Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 4. Semakin Jelas Kebusukannya

"Wandi, inget tujuan kita....!jangan pakai hati, wanita tua itu tidak pantas hidup. Biarkan dia kesakitan..."

Sayup aku mendengar suara mertuaku dibalik kamar.

Ya jendela kamarku menghubungkan dengan kolam renang di lantai dua rumahku.

Aku hirup dalam-dalam selang oksigen yang menempel di hidungku. aku berharap ini halusinasiku saja. Tapi sayangnya semua ternyata kenyataan.

Mataku melihat sekeliling kamar,yang aku rubah seperti kamar ICU dirumah sakit demgan segala peralatan dan dua orang perawat yang menungguiku.

Aku memilih dirawat dirumah,karena aku ingin dekat dengan Nayla dan nathan yang baru berusia 4 bulan. Aku ga rela keduanya diurus oleh ibu mertuaku.

Aku sangat takut kalau anak-anak ku akan tumbuh seperti wandi nazmah dan Aqila, aku tidak mau.

Dengan dibantu oleh Dheki dan Riska aku akhirnya mendapatkan suster untuk Enay dan Enat.

Ucapan yang menggantung tak kudengar lanjutannyaembuatku penasaran.

Setiap penggalan kata yang ku dengar membuat rongga pernafasan menyempit, memperlambat udara yang masuk dan keluar. Semakin sesak setelah ku lihat di layar cctv melalui handphone ku yang berbicara itu mertuaku dan Mas Wandi.

Aku pikir tadi itu suara Wak nyai, yang biasa kalau pagi-pagi datang hanya mbahas sinetron dengan bik Enjum.

Ada apa ini? Kenapa ibu mertuaku terlihat serius sambil mengacungkan telunjuknya pada suamiku yang menunduk sambil memegang rokok yang belun dinyalakan.

Aku kirim pesan pada teh Rani buang aku yakin jam segini sudah ada dikantor di lantai 1 rumahku.

Aku kirimkan screenshot tangkapan Camera cctv-nya yang menunjukkan ibu mertuaku dan mas wandi aedang berbicara di pinggir kolam renang.

[BI Nisa... Istirahat...jangan banhak pikiran... Bebasin... Kita ada disini ngejagain ibi.. ibi fokus sehat dulu...! Kasihan enay sama enat. Kalau ibi nguruskeun mertua itu emang mereka sengaja supaya ibi terus kepikiran...jangan kepancing...!]

Pesan masuk dari teh Rani.

Tapi yang dimaksud itu adalah aku?Apa aku yang ingin mereka siksa? Apa itu maksud ucapan mereka...?

Puluhan pertanyaan itu berkeliaran di pikiranku. Mengusik hati .

Jika memang maksud mereka itu aku, Ya Allah...apa yang harus aku lakukan? Apa dosaku sama mereka?

Aku segera meminta dheki datang,kebetulan hari ini hari Jumat besok Dheki libur.

Malam itu aku merasa nyaman dengan datang nya Dheki dan Riska yang sedang hamil besar. Dheki dan Riska ridur diranjangku memeluk ku, seperti dulu sebelum aku menikah dengan Wandi.

" Mom... Mommy sehat atuhlah... Biar bisa nemenin Riska lahiran. Kasian juga tuh Enay sama Enat...!" Ucao Dheki sambil meniumi lenganku hinyi hinyi.

Kami punya isitilah meremas pergelangan tangan dan menggigit denganulut itu hinyi hinyi. Biasanya aku lakukan saat dheki dan dinda masih kecil dan masih kami lakukan sekarang.

Malam itu aku minta Dheki untuk menyetel ulang semua camera cctv di rumahku dan menyatukan ke handphone Dheki dan Riska.

" Mom,,, aa sama si neng udah dari awal ngliatin mama di cctv he he he..." Jawab Dheki sambil memperlihatkan layar handphone nya.

" Kita khawatir tahu mom,, banyak yang aneh..." Ujar Riska.

Dan malam itu aku minta dheki mengamankan semua dokumen asset dan perusahaan dari dalam brankas.

Dan seperti biasanya kalau ada Dheki atau keluarga ku datang dari Bandung, mertuaku akan sibuk sekali seolah mertua yang berbakti pada menantunya.

Kalau tidak ada Shasha dan teh rani atau Keluargaku yang bekeeja disini, mungkin Dheki akan terkelabui oleh kebaikan semua mertuaku.

Alhamdulillah setiap hari keluarga ku menaniku bergantian, ceu nani juga sengaja datang dari bandung, teh Maya, bi Santi, dan aku melihat kalau mertuaku aering terlihat marah pada mas Wandi.

Separuh keraguanku pada Mas wandi kadang hilang. Sering aku melihat mas wandi memangis disiku sbil memegang tanganku dan meminta maaf.

Tapi itu ia selalu lakukan saat aku tertidur. Dan beberapa kali aku pura-pura tidur dan kembali mendengar itu.

Kondisiku berangsur sehat, tapi aku tidak lagi di izinkan doktwr menyusui enay dan enat.

Walaupun mereka bukan anak kandungku, karena air susuku penuh setelah melahirkan si kembar yang hanya berusia tiga puluh menit. Sepertinya Alloh memang sengaja membeeikan Air susu yang berlimpah Untuk Enay dan Enat.

Empat bulan aku menyusui mereka, yang semakin menguatkan pandangan orang kalau mereka anak kandung ku. Teemasuk dheki dan Riska yang awalnya juga tidak tahu.

Pagi itu aku bersiap mengunjungi riska yang sudah kontraksi dan sekarang ada dirumah sakit.

Aku kesal pada diriku sendiri kenaa mematikan handphone tadi malam, ternyata riska ketuban pecah dari pukul 11 malam.

Jam 9 pagi aku baru sampai dirumah bersalin, du jam perjalanan dari rumahku dilereng gunung salak ke tempat bersalin.

Aku turin daei mobil setengah berlari, lalu aku suruh mang iwanembawa si kembar enay Enat dan suster juga merruaku yang selalu mgintil kemanapun aku pergi ke rumah Dheki.

Riska tampak kesakitan. Aku memeluk riska, ..

" Mamaaaaaa.... Sakit maaaaa...." Jeritan pilu menantuku,

Aku memeluk Riska sambil mengusap punggungnya.

" Coba miring neng... Supaya lebih cepat pembukaan nya, ..!"

Riska pun mengikuti arahanku namun beberap detik kemudian riska menjerit kesakitan. ...

" Aa kenapa ga Caesar aja... Ini bahaya kalau sampai kering...?" Aku keluar minta sarung tangan pelastil dan steril.

Seorang asisten bidan dan perawat ikut masuk leruanhan Riska.

" Mama ... Mama dari kesehatan...?" Tanya bidan itu saat aku memakai sarung tangan dan memeriksa dalam melalui selangkangan..

" Saya dukun beranak..." Jawabku sekenanya.

" Aa... Ini baru pembukaan 2,ada yang ga beres kalau ketuban pecah dari jam 11. Sebaiknya partus dirumah sakit." Ucap ku.

" Mamanya dokter ya..?" Tanya perawat itu lagi.

Aku beneran geram jadinya.

Aku lalu menelpon adiku yang dokter kandungan sengaja aku loud speaker,aku ceritakan komdisi Riska. Dan adiku advuce untuk segera dolalukan tindak Caesar sebelum.keracunan kekeringan air ketuban.

Dengan kesal aku menemui bidan yang penampilannya membuat aku terbelalak. Dengan bando Mickey mouse dan dia sedang berjoget-joget sambil berkata. Tiup...tiup... tiup..

Dengan kesal aku bilang, aku akan menantuku ke rumah sakit.

Aku lihat bidan itu melotot. Tapi aku tidak peduli.

Setelah berdebat dan aku mengancam melaporkannya ke polisi baru bidan yang aku lihat aneh itu mengizinkan..( sekarang bidan itu terkenal dengan program tiup tiup nya..).

Akhirnya aku bisa membawa riska ke rumah sakit bersalin Hermina dan langsung ditangani dokter, ruoanya dikter dan perawat disana sudah sering menerima kasus gagal melahirkan dari tempat praktek bidan aneh itu. Dan mereka langsung melakukan operasi Caesar pada Riska.

Aku menunggu diluar bersama Dheki dan dua orang kakaknya Riska.

Tak berapa lama aku mendengar tangisan bayi.

Cucuku lahir, bayi perempuan yang cantik dengan rambut ikal seperti aku.

Dan panggilannya enit,,

Sama halynya enay, panggilan yang diberikan oleh dheki,

Enay enat enit... Panggilan yang teras conta dihati.

Aku terus menunggu cucuku sampai dipindah kan ke ruangan dan aku baringkan disebelah Riska.

Aku keluarkan gelang 30 puluh gram lalu aku pakaikan di pergelangan tangan Riska sebagai hadiah tekah melahirkan cucuku.

Baru saja aku sangat bahagia.

Dheki mendekati ku..

" Mom, si bapa udah deket, , mommy istirahat aja dulu dirumah..!" Aku tahu maksud Dheki.

Dheki tidak mau kalau bapaknya, mantan suamiku tahu aku ada.

" Mama pengen ketemu inong( dinda sukmadewi)." Jawabku.

" Sabar ya mom.." ucap dheki sambil memeluk ku.

Dengan berat aku keluar dari rumah sakit, dheki berkyalan sambil memeluk ku mengantarku Sampai tempat parkir, setelah dilihatnya mobil sudah keluar daei halam rumah salit kulihat dheki masuk.

Ada sakit yang selalu menelisik dihatiku.

Aku minta Pak Agus untuk kembali ke rumah sakit dan parkir di dekat lobby.

Aku hanya ingin melihat Dinda putriku.

Setelah lima belas menit memunggu .. aku lihat sedan BMW masuk dan berhenti di depan lobby, rumah sakit. Aku lihat dheki keluar dan mencium tangan Rachman mantan suamiku dan Debi perempuan yang sekarang menjadi istrinya.

Melihat inong ... Dadaku bergetar ..ingin rasanya aku berlari dan memeluknya.

Aku menenagkan hatiku..." Jangan rusak kebahagiaan Dheki dengan ke egois an ku..!"

Beberapa menit kemudian aku lihat status Dheki tengah berfoto dengan rahman yang menggendong Enit.

Hatiku semakin sakit nyelekit, dheki tidak memasang foto aku Enit dan Dheki di statusnya..

Ah jangan harap..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel