Part 2. Hamil Di Usia Senja
Aku semakin muak dengan suamiku, semakin nampak motiv dia menikahi ku, lebih lagi mertuaku yang entah isi kepalanya berisi apa.
"Wandi" ibu mertuaku setengah berteriak memanggil suamiku
"Kalau istrimu ga mau bantu balikan uang Veni, pinjam mobilnya !" Mama akan gadai ke uwa nyai."
" Lho kok mobil saya ma?Kenapa ga perhiasan mama aja? " Tanyaku.
Ujar ku menghalau ibu mertuaku yang berniat mengambil kunci mobil di meja rias kamar.
"Ayah, bunda ga kan bantu sedikitpun untuk masalah ini, sudah ga dinafkahi harus balikin uang yang kalian gunakan lagi. Aku ngebangun rumah, perusahaan apa keluarga ayah modalin?" Aku akhirnya bicara juga.
"Itu bapak bisa dapat uang sepuluh juta darimana?" Bentaku
" Giliran kita mau mulai usaha, sepeserpun ga bantu."
Ujar ku panjang lebar. Suamiku mengusap wajahnya kasar.
"Ndi, saja temui saja Veni ajak ngomong empat mata, bawa ke kamar mama aja!" Bilang mama mau ketemu."
Suamiku mengangguk dan memanggil Veni ke kamar ibu mertuaku, kudengar suara penuh drama ibu mertuaku.
Selanjutnya aku hanya dengar tawa mertuaku dan Veni
Aku memilih pergi ke luar dengan Salsabila keponakan ku yang ikut Denganku.
Dan saat sore aku balik kerumah, aku dengar suara mertuaku dikamarku.
"Ndi... jangan sampai tanah dan rumah memakai nama istri kamu, bisa ga dapat apa- apa kamu nanti...!"
Aku hentikan langkahku menuju dapur, kudengar ibu mertuaku sedang bicara dikamar dengan suamiku dan adik- adiknya dikamarku.
"Sekarang perusahaan Wandi lho mah direkturnya, istriku menyerahkan semua sama wandi,urusan ke bank semua nya deh. Mama tenang saja.."
Hmm aku semakin dekat dengan pintu kamar, semakin jelas aku mendengar percakapan mereka.
"Kalau kamu nanti pindah rumah, ajak adik kamu, manfaat kan sayangnya istri kamu sama adik kamu, suruh belikan adik kamu banyak perhiasan...!" Tanganku memgepal.
" Lagipula istri kamu yang tua itu ga mungkin bisa hamil, nanti setelah dua tahun atau kalau kamu sudah cukup bisa menjalankan perusahaan, ceraikan dia."
Kudengar jelas rencana busuk mereka.aku sudah merekam semuanya.
***
"Bund, demam?" Suamiku memegang keningku ,malam itu badanku meriang.
" Ayok kedokter." Ajak suamiku.
"Tolong panggil teh Rani !" Bunda mau sama teh Rani ke dokternya" ujar ku.
"Kapan ibu terkahir menstruasi?"dokter meraba perutku, yang terus mual sudah beberapa hari ini.
" Tanggal 5 September Dok,"
" Kita periksa urine ya Bu!" Sebentar saya siapkan USG juga."
"Alhamdulillah, ibu hamil ini sudah empat Minggu!" Dokter menunjuk layar monitor, kulirik suamiku pucat.
Teh Rani bertepuk tangan haru, sementar ia yang menati hampir 38 tahun tidak juga dikarunia keturunan, makanya teh Rani mengadopsi Salsabila.
" Selamat pak, janin nya kembar."
Dokter menjabat tangan suamiku, suamiku hanya tersenyum tak berkata apapun.
Teh Rani terus memeluk ku.
" Kanggo teteh hiji nya.." teh Rani bwgitu bahagia mendengar aku hamil.
Namun suamiku hanya diam menatapku dengan ekspresi yang entah tidak bisa aku baca.
"ayah, kayanya enak makan mie Tek Tek pedes pakai kol mentah." Aku utarakan keinginanku, rasanya kepengen banget makan mie Tek Tek.
" Jam segini dimana ada mie Tek Tek, emangnya dijakarta."
Suamiku berjalan keluar kamar , balik lagi masuk kamar.
" Ya sudah, ayah pergi dulu sama mang iwan cari mie Tek Tek."
Suamiku mengeluarkan jaket dari lemari dan memakainya.
Aku mengambil remote tv mencari siaran yang bisa tertangkap, semua bersemut.
Akhirnya suamiku datang dengan dua plastik penuh, dia memanggil adik- adiknya.
Kami berkumpul di ruang tv.
" Ini mie Tek Tek, ini kwetiaw Tek Tek, ini nasi goreng Tek Tek,ini bihun Tek tek., " Suamiku sepertinya membeli semua menu yang dijual.
Ibu mertuaku keluar kamar,
" Beli martabak ketan ga, ndi?" Mama juga kayanya ngidam martabak."
Ibu mertuaku sejak aku hamil memang sepertinya ikut ngidam, malah lebih banyak keinginan nya daripada aku yang hamil.
" Besok deh dibeli in, tadi sepertinya udah ga ada gerobaknya,ini udah jam satu malam mah.!'
Suamiku kembali sibuk dengan ponselnya, entah apa yang dia lihat.
" Mah kalau kepasar beli rebon ya, kayanya enak bikin peyek rebon."
Mertuaku langsung mengangguk.
" Sama cumi ya mah, asin cumi pakai Pete cabe hijau." Nanti biar aku yang masak mah"
Aku bayangkan gurih nya asin cumi hmmm nikmat dengan nasi panas.
" Mau lalapan apa?" Tanya ibu mertuaku
" Ga usah mah kan petenya udah dimasak sama cumi." Jawabku
"Kalau mama mau beli lalapan beli aja"
Aku menyerahkan uang lima ratus ribu ke tangan ibu mertuaku, dengan tersenyum ibu mertuaku masuk kamar dan sebentar saja sudah keluar memakai jilbab instan.
" Hayu." Kemana tanya suamiku
' hayu aja. Mau ikut ga?" Melihat aku sudah rapih dengan tas ku, suamiku bergegas ke kamar mengganti pakaiannya.
Aku sendiri langsung masuk ke mobil yang sudah ada mang Iwan di dalamnya.
" Ke bandara mang!" Pintaku.
Mang iwan menganggukkan kepalanya.
Setelah suamiku masuk mobil kami pun berangkat, dan seperti biasa baru sepuluh menit mobil berjalan suamiku sudah ngorok.. amit - amit bener deh.
Sampai di bandara suamiku bingung, "mau kemana kita? Tanyanya
" Ke Singapura, bunda mau makan duren."
Mang iwan ketawa ngakak, " sultan mah bebas" kata mang iwan.
" Mang nanti saya telpon kalau mau dijemput, kalau ada yang nanya kemana .. bilang aja ga tau ,"
" Siap" mang iwan senyum mengerti.
****
Membaca ini aku jadi tambah mengerti kenapa A Dheki begitu membenci ayah.
