Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13 Keengganan Elizabeth

Bab 13 Keengganan Elizabeth

Derrek melihat ke arah Camilla yang berjalan menjauh bersama Andy dan kembali lagi menatap Beth yang berdiri di sampingnya. “Ada yang tidak benar,” membatin Derrek.

Derrek mencoba menelaah apa yang membuatnya berpikir mengapa dia mengatakan ‘tidak benar’. Dan matanya melihat 2 orang wanita muda yang seumuran dengan Beth lalu membandingkan dengan Beth.

Secara diam-diam Derrek mengamati ketiga wanita muda yang berdiri tidak jauh darinya. Kedua wanita muda yang lain lebih memilih mengenakan gaun berwarna pink cerah dan yang satunya berwana pink pucat. Sangat sesuai dengan usia mereka. Sementara Beth?

Derrek memberengut dalam hati karena gadis yang dia harapkan bisa mendampinginya lebih memilih memakai gaun berwarna putih.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan warna tersebut, tetapi sangat tidak cocok di kenakan oleh Beth yang memiliki kulit sangat terang dan dia justru membiarkan rambutnya yang pirang pucat tergerai bebas di punggungnya.

Sebagai seorang pria yang cukup berpengalaman dan juga sering bertemu dengan para wanita yang sangat fashionable maka Derrek dapat menilai mana wanita yang berpenampilan baik dan mana yang buruk. Dan Beth adalah salah satu gadis yang masuk ke dalam golongan kedua.

Tanpa dapat dicegah Derrek memperhatikan Camilla yang tersenyum dan tertawa dengan teman-temannya. Wanita itu terlihat hangat dengan penampilannya yang begitu mempesona. Gaun putih keabuan yang dikenakan membungkus tubuhnya secara sempurna dan memperlihatkan lekukan tubuhnya pada saat dia berjalan.

“Sangat tidak mungkin bila Camilla tidak memberitahukan pada Beth bahwa yang dikenakan olehnya sangat tidak cocok,” pikirnya saat membandingkan keduanya.

Derrek sekali lagi tersenyum dan menatap mata Beth. Dan dia sangat terkejut ketika menyadari bahwa Beth balas menatapnya dengan berani. Sangat jelas bahwa Beth secara jelas mengungkapkan ketidaksukaannya dan Derrek menilai bahwa Beth adalah wanita keras kepala dan tidak akan menerima penilaian dari orang yang lebih berpengalaman. Sementara Sam sudah sejak tadi pergi meninggalkan mereka berdua.

“Aku tidak yakin sifat yang dimiliki oleh Beth adalah yang aku butuhkan,” putus Derrek dalam diam.

Dengan pandangan menilai, Derrek berusaha untuk mengenal lebih jauh gadis yang berdiri di sampingnya. “Apa kamu selalu menyukai kegiatan berdansa?” selidiknya.

Mata Beth bersinar-sinar dan bercahaya saat dia mengungkapkan apa yang dia sukai. “Kamu benar. Oh, tidak masalah bukan kalau aku memanggilmu dengan Derrek?”

“Tidak. Aku tidak pernah mempermasalahkan sebutan maupun panggilan mereka padaku,” katanya dingin.

“Baik. Aku sangat menyukai yang namanya dansa. Dibandingkan dengan acara makan malam seperti sekarang ini … aku yakin kalau kamu setuju kalau ini sangat membosankan. Dan aku selalu mempunyai teman-teman yang menarik dan bisa membuat keseruan sehingga setiap acara yang aku datangi tidak berakhir dengan sangat membosankan.”

Beth terus mengungkapkan dan menceritakan teman-temannya yang membuat Derrek harus menahan diri untuk tidak menyela maupun menghentikan semua yang sedang disampaikan oleh Beth dengan bersemangat.

“Apakah kau mengenal Jefry? Dia adalah salah satu temanku yang bisa memberikan informasi di mana tempat berdansa yang baik,” ceroros Beth tidak peduli apakah Derrek mengenal nama-nama yang dia sebutkan atau tidak. Karena sudah pasti Derrek tidak akan mengenal teman-temannya.

“Tidak. Aku tidak mengenal semua nama yang kamu sebutkan,” jawabnya yakin.

Wajah Beth tersenyum sumringah dan merasa di atas angin karena seorang Derrek tidak semuanya tahu.

“Tentu saja. Karena mereka semua seumuran denganku. Dan … aku melihat salah satu temanku di sana. Aku akan menemui mereka. Tidak sopan bukan bila membiarkan seorang teman merasa asing.”

Derrek tidak tahu harus mengatakan apa melihat Beth pergi begitu saja tanpa berpamitan padanya. Kebingungan melanda dirinya. Derrek merasa Beth memperlakukannya sebagai teman yang tidak perlu diperhatikan.

Derrek baru saja berniat pergi mencari tuan rumah untuk berpamitan ketika telinganya mendengar gemeresik kain sutra di sampingnya dan aroma honeysuckle yang samar-samar dan sukar ditangkap menggoda inderanya.

Derrek menunduk ketika merasakan sentuhan pada lengannya dan pegangan telapak tangan Camilla yang halus.

Camilla mengikuti pandangan Derek ke arah Elizabeth. “Aku tahu apa yang sedang kamu pikirkan. Dan anggap saja yang kamu lihat adalah ideku,” katanya tertawa saat dia mendongak menatap wajah Derrek.

“Dan kenapa kamu memberikan ide seperti itu? Tidak khawatir kalau Beth mendapat gunjingan dari tamu yang hadir di sini? Ayolah Camilla, aku tahu Lolita sangat berpengaruh dengan semua yang dipilih oleh Beth. Jadi tidak perlu mengatakan kalau semua itu adalah idemu,” sela Derrek.

“Lalu? Aku yakin Lolita adalah ibu yang baik dan dia selalu memperhatikan kebutuhan putrinya.”

“Dan Beth akan menjadi seorang gadis yang sangat beruntung bila dia dalam pengasuhanmu,” tukas Derrek kesal.

Derrek tahu kalau kata-katanya sudah membuat Camilla menatapnya heran sekaligus tidak mengerti. Tapi itulah kenyataannya sejak dia melihat Lolita yang menarik lengan putrinya seperti sebuah paksaan. Tidak ada kelembutan maupun kasih sayang disetiap ucapan dan tindakannya.

“Tidak usah dipikirkan. Hanya pengandaian saja kok,” katanya berpaling untuk melihat wajah Camilla.

“Elizabeth tidak terbiasa berada di acara seperti ini. Selain itu, ini adalah acara kedua yang dia hadiri.”

Camilla mendongak untuk menatap Derrek yang memiliki tubuh lebih tinggi darinya meskipun dia sudah memakai higheels. Matanya bercahaya dengan tatapan menggoda sehingga Derrek ragu bagaimana Camilla bisa berkumunikasi bila dia terus memandangnya seperti itu.

“Aku yakin Beth akan belajar untuk melalui semua ini. Tidak semua gadis seusianya bisa secara otomatis melakukan yang diinginkan oleh keluarganya tanpa melalui pelatihan terlebih dahulu,” ujar Camilla membela Beth.

Ucapan Camilla serasa menyentak kesadaran Derrek sehingga dia berpikir mungkinkah Camilla berhasil menebak yang berada di dalam pikirannya. Andaikan saja dia bisa bertanya dan meminta Camilla untuk membantunya.

“Aku tahu dan ….” Derrek tidak dapat meneruskan ucapannya karena Camilla berseru dengan wajah yang gembira. Dan matanya dipenuhi oleh rasa rindu ketika matanya menatap ke arah pintu masuk. Keingintahuan Derrek begitu besar sehingga dia mengikuti pandangan Camilla dan melihat siapa yang baru saja datang.

“Kenan?”

“Benar. Aku permisi dulu karena harus menyambutnya.”

Tanpa menunggu jawaban Derrek, Camilla segera melangkah mendekati orang yang baru saja datang. Kemudian Camilla memeluknya dengan erat saat mereka berdiri saling berhadapan.

“Aku sangat merindukanmu. Jangan pernah meninggalkan aku lagi,” bisik Camilla lembut saat pria yang baru datang balas memeluknya.

“Aku juga sangat merindukanmu. Apakah kamu baik-baik saja?” katanya saat Kenan melepaskan pelukan Camilla dan menatap wajahnya.

“Tentu. Kalau aku tidak baik mana mungkin aku bisa berada di sini?” jawabnya tertawa.

“Ada acara apa? Tidak biasanya Sam membuat acara seperti ini?” tanya Kenan dan dia menyapa para tamu dengan senyum dan anggukan kepala saat berjalan masuk.

Hampir semua tamu yang hadir di acara yang dibuat oleh Lolita mengenal Kenan. Kenan adalah putra tertua dari keluarga Parker Winter. Sebagai seorang Panglima pertahanan Militer Alluvia, Kenan sulit sekali mengatur kunjungan dan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan keluarganya.

Dari sudut matanya Kenan dapat melihat Sam dan Lolita yang berjalan mendekat untuk menyapanya. Dari raut wajah Sam seperti mempunyai gambaran apa yang akan dikatakan oleh kakaknya.

“Selamat datang Kenan. Aku tidak mengira kalau kamu bisa menyempatkan diri untuk datang ke sini,” sapa Sam dengan suaranya yang dingin. Sementara Lolita … dia hanya mengangguk dan tidak memiliki minat untuk menyapa kakak iparnya.

“Aku tidak tahu kalau di rumah kalian ada pesta. Dan tujuanku ke sini adalah untuk bertemu dengan Camilla. Apakah kamu mau menemaniku? Tentu saja setelah tugasmu di sini selesai.”

Suara tawa Camilla sudah memberikan jawaban yang diharapkan oleh Kenan dan dia sekali lagi menyapa semua tamu sebelum meninggalkan ruangan.

“Apa yang sebenarnya diinginkan Kenan? Datang dan pergi begitu saja. Kau yakin tidak mengatakan apapun padanya?” tanya Sam pada Camilla setelah adiknya kembali mengantar Kenan.

“Mengatakan apa? Aku baru ini bertemu lagi dengannya,” jawab Camilla mengangkat bahu.

“Aku harap kamu tidak mengatakan apa pun bila dia tidak bertanya padamu. Khususnya tentang Beth dan Derrek,” pesan Sam sebelum pergi meninggalkan Camilla diikuti oleh Lolita.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel