga dalam keheningan.
Lu Xian Yi membaringkan Mei Shin untuk diperiksa. Lu Xian Yi masih cemas. Apalagi istrinya masih seorang bayi yang baru berusia beberapa bulan.
Tanpa Lu Xian Yi sadari, ia mengeluarkan aura mencekamnya sehingga membuat tabib takut hingga dahinya berkeringat.
Jika dia gagal mengobati Permaisuri kemungkinan besar dia akan kehilangan kepalanya, pikirnya dengan ketakutan. Para pelayan yang mendengar bahwa Permaisuri sakit berdoa agar Permaisuri mereka sembuh. Demi kesejahteraan para bawahan mereka tidak ingin terjadi apapun pada Permaisuri. Karena Mei Shin adalah kunci dari segalanya bagi mereka.
"Segera periksa Permaisuri," perintah Lu Xian Yi.
"Baik, Yang Mulia."
Tabib segera memeriksanya. Dia mencoba tetap tenang ketika ia memeriksa Mei Shin. Ia sangat ketakutan karena Lu Xian Yi terus memperhatikannya.
Dia takut jika melakukan kesalahan sedikit saja kepalanya bisa saja melayang secepat kilat. Tabib itu memeriksanya dengan jantung berdebar cepat. Meski di luar dia terlihat tenang, tapi keringat dingin terus bercucuran di dahinya.
Setelah selesai memeriksa Permaisuri, tabib itu menyeka keringat di dahinya dan berkata, "Yang mulia, Yang Mulia Permaisuri terkena demam. Biasanya ini terjadi karena berada di ruang yang cukup dingin dalam waktu yang cukup lama. Apakah Yang Mulia Permasuri berada di luar cukup lama ketika angin bertiup kencang belakangan ini?"
Lu Xian Yi berfikir mengingat apa saja yang ia lakukan bersama Mei Shin kemarin. Ia ingat kemarin sore hingga malam ia mengajak Mei Shin berjalan-jalan cukup lama dengan angin cukup kencang. Saat itu memang terasa lebih dingin dari biasanya. Namun, dia lupa bahwa sekarang dia masih bayi yang perlu dijaga dengan sangat hati-hati.
"Ya."
"Jika begitu mohon untuk kedepannya Yang Mulia berhati-hati karena tubuh Yang Mulia Permaisuri masih lemah. Hamba sudah meresepkan obat untuk Permaisuri."
Lu Xian Yi mengangguk sebagai jawaban.
"Kalau begitu hamba undur diri terlebih dahulu." Tabib itu memberikan salam sebelum mundur perlahan dan berbalik pergi.
Lu Xian Yi menghela nafas. Dia tahu Mei Shin akan mudah sakit dan dia tidak akan sekuat orang lainnya karena ini adalah bayaran dari takdirnya. Namun, Lu Xian Yi tidak akan menduga bahwa ia akan selemah ini. Namun, Lu Xian Yi bersyukur setidaknya kelemahan Mei Shin hanya akan terjadi hanya sampai dia mencapai usia dua tahun. Dia akan lebih berhati hati dalam dua tahun ini untuknya.
Jika bukan karena wanita gila itu Mei Shin tidak akan menjadi seperti ini. Tahun ini seharusnya dia sudah terlahir kembali di dumia ini. Dendam ini akan Lu Xian Yi balaskan kepadanya seribu kali lipat lebih menyakitkan. Wajah Lu Xian Yi menjadi sangat dingin ketika mengingat wanita itu. Dalam kehidupan ini Lu Xian Yi berjanji akan membantai seluruh keluarganya sebelum membunuhnya sebagai balasan atas dosanya di kehidupan sebelumnya.
Dia akan menyesali semua perbuatannya. Tidak seharusnya dia memprovokasinya. Sayang sekali, dia tidak tahu sama sekali tentang sifat Lu Xian Yi dan dia telah menyinggungnya terlalu jauh hingga kematian pun tidak akan akan dapat membayar seluruh dosanya.
...
