Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

"Sudah sana istirahat.... Ibu mau melanjutkan mencuci piringnya" jawab Ibuku agak sedikit meninggi suaranya. Dari wajahnya terlihat wajah antara malu, bingung dan marah. Mungkin marah dengan dirinya sendiri.

Sambil menaiki tangga, pikiranku tetap pada kejadian yang barusan terjadi tadi. Aneh benar-benar aneh, biasanya Ibu tidak seperti ini. Ada apa sebenarnya? Apa Ibu ada masalah dengan Romo? Memang iya Romo hampir 1 bulan ini selalu keluar kota terus, Ah masa bodohlah tapi celanaku semakin sempit.

Aku memasuki kamar, kututup pintu dan kurebahkan jasad bernyawa ini. Ahh....enak sekali tidur siang-siang ini. Kupejamkan mataku, coba menerka apa yang sebenarnya terjadi tadi.Ya Wanita itu dengan kebaya biru, berbalutkan jarit batik keris dibagian bawahnya. Cantik, indah dan memperlihatkan setiap lekukan tubuhnya. Bagaimana bagian dalamnya ya? Uhfff......Hmmm....tanganku mengelus-elus celananku dengan sendirinya tanpa sadar.

"Lho kenapa aku bisa membayangkan Ibuku? Ah gila aku ini? Ah baru kali ini aku punya pikiran seperti ini, ini semua karena kejadian tadi" batinku.

Mungkinkah Ibu kangen sama Romo? Tidak mendapatkan 'gaji' dari Romo? Kenapa Ibuku melampiaskannya kepadaku tadi? Apakah dia menginginkan aku? Bagaimana kalo itu benar? Dan apa yang harus aku lakukan pada Ibuku? Ah tidak mungkin, Ibu adalah wanita keturunan ningrat, tidak mungkin dia melakukan hal bodoh seperti itu.

Baru kali ini ada perasaan aneh karena perlakuan Ibuku, Biasanya ketika aku peluk dari belakang Ibuku juga bersikap biasa saja. Bahkan aku selalu merasakan hal yang biasa ketika aku memluk Ibuku. Kenapa selalu berputar-putar pemikiranku ini? Berat sekali mata ini ah.....................

Grooook grooook.....

Groooook.......... Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz..

Tok tok tok.....

"Nak bangun sudah sore" teriak ibuku dari belakang pintu.

"Ehmmmmmm.....aaaahhh.....Hoaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaam......" menguap sejenak ketika mendengar ibuku teriak.

"Iya bu...." teriaku

"Mandi dulu sana" jawab Ibuku.

Kudengar langkah Ibuku menuruni tangga. Ibu.....Hmmmm kejadian tadi muncul kembali ke dalam pikiranku. Pikiran kotor yang terus berkecamuk yang selalu aku tepis. Masa bodohlah, mandi terus makan. Aku menuruni tangga, kamar mandi rumahku terletak persis disamping tangga bagian bawah. Sesampainya di lantai bawah aku menuju keluar di pekarangan belakang rumahkku, pekarangan rumah bagian belakang rumahku seperti penjara dimana pagar bumi setinggi 5 meter mengelilingi pekarangan belakang rumah. Tak ada yang bisa dilihat kecuali sebuah kolam ikan kecil dan taman dengan pohon rambutan yang tumbuh subur di belakanng. Di pekarangan rumahku ini ada sedikit tanah lapang yang biasa aku pakai tiduran dengan menggelar tikar dibawah pohon rambutan itu.

Aku melangkah menuju jemuran dibelakang rumahku, ambil handuk dan saatnya mandi. Ketika aku menuju berjalan dari pekarangan rumah menuju kamar mandi aku lihat Ibuku. Kami saling pandang, aku melempar senyum, tapi Ibuku langsung tertunduk seperti malu melihatku. Masuk kamar mandi dan Byuuur byurr byurr......... Tiba-tiba kejadian tadi siang masuk ke dalam pikiranku kembali. Aduh dedek Arya bangun. Toeeeeng eng eng eng..... hadeeeeeeh Ibu.... oh Ibu......hmmmm.......segera kuselesaikan mandiku daripada terjadi hal-hal yang aku inginkan ha ha ha. Kembali ke kamar, membuka tugas kuliahku, dan belajar. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat kulihat jam dinding menunjukan waktu hampir jam 7 malam.

"Sudah saatnya makan malam" bathinku

Aku turun ke lantai satu dimana Ibuku sudah menungguku di bawah. Cantik sekali, walau sudah malam Ibuku tetap mengenakan kebaya. Balutan jarit batik keris warna coklat sangat cocok dengan kebaya warna hitam. Aku tersenyum kepada Ibuku, tapi Ibuku membuang muka ketika itu.

"Masak apa bu?" tanyaku dengan riangnya sambil menuju ke arah meja makan.

"...... Tinggal makan saja nak , tidak usah tanya-tanya, cepet makan, lanjutkan belajar kamu dan istirahat" jawab ibuku dengan nada sedikit ketus.

"Aduh ada apa sebenarnya ini?apakah ibuku malu dengan kejadian tadi siang?ayolah bu...."bathinku. sambil menngambil nasi dan lauk segera aku lahap. Suasana makan malam yang tidak mengenakan, tidak seperti biasanya walaupun tidak ada Romo kita selalu bercengkrama dan bercanda. Oh Ibu ada denganmu?

"Bu, Ibu kenapa?" tanyaku membuka pembicaraan

"Tidak apa-apa nak?" jawabnya sambil mengangkat piring kotor untuk di letakan di tempat cucian.

"Arya punya salah sama Ibu?" lanjutku

"...." Ibu hanya diam saja tidak menjawab

"Ya udah Bu, kalo Ibu marah sama Arya, mending Arya Ngekos aja, daripada buat Ibu setiap hari seperti ini. Kemarin-kemarin juga tidak seperti ini bu suasananya. Besok Arya mau cari tempat kos, Terima kasih makan malamnya Bu, Arya mau kekamar terus tidur" penjelasanku panjang lebar sama dengan Luas. Aku sendiri bingung, kenapa bisa berbicara seperti itu kepada Ibuku?tega banget meninggalkan Ibu ketika Romo jarang pulang.

"...." Ibu masih diam saja

Aku tak tahu apa yang dirasakan oleh Ibuku, apakah dia menangis? Atau tersenyum dengan perginya aku? tapi dengan diamnya Ibu berarti Ibu setuju. Balik ke kamar belajar, dan sedikit mengerjakan tugas dari Bu Dian. Ah senyuman Ibu Dian....Bu Dian andai kau jadi pacarku kan kubingkai selalu indahmu. Tiba-tiba pikiran itu kembali masuk ke otakku, pikiran kotor tentang Ibu. Desisan layaknya ular yang sedang membutuhkan mangsa terngiang-ngiang di telingaku. Belajarku menjadi tidak konsen setiap akan menuliskan jawaban dan membuka buku yang teringat adalah tubuh Ibu. Sekalipun terlilit oleh kebaya dan jaritnya sangat terlihat bagaimana langsingnya tubuh Ibu dan susunya.

"Hei-hei kenapa jadi membayangkan bentuk tubuh telanjang Ibu seperti apa?what the fuck??"bathinku.

Tit tit Tit.....

Alarm Hp berbunyi menunda lamunanku ternyata, sudah jam 10 malam saatnya untuk tidur. Sudah jadi kebiasaanku menyetel alarm jam 10 malam agar aku bisa langsung tidur. Jika tidak aku pasangkan alarm mungkin aku akan begadang semalam suntuk untuk mengerjakan tugas, apalagi dengan bayangan-bayangan Ibu yang sering muncul bisa-bisa tidak tidur. Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur menarik selimut merah tebal pemberian Ibu. Hangat sekali dan Hup.....ah tidur tidur tidur......

Tok Tok Tok......

"Nak...." suara pelan dari balik pintu kamarku mengagetkan aku.

"Ibu?ada apa?"bathinku.

"Iya bu buka saja...." jawabku pelan.

Beliau masuk masih dengan pakaian yang sama dengan yang beliau pakai sewaktu malam tadi. Terlihat anggun dan seksi....ah kenapa setelah kejadian tadi siang pikiranku kepada Ibuku menjadi mesum terus. Ibu melangkah menuju tempat tidurku, aku pun mangangkat badanku dan memposisikan duduk ditepi ranjang. Ibu kemudian duduk di samping kananku.

"maafin ibu ya nak, kamu ndak usah ngekos, nanti Ibu sama siapa kalau kamu ngekos" suara Ibu mulai membuka percakapan dengan senyum Ibu terlukis di bibirnya. Tampak matanya yang sedikit berkaca-kaca.

"Inggih Bu, lha pripun (bagaiman)Ibu saja dari tadi cemberut terus wajahnya kok, daripada nanti Ibu malah musem terus ya mending Arya di tempat kos saja" jawabku sekenanya dengan senyum dibibirku sambil garuk-garuk kepala.

"Yo wes (ya sudah) ...Yo wes (Ya sudah)... kalau mau Arya seperti itu, kita jual rumah ini sekalian" jawab Ibuku marah. Menyesal mungkin mendengar jawabanku itu. Ketika beliau mulai beranjak berdiri aku langsung memeluk Ibuku dari belakang sehingga Ibuku duduk kembali. Kini posisiku berada tepat dibelakang Ibu.

"Ibu jangan marah gih...Arya tidak akan kemana-mana kok Bu, asal Ibu tersenyum ke Arya" rayuku.

Ibu menoleh ke kiri melihat wajahku yang sudah aku letakan di bahu kirinya. Kulihat senyuman Ibu dan Aku pun ikut tersenyum.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel