Bab 17
Semangatku hanya Arya, dia satu-satunya yang aku punya. Aku lulus kuliah, dan kemudian melanjutkan S2 dan lulus 2 tahun kemudian tepat ketika aku berumur 24 tahun. Berbagai macam godaan aku lewati dari digoda dosenku, teman mahasiswaku semua bisa aku acuhkan. Arya kini berumur 7 tahun dia kusediakan kamar sendiri agar dia tidak pernah tahu kekerasan-kekerasan yang sering dilakukan Ayahnya kepadaku. Diaselalu senang ketika aku bacakan cerita tentang kepahlawanan. Selalu aku ceritakan tentang pahlawan-pahlawan dari nusantara ini yang selalu melindungi yang lemah terutama perempuan.
"Ibu kalau aku besar nanti, aku ingin sekali jadi seorang pahlawan terutama buat Ibu, aku akan selalu meindungi Ibu dan menyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaayangi Ibu" begitu katanya ketika selesai aku bacakan cerita.
Kehidupanku terus berlanjut dengan berbagai macam cacian dan hinaan dari suamiku. Sebenarnya apa masalah suamiku terhadap diriku sehingga dia begitu membenciku. Aku mencoba bertahan hanya demi Arya. Kulihat Arya semakin besar dan terus kusembunyikan semua kesedihan hatiku dihadapannya. Hanya dia yang paling perhatian terhadap diriku, paling sayang terhadap diriku. Inilah yang membuat aku bertahan dan membuang semua pikiran untuk berpisah dengan suamiku. Kadang aku berpikir untuk selingkuh tapi ketika melihat Arya semua keinginanku sirna. Karena semakin dia bertambah besar semakin dia sangat perhatian dan bertambah rasa sayangnya kepadaku.
Tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat, kini Arya sudah kelas 2 SMP. Kamarnya pun pindah ke lantai 2, karena dia ingin tempat yang lebih tinggi agar bisa melihat pemandangan diluar jendelanya. Dia sangat rajin mengikuti ekstra bela diri di sekolahnya. Ingin melindungi Ibu, katanya waktu pertama kali ikut ekstra beladiri ini. Aku hanya tersenyum bangga dengan anakku. Dia tumbuh menjadi laki-laki yang gagah, tinggi bahkan ketika itu dia sudah memiliki tinggi diatasku. Mas Mahesa? Ah aku tidak pernah tahu apa yang dikerjakan olehnya, jarang sekali aku ngobrol dengannya. Dalam satu minggu dia hanya pulang sekali atau duakali. Bahkan pernah 2 minggu sekali baru pulang.
Ada sebuah kejadian dimana ketika Arya kelas 2 SMP, dia pulang sekolah dengan wajah babak belur tapi tetap tersenyum. Aku marahi dia, dia hanya tetunduk kulihat dia mulai menangis. Kupeluk dia dan kukecup keningnya.
"Maafkan Ibu ya nak" ucapku
"Arya yang minta maaf, karena Arya sok jagoan, Arya Cuma pengen melindungi perempuan seperti kata Ibu hiks " ucapnya diselingi isak tangis
"Memangnya kamu tadi habis ngapain?" tanyaku sambil terus memeluknya
"Tadi ada mbak yang di goda sama mas-masnya jumlahnya 3 orang, terus Arya dateng dan Arya pukul mereka semua"
"Arya jatuh hampir kalah, karena jumlah mereka banyak, terus Arya lihat ada kayu panjang disebelah Arya, Arya gunakan untuk menghajar mereka"
"Kepala mereka ada yang bocor kemudian mereka kabur" jelasnya
"Anak Ibu hebat, maafin Ibu ya nak" jawabku sambil memeluknya.
Bangga memiliki anak yang tangguh dan hebat seperti Arya ditambah lagi dia sangat sayang kepadaku. Setiap kali aku merasa lelah dengan semua permasalahan hidupku, Arya selalu datang menghiburku. Dia anak yang rajin, sering sekali pekerjaan rumah dia yang membereskan. Ketika aku merasa lelah, dia yang selalu memijitku kemudian membasuh kakiku dengan air hangat, senang sekali rasanya. Mas Mahesa? Sudah dibilang aku tidak mau tahu urusan dia!
Ketika Arya masuk SMA, kelas 1 SMA, dia sudah memiliki tinggi yang jauh dari aku. Arya menjadi anak yang lebih gagah entah berapa tingginya. Dia juga sudah menjadi ahli bela diri dan sampai sekarangpun masih melanjutkan. Pada hari itu, sabtu malam minggu, Mas Mahesa mengajak teman-temannya untuk pesta dirumah. Kusediakan semua yang dibutuhkan. Mereka berpesta di pekarangan belakang rumah. Dari pukul 19.00 hingga tengah malam acara masih tetap berlangsung. Karena merasa lelah aku pun ijin kepada Mas Mahesa untuk tidur terlebih dahulu. Para tetangga mungkin terganggu dengan aktivitas mereka tapi tetanggaku tak ada yang berani menegurnya. Aku mulai terlelap dalam tidurku. Masih dalam keadaan setengah sadar aku rasakan ada tangan yang mengelus-elus tubuhku.
"Kang Mas?" panggilku lirih sembari mebuka mataku aku kaget, karena ternyata bukan Mas Mahesa melainkan temannya. Dia langsung membungkam mulutku dengan tangan kanannya.
"Ssssst.... aku bukan mahesa, tenang kita nikmati malam ini dik Diah, Mas mu itu sudah teler, dari dulu akupengen menikmati tubuhmu he he he" jawabnya dengan wajah menakutkan. Dengan cepat dia menindihku membuka bajuku dan terpampanglah payudara yang masih berbalut BH.
"Wah wah wah... BH kamu kekecilan Diah sayang, gak usah pakai BH saja" ucapnya dengan tangan kananku masih membungkam mulutku. Ketika dia mencoba menarik kebawah BH-ku, ku gigit tangan kanannya.
"TOLOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOONG!" teriakku
"AAAAAAAAAAA dasar wanita jalang!" teriaknya dan plak sebuah tamparan mendarat di pipiku. Aku kembali rebah di tempat tidurku, dan dijambaknya rambutku.
"MAU MAIN KASAR YA! OKE AKU BERIKAN! HA HA HA HA" bentaknya diiringi tawa kesetanan
BRAAAAAK..... pintu kamarku terbuka
BUGH BUGH BUGH.... DAGH .... BUGH BUGH BUGH BUGH BUGH
Beberapa pukulan didaratkan kewajah laki-laki itu, dan ditariknya laki-laki itu hingga rebah di lantai. Di tindihnya laki-laki itu dan dihujami puluhan pukulan. Ya Arya datang menolongku, segera kurapikan kembali bajuku.
"AMPUUUN TOLONG TOLONG AMPUN" teriak laki-laki itu, tampak darah mengalir dari dahi, hidung, pelipisnya, dan juga dari mulutnya.
"HENTIKAN ARYA" teriak Mas Mahesa, Arya kemudian bangkit ditariknya tangan kiriku, sehingga sekarang posisiku berada tepat dibelakangnya. Kulihat laki-laki itu bangkit sambil memegangi kepalanya.
"Dia mencoba memperkosa Ibu, Romo" jelas Arya, suaranya begitu datar, karena memang dia tidak pernah berbicara kasar kepada Mas Mahesa.
"Halah Cuma Ibumu saja kamu kok repot-repot sampai kebawah,paling Ibumu mengigau" Ucap Mas Mahesa
"Dia itu mencoba memperkosaku mas dan Arya datangmenolongku hiks" jelasku disertai isak tangis
"Ya aku melihat sendiri Romo" jelas Arya
"Sudah-sudah, dasar anak kurang ajar, malam begini bukannya tidur malah bikin masalah" ucap Mas Mahesa yang bukannya menyalahkan temannya tapi malah memaki anaknya sendiri. Mereka pun berjalan keluar menuju ke pekarangan belakang rumah. Aku dibimbing Arya menuju kamarnya.
"Ibu tidur kamar Arya saja, biar Arya tidur di belakang pintu kamar Arya" ucapnya, aku hanya mengangguk. Tak ada pertanyaan dari Arya mengenai semua hal yang terjadi, tentang Ayahnya dan juga tentang permasalahan keluarga ini. Arya kemudian duduk membelakangiku, menghadap pintu kamarnya dengan sebilah belati, Kunci Inggris, disampingnya besi panjang.
"Nak, tidurlah bersama Ibu" pintaku
"Ibu tidur saja, jika ada yang masuk kemari, aku pasti akan membunuh mereka semua, Aku akan melindungi Ibu sekalipun nyawa taruhannya" katanya tegas, tak ada pembicaraan lebih lanjut antara Arya dan Aku. Akupun mulai terlelap dalam lelahku, sambil memandangi punggung Arya.
Pagi hari setelah kejadian itu, Arya tidak pernah mengungkit-ungkitnya lagi. Dia menjadi lebih sering di rumah ketimbang keluar bersama teman-temannya. Menjagaku katanya. Mas Mahesa? Dia menghilang lebih dari 2 minggu setelah kejadian itu hingga akhirnya pulang dengan wajah datar tanpa rasa bersalah. Arya masih menghormatinya sebagai seorang Ayah, setiap kali berangkat sekolah selalu mencium tangan Ayahnya, tak terlihat kebencian di raut wajah Arya ketika memandang Ayahnya. Kehidupan Ranjangku? Hambar... bahkan setelah kejadian itu Mas Mahesa lebih jarang lagi menyentuhku. Kasih sayang seorang laki-laki tak pernah aku dapatkan darinya.
Tepat ketika Arya mulai kuliah, Aku mencoba memakai pakaian berbeda, aku mengikuti Ibuku untu kmemakai kebaya. Mencoba untu klebih bisa menggoda suamiku, ya walau hasilnya nihil. Semenjak Arya kuliah, sikap Mas Mahesa sedikit melunak. Walaupun pernah aku memergokinya sedang bersetubuh dengan seorang wanita yang tak tahu siapa dia. Ketika itu aku meminta Arya untuk mengantarkan aku ke rumah Ayahku, karena lama aku tak pernah berjumpa dengannya. Ditengah perjalanan kurang lebih satu jam perjalanan, aku sadar kalau dompetku tertinggal dirumah, sehingga aku harus kembali kerumah. Dengan santai aku masuk kerumah, ketika sampai pada ruang tamu aku mendengar ocehan-ocehan orang bersetubuh di kamar tamu depan bekas kamar Arya. Aku mengintipnya dan memang benar Mas Mahesa sedang melakukannya dengan wanita lain. Aku hanya diam dan mulai menangis, kuusap air mataku dan keluar meminta Arya agar secepatnya mengantarku ke rumah Ayahku. Tak kuceritakan apapun kepada Arya sekalipun dia menanyakan mataku yang seperti orang habis menangis.
Tak pernah ada yang tahu bahwa aku adalah wanita yang jarang dibelai oleh suamiku. Perjalanan hidupku terus berlanjut, Arya yang semakin dewasa semakin bertambah perhatiannya kepadaku. Semakin lama aku melihat Arya semakin aku melihat seorang laki-laki yang selama ini aku harapkan. Aku hanyut dalam kasih sayangnya, hanyut dalam rasa sayangnya kepadaku. Hingga akhirnya aku jatuh dalam pelukannya, hal yang seharusnya tidak boleh terjadi. Aku jatuh dan terjebak dalam cinta anakku sendiri.
(Cerita Diyah Ayu pitaloka Selesai)
