Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. Senyum yang Menggoda

***

Kasih terus membiarkan air shower mengalir menyiram tubuhnya. Semalam merupakan malam yang paling kelam dalam hidupnya. Bunga kehidupannya layu, membuat wanita itu merasa tak berharga. Air matanya bercucuran, menetes bersama rasa sesal yang mendalam. Bagaimana mungkin dia mengingkari janji suci yang pernah diikrarkan kepada mendiang ibunya? Pada saat itu, Kasih bersumpah untuk menjaga kehormatannya untuk suami masa depannya, bukan untuk suami yang hanya menjalin ikatan pernikahan hingga melahirkan anak laki-laki.

Tiba-tiba, Kasih memutus aliran air shower, membungkus tubuhnya dengan kimono handuk. Tubuhnya terasa sakit, dan rasa pedih melanda bagian inti tubuhnya.

Dengan pandangan tajam, Kasih duduk di depan cermin rias, tertawa dengan kepahitan. Gelak tawa itu terdengar menusuk hati, meremehkan dirinya yang telah terhina.

"Kasih Cynthia, kau sudah kehilangan hargamu! Tidak layak dicintai oleh pria mana pun karena kau kotor," ucap wanita itu pada dirinya sendiri, tangannya menyentuh lembut wajahnya di depan cermin. "Wajah ini harus kugunakan dengan bijak. Aku harus memanfaatkan kecantikan ini untuk membalas mereka. Selama aku hidup, aku takkan membiarkan mereka berdamai. Mereka akan membayar dengan sangat mahal!"

Kasih mulai merias wajahnya. Ia ingin mengubah citra dirinya yang terlahir sebagai sosok yang naif. Tak ada lagi sosok Kasih yang polos tanpa riasan atau sosok Kasih yang mudah memaafkan. Kini, hadirlah sosok Kasih yang akan menjadi monster bagi mereka yang merusak kehidupannya.

"Pagi ini, kalian akan melihat Kasih yang berbeda. Hari ini adalah awal, dan aku akan memberikan kalian neraka," ucap Kasih dengan sinisme. Wanita itu menghela napas berat. "Mama, papa, kalian yang tenang di sana, Kakak akan membalaskan dendam kita pada mereka. Jangan khawatirkan kami, karena Kakak akan menjaga dan melindungi Zayn. Tak seorang pun akan menyakiti Zayn lagi. Sekarang, Kakak telah menemukan pria yang bisa membantu kita membalaskan dendam. Pria ini adalah monster keji dan berkuasa."

Kasih tersenyum penuh arti, mengaplikasikan gincu merah di bibirnya. Kini, ia memandang wajahnya yang mempesona.

Sempurna!

Selamat datang, wanita penggoda yang memikat!

***

"Rose, nanti malam aku tidak akan pulang karena ada urusan penting," ucap Arthur, mengawali percakapan yang terasa dingin.

"Oke, Sayang. Tapi akhir pekan ini, kita harus luangkan waktu ya! Mami kan ulang tahun, kita harus kasih surprise untuk mami. Kemarin mami telepon, katanya kita jarang menjenguknya. Ya, aku bilang kita sangat sibuk," balas Rose, mencoba menyemangati hubungan mereka.

"Harusnya kamu luangkan waktu untuk mami. Orang tua hanya ingin perhatian anak-anaknya," tukas Arthur dengan nada penuh kekecewaan.

"Karierku sedang di puncak, Arthur. Aku nggak mau menyia-nyiakan kesempatan ini! Kamu juga tahu kalau jadi nomor satu di industri hiburan adalah mimpiku. Saat ini aku adalah salah satu selebriti dengan bayaran paling mahal. Aku juga banyak menekan kontrak iklan dengan bayaran fantastis," ucap Rose dengan antusias.

"Apa yang kamu cari? Bukankah aku sudah memberi apapun yang kamu mau?"

"Aku hanya senang orang-orang memperhatikanku, dan aku bangga menjadi pusat perhatian," balas Rose tersenyum lebar.

"Karena ambisimu itu membuat kamu mengabaikan keluargamu, orang tuamu, dan juga aku, suamimu," ujar Arthur dengan sindiran menusuk.

Rose menghela napas pendek. Dia menghampiri Arthur, duduk di sampingnya. "Sayang, kita dari awal sudah sepakat bukan? Kamu lupa kalau pernikahan ini terjadi karena orang tua kita? Kita menikah hanya bisnis, dan kita sepakat untuk mendukung mimpi kita satu sama lain."

"Tapi sudah belasan tahun kita menikah, kamu tidak mau kita memiliki keturunan?"

"Aku tidak suka anak kecil, bukankah kamu juga tahu kalau aku menganut paham child-free?"

"Kamu tidak mau kita memperkuat kedudukan dengan kita memiliki keturunan? Anak?"

"Iya, tapi untuk sekarang aku nggak mau punya anak dulu. Mungkin kalau aku sudah bosan dengan dunia ini, aku mau memikirkan untuk mempunyai anak."

"Sudah belasan tahun, Rose! Kita juga sudah tidak muda lagi. Kamu yakin kita bisa memiliki anak jika menundanya terus?"

Rose terdiam, tersenyum. "Aku mau asal kamu jawab dengan jujur."

"Kamu butuh jawaban seperti apa?"

"Kamu mencintaiku?"

Hening.

Arthur menghela napas berat. "Aku rasa kamu sudah tahu jawabannya, dan aku tak perlu bersusah payah untuk menjawabnya," balasnya. Lalu, Arthur beranjak dari duduknya. "Kamu jangan membuat masalah lagi karena aku belum tentu bisa membantumu menutupi skandalmu, dan nanti jika aku merasa sudah muak dengan semua ini, jangan salahkan aku kalau nanti kamu terluka."

"Kamu sedang mengancamku?"

Arthur tersenyum miring. "Tidak. Aku hanya sedang memberimu peringatan!" Pria itu meninggalkan Rose yang terdiam membisu.

Rose menatap punggung suaminya dengan perasaan nanar. "Andai kamu mengatakan kalau kamu mencintaiku, aku pasti melepaskan semuanya," ucapnya pelan, memperlihatkan kerapuhan di balik image yang selama ini dibangunnya.

***

Arthur membeku menatap penampilan yang tak biasa dari Kasih. Wanita itu tampak berbeda dengan atasan turtleneck yang dipadukan dengan pantsuit warna pastel yang lembut, rambut hitam indah Kasih dibiarkan bergelombang, dan riasan yang lebih fresh. Di mata Arthur, wanita itu pagi ini terlihat sempurna.

"Pak Arthur..."

Lamunan Arthur langsung buyar saat Kasih memanggil namanya dan menatap dirinya saat ini.

"Hmm..."

"Ada yang harus saya kerjakan lagi?" tanya Kasih tersenyum. Wanita itu berusaha bekerja secara profesional meskipun kini menjadi istri kedua atasannya.

Arthur tidak langsung menjawab, melainkan melihat arloji di tangan kanannya. "Sudah waktunya untuk jam makan siang. Kamu sudah membatalkan jadwal saya dengan Mr. Choi?"

Kasih mengangguk. "Iya, Pak. Saya sudah membatalkan dan meminta Mr. Choi untuk mengatur jadwal di hari yang lain, dan beliau menyanggupinya."

Suasana hening beberapa detik.

"Pak Arthur..."

"Apa lagi?"

"Jika tidak ada yang bisa saya kerjakan lagi, saya izin untuk makan siang di luar," balas Kasih tersenyum lagi.

Arthur terpesona beberapa detik dengan senyuman yang diberikan Kasih padanya hari ini. Senyuman itu membuat dadanya bergejolak hebat. Dari dulu ia memang harus mengakui bahwa Kasih memiliki kecantikan alami yang tak ada tandingannya. Namun, senyuman pagi ini kenapa terus membuat pria itu menjadi tambah gelisah?

"Kamu sengaja menggodaku dari pagi?"

Kedua alis Kasih mengernyit. "Menggoda Bapak? Maksudnya apa ya, Pak? Sejak pagi, saya hanya mengerjakan tugas dari Bapak dan membahas pekerjaan. Di mana letak saya menggoda Bapak?"

Arthur tersenyum miring. "Kamu sengaja mengubah penampilanmu dan memakai riasan seperti ini agar aku tergoda padamu?"

Kasih tersenyum. "Saya tentu harus mengubah penampilan saya karena saya ini adalah personal assistant Pak Arthur. Saya memakai riasan yang sangat wajar, tidak mencolok sama sekali, dan saya juga mengenakan pakaian yang tertutup. Jadi, bagaimana bisa diartikan sebagai upaya saya untuk menggoda Bapak?"

'Senyumanmu yang menggodaku,' jawab Arthur dalam hati.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel