Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Awalnya aku tidak begitu mengenal rahman, tapi sejak dia mengalami kecelakaan dan aku menolongnya dia semakin akrab dengan aku. Aku juga sering menginap di rumahnya, tapi beberapa kali aku menginap aku merasa pekewuh (sungkan) dengan keluarganya karena ada sesuatu yang selalu jadi pertanyaan dalam hatiku. Apa itu? Suatu saat pasti akan aku ceritakan.

Tapi ada yang sedikit membuatku agak sedikit kaku ketika di depan Rahman, Dia penyerobot cewek yang sebenernya menjadi targetku. Jengkel iya, marah iya, tapi dia sahabatku suka dan duka. Tak apalah lagian setelah si cewek itu setelah jadian dengan Rahman aku jadi tahu siapa cewek itu sebenarnya. Cewek Rahman matrenya minta ampun gan!, untung bukan aku yang nembak bisa berabe. Menghidupi si Revi aja ngos-ngosan. Perlu catatan aku memang dari keluarga yang lebih dari cukup tapi aku bukan orang yang suka menghambur-hamburkan uang, bahkan sebisa mungkin aku sedikit jajan agar uang sakuku bisa aku tabung, ya buat menghidupi si Revi kesayanganku itu.

Kembali ke masalah kuliah, permasalahan utama mahasiswa adalah kuliah dan berhadapan dengan dosen cantik tapi killer-nya minta ampun. Dosen itu bernama Ibu Dian, Dian Rahmwati. Dosen muda cantik dan hmmmm........ Indah benar-benar indah. Selama perkuliahan dengan Bu Dian, suasana kelas selalu tegang dan tahu sendiri bagaimana rasanya kuliah jika suasana tegang. Sialnya aku terlambat masuk ke kelas dan harus duduk di bangku terdepan. Nasib oh nasib. Bu Dian masuk ke ruang kelas kami. Da perkuliahan pun dimulai.

"Selamat pagi..." sapa bu Dian dengan senyum manis bak kedondong. Kecut dong? Iya memang ini dosen satu-satunya dosen yang tidak pernah senyum lepas ke mahasiswanya.

"SE...LA...MAT....PA...GI....BU...." jawab mahasiswa dalam kelas tersebut, mirip banget seperti anak TK.

"Oke, kita mulai perkuliahan kita" lanjut Bu Dian.

Aku baru saja di ajar oleh Bu Dian ini mulai semester 5. Pertama kali melihat wajahnya aku cukup terkesima tapi setelah tahu judesnya minta ampun sama temen-temen yang lain. Jadi Hiiiii takut. Ada yang aneh? Pastinya ada, kalo enggak cerita ini cukup sampai disini dan tidak akan aku lanjutkan ha ha haha. Yang aneh, Selama perkuliahan dengan Bu Dian, kadang aku merasa ada yang memperhatikan, dan ketika aku melihat ke arah Bu Dian ya Bu Dian-lah yang selama ini memperhatikan aku. Takut? Iyalah takut...takut dapat nilai E. Kapan lulusnya coba kalo dapat nilai E, ngulang tahun depan? Semoga saja tidak. ketika kuliah berlangsung, Pernah Tatapan mata kami beradu ketika anak-anak sedang sibuk mengerjakan soal dari Bu Dian, aku kira Bu Dian akan memandangku dengan sinis atau dengan tatapan ala Batosai yang membunuh hanya dengan tatapan matanya saja, tapi yang aku dapatkan adalah senyuman lepas, senyuma ikhlas dari bibirnya, Indah sekali. Akupun membalas senyumannya dan kemudian kembali mengerjakan soal.

Dua setengah jam mata kuliah Bu Dian telah terlewati.

"Akhirnya selesai juga, kuliah neraka ini, neraka?ah untuk hari ini mungkin tidak senyuman tadi senyuman dari surga, andai aku bisa menyentuhnya, hmmmm......." batinku

"Selamat siang, kuliah sampai disini dulu, tugas yang saya berikan saya harap kalian kerjakan dan dikumpulkan, bagi yang tidak mengerjakan, tidak perlu lagi mengikuti perkuliahan saya lagi mulai minggu depan" Suara yang keras dari mulut Bu Dian.

"Iya Bu...." jawab satu ruangan.

Kemudian Bu Dian berjalan menuju arah pintu, tapi dia menyempatkan untuk melirikku dan tersenyum. Oh....Apakah Dia tersenyum padaku? Aku hanya menunduk. Setelah kepergian Bu Dian dari kelas, ku di ajak oleh Rahman makan siang. Coba bayangin, tegang banget tadi waktu di kelas hampir mirip ketika aku nonton film porno sama-sama tegang. Ha ha ha......

"Ar...makan yuk, laper" ajak Rahman kepadaku

"Oke Kang, tapi apa kamu tidak makan siang bareng pacar kamu kang?" jawabku

"Dia kuliah Jam Sebelas tadi, Selesai jam setengah Dua, sama-sama kuliah 3 sks" Jawab Kang Rahman.

"Oooooo......." selorohku

Kami makan siang di emperan jalan dekat dengan kampusku. Makan siang yang murah meriah euy keplok-keplok. Kami pun terlibat percakapan panjang mengenai tugas kuliah yang diberikan oleh Bu Dian.

"Gimana kalo malem sabtu ente tidur di rumah ane aja Ar, sekalian bikin tugas, ente kan pinter" Rahman memulai percakapan.

"Oke Kang , tapi....." jawabku

"Ayolah ane kagak bisa ngerjain soal itu, kagak ada tapi-tapian ente harus menginap di rumah ane" paksa Rahman kepadaku.

"Iya...." jawabku, kemudian memandang ke arah tak jelas (melamun).

Dirumahnya?, jujur saja ada perasaan aneh, rikuh (sungkan) ketika di rumah Rahman. Bukan masalah hantu atau setan yang bergentayangan dirumah Rahman tapi lebih ke seseorang yang berada di rumahnya.

"Ente masih ada kuliah Ar?" tanya Rahman membuyarkan lamunanku.

"Enggak Kang, kamu tahu sendiri aku ambil kuliah sama dengan kamu" jawabku

"Oh Iya ya ha ha ha ha......Rokok Ar" menawariku rokok sambil menyulut rokok yang sudah ada di mulutnya

"Makasih Kang.....Hmmmm.....Dunhill Mild mantap kang" jawabku

"Mending yang ini Ar, dari pada rokok filter, sehari bisa satu bungkus, kalo Dunhill lumayan Ar bisa mpe 2 hari, biasa Ngirit Ar.....Ha ha ha ha" jawab Rahman dengan tawa keras.

Sudah hampir satu jam aku ngobrol panjang kali lebar sama dengan volume dengan rahman, berbatang-batang "batang putih" ini pun aku sulut berkali-kali. rasa lelah menghinggapi kami berdua hingga akhirnya kita memutuskan pulang.

Revi Oh Revi andaikata kau benar-benar perempuan dan aku bisa menaikimu setiap hari ha ha ha ha. Ngeeeeeeeeeng.......perjalanan pulang yang membuat aku merasa ngantuk. Udah panas, perut kenyang ah pengen tidur rasanya jika sudah sampai rumah. Akhirnya sampai juga dirumah.

Tok Tok Tok.....

"Bu.....Ibu......" teriakku di depan pintu

"Iya sebentar....." Jawab ibuku dari dalam rumah.

Klek...................

"Dah pulang nak?" tanya Ibuku

"Iya Bu hari senin Cuma satu mata kuliah" jawabku sambil salim(cium tangan) Ibuku

"Ya udah sana Istirahat dulu ya....Ibu mau melanjutkan nyuci piringnya" suruh Ibuku

"Inggih (iya) Bu" jawabku sambil masuk rumah.

Masuk kerumah aku langsung duduk di ruang tamu, menikmati ademnya rumahku ini. Ibuku menutup pintu kemudian menuju ke dapur. Setelah cukup rileks, aku berjalan menuju kamarku di lantai dua. Antara dapur dan tangga menuju lantai dua memang berdekatan. Kulihat Ibuku sedang asyik mencuci piring, tempat mencuci piring di desain agar ketika mencuci bisa sambil berdiri. Aku belokan arah jalanku dan menuju ke arah Ibuku. Aku peluk Ibuku dari belakang, ya itu sudah jadi kebiasaanku. Tanganku melingkar di perut Ibuku, aku letakan kepalaku di bahu kanan Ibuku. Posisi pandanganku menoleh ke arah Ibuku.

"Ada apa nak?" Tanya Ibuku.

"pengen peluk aja bu" jawabku.

Cukup lama aku memeluk ibuku, cukup lama Oksigen masuk ke dalam paru-paruku. Dan banyak pula karbon dioksida yang keluar dari hidungku. Keluar menyentuh leher Ibuku. Tiba-tiba saja tangan kanan Ibuku memgang kepalaku dan di tekan ke arah leher. Aku kaget, bahkan kini posisi bibirku tepat mencium leher Ibuku.

"Ehmmmmmmmmmm......sssssh......" kudengar ibuku mendesah pelan. Posisi itu berlangsung cukup lama sekitar 5 menit, dan membuat Jendral di dalam celanaku berdiri. Aku yang kemudian sadar menarik kepalaku dari leher ibuku.

"Aduh bu, Ibu kenapa to?" tanyaku

"Oh ti...tidak...kenapa-napa" jawab Ibuku seperti linglung dan bingung atas apa yang terjadi barusan.

"Yaelah Bu main dorong kepala saja Ibu itu, Kaget Bu, ada apa to Bu?" tanyaku sambil melepaskan pelukkan tanganku yang di perut Ibu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel