Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. Jangan Memberikan Senyummu pada Pria Lain

"Kasih, kamu cantik sekali," puji Nimas.

"Aku harus mengubah penampilanku, Mbak. Aku harus ke luar dari zona nyaman," balas Kasih.

"Iya, kamu harus tunjukan ke orang-orang kalau Kasih yang dulu dan sekarang berbeda," tukas Nimas. "Mbak lega karena kamu bangkit dari rasa putus asamu dan tidak terlalu larut dalam kesedihan."

"Terima kasih ya, Mbak. Di perusahaan ini, hanya Mbak Nimas lah yang masih mau bicara, dan berteman denganku. Mereka semua mendadak menjauhiku setelah mengetahui kalau aku jadi personal assistant-nya Pak Arthur."

"Mbak masih tetap begini, dan tidak ada yang berubah dari persahabatan kita di perusahaan ini," ucap Nimas tersenyum. "Mereka hanya iri karena hanya kamu lah satu-satunya wanita yang bisa jadi asisten pribadinya, semua pasti tahu bagaimana sikap Pak Arthur yang dingin pada para wanita, bahkan kalau beliau tidak suka, dia akan menatap dengan tajam. Banyak staff wanita yang menangis karenanya. Mereka kaget karena anak baru mampu jadi asisten pribadi Pak Arthur."

"Mungkin saja aku dipilih karena aku tidak seksi, dan tidak cantik, jadi Pak Arthur merasa aku ini cocok menjadi asistennya."

"Kamu itu cantik sekali, Kasih.  Banyak pria yang diam-diam menganggumimu di perusahaan ini. Apalagi saat ini dengan posisimu di perusahaan ini, dan juga penampilan kamu yang baru menjadi buah bibir. Mbak merasa terharu karena kamu bisa berubah seperti ini. Mbak tahu kalau kamu habis putus dengan pacarmu, dia pasti menyesal karena mencampakanmu."

Kasih tersenyum tipis. "Aku sudah tidak peduli lagi dengan dia, Mbak. Aku juga tidak mau menunjukan padanya dan membuat dia berbalik mencintaiku. Saat ini fokus utamaku hanya Zayn, dia satu-satunya keluarga yang masih aku miliki di dunia ini, kebahagiaan Zayn adalah kebahagiaanku juga."

"Kamu memang kakak yang sangat baik, Zayn beruntung karena kamu adalah kakaknya," puji Nimas.

"Kasih!"

Kasih dan Nimas langsung beralih ke  arah sumber suara. Mereka berdua langsung berdiri dan membungkukan setengah badan.

"Kamu ke ruangan saya!" pinta Arthur tanpa menatap Kasih dan Nimas.

"Baik, Pak," balas Kasih, wanita itu langsung mengikuti langkah kaki Arthur menuju ruangan CEO.

"Kunci pintunya!" pinta Arthur yang sudah duduk di sofa.

"A-pa? K-kunci? Kenapa harus dikunci, Pak?" tanya Kasih sedikit gugup.

"Kamu tidak perlu tanya! Ikuti saja perintahku!" balas Arthur dengan suara yang terdengar dingin.

Kasih langsung mengunci pintunya, dan dia mengembuskan napasnya dalam-dalam, dia agak khawatir karena tatapan pria itu sangat buas, tatapan yang dia lihat saat kesuciannya terenggut pada malam itu bersama Arthur.

"Kamu kenapa berdiri di sana? Sini duduk di sisiku," pinta Arthur, dia menepuk-nepuk sofa di sebelah kananya.

Kasih tersenyum kikuk, dia dengan berat hati melangkahkan kakinya.

Arthur langsung menarik lengan Kasih sampai wanita itu duduk di atas pangkuannya. Arthur langsung mengecup punggung tangan Kasih dengan lembut. "Aku merindukan aroma tubuhmu ini," ucapnya dengan suara parau.

Kasih mengigit bibir bawahnya, pria itu pasti memintanya untuk melakukannya saat ini. Ia masih membayangkan bagaimana rasa sakitnya.

"Pak, jangan di sini! Kita sedang berada di kantor," ucap Kasih, dia menahan tangan Arthur yang hendak membuka kancing kemejanya.

"Aku ingin sekarang! Kamu tidak mau melayaniku?"

"Tidak di sini, Pak. Ini bukan kamar atau tempat pribadi, tapi ini adalah perusahaan. Bapak tidak bisa menahan hasratnya sampai nanti kita pulang ke apartemen?"

"Tidak bisa. Aku ingin sekarang! Kamu ini istriku, jadi wajar bukan kalau suami meminta istri untuk melayaninya?"

'Aku ini bukan istrimu! Aku hanya istri kontrak,' balas Kasih dalam hati.

Tawa Arthur meledak, dia melihat wajah Kasih yang ketakutan karena dia menggoda wanita itu. Arthur langsung menutup kancing kemeja Kasih. "Aku hanya ingin bermain-main denganmu dan membuatmu ketakutan," ucapnya terkekeh.

"Apa alasannya?"

"Karena kamu membuatku cemburu, Kasih," balas Arthur.

'Cemburu? Apa aku tidak salah dengar? Dia saat ini sedang cemburu?' batin Kasih.

"Aku tidak suka kalau kamu menebar pesona pada staff pria di perusahaan ini, dan juga jangan membuat para klien-ku tertarik padamu, jangan pernah menggoda mereka! Aku selalu benci jika milikku mereka sentuh!"

"Menggoda? Aku tidak pernah sekali pun berusaha menggoda atau menarik perhatian dari para klienmu, kamu juga pasti tahu karena kita selalu pergi meeting bersama," balas Kasih, kali ini ia tidak bicara menggunakan bahasa formal dengan Arthur.

"Senyumanmu itu yang menggoda mereka! Aku tidak mau kamu disukai oleh pria lain. Saat ini kamu adalah milikku, kamu tidak berhak dicintai atau dipuja oleh pria mana pun. Kamu mutlak hanya untukku."

"Aku tahu diri, dan juga tidak akan pernah melanggar kontrak yang sudah kita sepakati," balas Kasih.

"Bagus! Aku suka dengan kesadaranmu itu," ucap Arthur.

"Sudah tidak ada yang kita bicarakan lagi, kan?" tanya Kasih, wanita itu kurang nyaman duduk  berada dipangkuan Arthur.

Arthur langsung meraih tengkuk Kasih dan mengecup bibir mungil itu lembut. "Nanti malam kita akan pergi ke Paris. Aku ada pertemuan penting di sana selama seminggu. Kamu sudah tahu tentang jadwalku ke Paris, bukan?"

Kasih mengangguk. "Saya sudah tahu, dan saya sudah siapkan semua yang Bapak perlukan," jawabnya kembali bicara dengan formal.

Arthur tidak menjawab, dia malah merebahkan dirinya di atas sofa dan membuat tubuh Kasih tepat berada di atas tubuh pria itu.

"Pak, saya mau mengurus rencana perjalalanan bisnis Bapak nanti malam yang akan terbang ke Paris," ucap Kasih, dia berusaha melepaskan tubuhnya yang didekap Arthur.

Arthur tidak melepaskannya, kedua lengannya malah melingkar di pinggang Kasih. "Aku sangat lelah, dan butuh tenaga. Tetap begini sampai aku tertidur pulas."

Kasih tidak menjawab, dia memang harus akui kalau Arthur pasti sangat lelah karena pria itu sangat sibuk luar biasa. Arthur berangkat dari pagi buta, dan kembali setelah matahari tenggelam. Bagaimana pun pria itu adalah pria yang sangat bekerja keras, meski Arthur adalah tipe manusia dingin yang tidak punya hati, tapi di atas ranjang kemarin, dia berubah menjadi sosok yang hangat. Kasih tanpa sadar tersenyum memikirkan bagaimana dia bisa menatap Arthur sangat dekat sekarang.

***

"Dia mempunyai asisten pribadi seorang wanita?" tanya Rose terkejut.

"Iya, suamiku dan staff lainnya pun terkejut karena Arthur mempekerjakan seorang wanita di sisinya, padahal kita semua tahu kalau dia alergi bekerja dengan wanita," balas Evelyn.

Rose terdiam, dia memang sangat sibuk akhir-akhir ini dengan syuting film layar lebar yang akan tayang nanti, dia belum sempat bertemu dengan suaminya.

"Rose, kamu tidak tanya kenapa suamimu malah mempunyai asisten pribadi wanita?"

Rose tersenyum. "Aku tidak perlu bertanya karena aku percaya dengannya."

"Tapi gadis itu katanya sangat cantik, dan banyak staf pria di perusahaan yang mengejarnya. Kamu tidak merasa khawatir atau cemburu?"

Rose setengah tertawa. "Kenapa aku harus khawatir? Aku tahu siapa suamiku, dan dia tidak akan pernah tergoda dengan wanita mana pun, kamu juga tahu kalau aku dan Arthur itu seperti takdir yang tidak bisa dipisahkan."

"Iya, kalian memang pasangan yang sempurna, dan banyak yang iri dengan kalian," tukas Evelyn.

Rose tersenyum tipis, namun di hatinya dia sedikit gelisah. 'Aku harus datang ke perusahaan untuk melihatnya,' batinnya dalam hati.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel