Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3.| SMA Planet

Komen dan like

Cemburu

Revlia turun dari motor saat di bonceng oleh Bayu. Tempat pertandingan tersebut paling banyak diisi oleh pelajar cowok daripada cewek. Adapun cewek yang tidak suka basket tapi ikut hadir dalam pertandingan tersebut cuma karena ingin melihat atau merefleksikan mata untuk melihat yang segar-segar dan tamvan. Very paling di incar di antara para pemain cowok lainnya.

"Itu pacar lo tuh!" Bayu menunjuk jari ketika melihat Very yang mendapat operan bola dan mengayunkan tangan membawa bola itu ke tempat yang di inginkan.

"Yang mana?" gadis itu belum menemukan pacarnya sendiri "Semuanya sama?" Revlia melihat seragam yang mereka kenakan.

"Seragam sama tapi yang main beda!" Bayu mendengus kesal ketika lawan berhasil merebut bola dari tangan Very.

"Cowok yang berlari tuh tuh yang lagi mendorong rambut ke belakang!" Bayu masih menunjuk kearah Very.

Revlia mengikuti arah telunjuk Bayu dan berhasil menemukan pacarnya. Keren, itu yang setiap kali Revlia lihat ketika Very main basket. Kegantengannya melipat 2 kali.

Ketika Very bermain mata sipitnya tidak sengaja menangkap sosok Bayu dan Revlia yang menonton di barisan ke dua. Bayu melambaikan tangan ketika Very melihat kehadirannya.

Very melanjutkan bermain tidak membalas lambaian dari Bayu. Dia harus memenangkan pertandingan ini supaya Revlia lebih terkesan dengannya. Saat ini skor tim Very lebih unggul 2 poin dari tim lawan.

Ketika Very berhasil merebut bola dari lawan kakinya di sleding dan mengakibatkan dirinya langsung tersungkur ke bawah. Keributan pun terjadi.

Very meringis kesakitan saat wasit mencoba untuk memeriksa kaki cowok tersebut.

"Cuma gara-gara kalah saing lo harus buat curang. Banci lo!" Very mengeluarkan kemarahan kepada musuh andalannya.

Siswa SMA Planet, Zidane Antara musuh bebuyutan basket sekaligus bekas teman SMP.

"Lo yang gak bisa berdiri dengan tegak sekarang nyalahin gw. Keseleo dikit cengeng!" Zidane membalas ucapan Very tidak mengakui kesalahannya.

"Gw liat sendiri lo tadi njegal kaki tenen gw. Lo pikir gw gak punya mata hah!" Bayu masuk dalam pertandingan tersebut, membela sahabatnya.

"Belagu!" Revlia mencibir lalu memeriksa kaki Very.

Very mengadu ketika kakinya di periksa nampak warna biru menyelimuti mata kaki tersebut.

"Bayu bisa gantiin saya main pak!" Very ingin temannya menggantikan dirinya ketika wasit bingung untuk mencari pemain cadangan.

Dia tahu dirinya tidak akan bermain basket untuk sementara waktu ini.

"Semangat Bay gw tahu lo bisa. Jangan malu-maluin gw sebagai temen!" Very memukul pelan pundak Bayu ketika akan berganti pakaian.

Revlia terpaksa membawa Very ke bangku penonton karena cowok tersebut tidak mau melewatkan temannya bertanding.

"Baik banget sih pacar gw!" Very mengelus puncak rambut Revlia ketika gadis itu sedang mengobati kakinya. "Tapi kok bisa ada di sini?Bolos nih?" Very menebak ketika gadis itu bisa menonton dirinya bermain basket.

Revlia tidak menjawab masih sibuk mengobati luka Very.

"Udah gak udah di obati dilihati orang tuh. Nanti aja Rev!" Very menarik kaki tapi di tarik kembali oleh Revlia.

"Mau infeksi? Biarin di lihatin!" Revlia sedikit gemeteran ketika mengobati luka tersebut. "Obatin sendiri!" Revlia duduk dan menumpangkan kaki Very di atas pangkuannya.

"Aku gak nyaman Rev!" Very menurunkan kaki kanan dari pangkuan Revlia dan meluruskan ke lantai.

"Sakit bilang ya?" Revlia mengkhawatirkan kaki pacarnya.

Very hanya mengangguk dan kembali menatap jalannya pertandingan. Bayu bisa menguasai bola tersebut dan tidak akan mudah ngasih ke orang lain jika sudah berada di genggamannya.

Semua siswi mulai kesal ketika cowok yang mereka incar sudah mempunyai pasangan. Apalagi mereka di buat panas saat Very menggandeng tangan Revlia di tempat umum.

Guru olahraga yang baru kembali dari toilet terkejut melihat Very berubah menjadi Bayu. Dia pun menanyakan kepada wasit dan menangkap sosok yang ia cari ada di pinggir lapangan.

"Revlia kok kamu ada di sini Bayu juga trus kamu kenapa gak main basket?" guru olahraga memberikan pertanyaan beruntun kepada mereka berdua.

"Bapak sendiri dari tadi kemana? Saya cedera gak tahu kan? Untung Bayu datang kalo engga?" Very mengintrogasi guru tersebut.

"Trus dia?" guru olahraga menunjuk Revlia yang duduk di samping Very.

"Nemenin pacar!" Revlia membuat guru tersebut geleng-geleng kepala.

"Sekarang kamu kembali ke sekolah!" guru tersebut menyuruh Revlia pulang.

"Jangan Pak! Yang rawat saya di sini siapa kalo pacar saya pergi!" Very melarang Revlia untuk meninggalkan pertandingan tersebut.

"Baru pacar bukan istri ada saya di sini!"

Very dan Revlia saling pandang satu sama lain.

"Saya maunya Revlia bukan bapak. Di rawat bapak sama pacar kan beda lagian bapak juga pasti sibuk disini mana ada waktu buat saya. Tuh Pak di panggil wasit!" saat Very bicara wasit melambaikan tangan untuk menyuruh guru tersebut menemani di sampingnya.

"Awas kalo pacaran!" guru itu pergi menuju arena pertandingan.

Tidak menghiraukan perkataan guru Very memeluk erat Revlia dan mencium kening cewek tersebut dan tidak memperhatikan siswi yang pengen di perlakukan sama sekaligus merasa iri dengan kemesraan mereka.

"Kak ganteng gw juga pengen?" ujar siswi lain dengan pd mengajak Very bicara.

"Pengen apaan?" Very bingung dengan perkataan gadis tersebut.

"Di cium dan di peluk kayak cewek itu, "

Very bengong mendengar ucapan tersebut sedangkan Revlia hanya menunjukkan ekspresi datar. Revlia yakin kalo Very hanya mencintai dirinya dan tidak tergoda dengan gadis manapun.

"Sorry emang lo siapa gw?" jawab Very sopan tapi sangat menyakitkan.

"Bukan siapa-siapa tapi gw pengen di gituin, "

"Minta aja sama pacar lo?" Very menatap Revlia yang bersanding di pundaknya.

"Gak punya. Kakak mau jadi pacarku!"

"Engga! Gw udah punya ratu. Avrarezka Revlia namanya. Cuek, judes dan gak cerewet kayak lo!" Very membelai lembut rambut sang pacar membuat semua siswi iri menyaksikan kemesraan mereka daripada pertandingan basket yang masih berlangsung.

Basket pun sudah tidak ada artinya lagi ketika ada yang lebih menarik sekaligus membuat hati meleleh.

"Tapi suka kan?" Revlia merapikan rambut Very.

"Banget" Very mendekap erat tubuh Revlia kembali menyaksikan pertandingan semula tidak perduli dengan pasang mata yang masih menatap mereka.

∆^¶¶^¶∆

Sebuah keributan terjadi di luar perusahaan milik Vano, satpam dan asisten yang mulai lelah memutuskan untuk memberitahu Vano situasi buruk di luar kantornya.

Asisten

Maaf Tuan saya sudah menghalangi mereka untuk tidak masuk tapi mereka masih kekeh sebelum bertemu langsung sama Tuan.

Asisten

Apa Tuan bisa datang ke sini sebentar!?"

Vano langsung membaca pesan tersebut tanpa membalas berjalan cepat ke arah teras kantor sesuai pesan yang di kirimkan.

Kedatangan Vano langsung di sambut omelan dari mereka yang meminta pertanggungjawaban.

"Perusahaan bapak telah melakukan korupsi saya kemarin sudah mengajak kerjasama untuk pembangunan jembatan tapi sampai sekarang material yang bapak kirimkan tidak sesuai perjanjian sebelumnya!" protes salah satu pengusaha lain.

"Ya betul tuh punyaan saya juga, saya minta donasi dalam memperbaiki pabrik aqua dan setelah semuanya berjalan dengan baik keuntungan kita bagi dua dengan perusahaan bapak tapi donasi dan alat tersebut tidak sesuai harapan yang saya mau padahal saya sudah ngasih uang di muka yang cukup menjanjikan!" protes salah satu pengusaha lain.

Vano mendengar semua keluhan tentang mereka dengan bijak dan menyuruh mereka untuk tenang selama masalah ini belum terpecahkan.

"Sudah panggil manager ke sini?" Vano bertanya kepada asisten.

"Saya sudah hubungi tapi ponselnya gak aktif!" jawab asisten.

"Sekarang kamu periksa semua data keuangan bulan lalu dan pengeluaran perusahaan!" suruh Vano kepada asistennya. "Sekalian pergi ke ruangan manager!" suruh Vano

Asisten pun pergi menjalankan tugas dan Vano harus bisa menenangkan mereka selagi masalah belum terpecahkan.

∆^¶¶^¶∆

Pertandingan basket dimenangkan oleh tim SMA Matahari dan sorak dari mereka terdengar meriah tapi ada juga yang tidak menyukai kemenangan mereka contohnya Zidane.

"Very? Lo pulang bareng guru aja kaki lo masih sakit!" Bayu menyuruh temannya untuk pulang bareng guru dalam perjalanan pulang.

"Kaki gw cuma luka kecil lo aja yang bareng guru Bay, gw naik motor sama Revlia!" Very memberikan saran kepada Bayu dan ingin naik motor berduaan dengan pacarnya.

"Saya gak mau kalian tebar kemesraan di jalan. Bayu yang akan naik motor!" guru ikut nimbrung obrolan mereka.

"Yaudah Revlia satu mobil sama saya!" Very mau gadis tersebut terus berada disisinya.

"Trus temen kamu naik motor sendirian apa kamu tidak kasihan!"

"Trus saya juga naik mobil sendirian kalo Revlia ikut Bayu naik motor!" ujar Very.

"Ver kan ada kita yang semobil rame-rame!" siswa lain menjawab perkataan dari Very yang merasa tidak di anggap.

"Yang nyetir mobil saya, apa menurutmu saya patung?" guru pergi ke mobil tidak mau perdebatan ini sampai panjang.

"Sayang gak boleh kayak gitu?" ujar Revlia kepada pacarnya. "Aku sama Bayu!" Revlia menatap Very yang masih kesal "Kakimu lagi sakit!" Revlia menatap kaki Very yang terluka.

"Iya iya pulang bareng Bayu tapi jangan macem-macem!* ujar Very kepada Revlia. " Dan lo Bay nyetir di belakang mobil kita gausah mendahului!" Very dengan ekspresi serius

Bayu menuruti perkataan Very tanpa membantah.

∆^¶¶^¶∆

Vano terkejut mengetahui managernya telah kabur dan membawa lari uang perusahaan.

"Kok bisa kecolongan!" ujar Vano kepada asisten mulai marah "Tugas kamu emang apa selama di kantor? Hal kayak gini aja kamu gak tahu!" Vano memarahi asistennya.

"Maaf tuan!" asisten menundukkan kepala mendengar omelan tersebut.

"Saya gak mau tahu cari Hendra sampai dapet!" ujar Vano. "Ingat saya paling tidak suka kalo di tipu!" Vano segera memanggil sekretaris untuk memberikan uang ganti kepada orang yang sudah di tipu managernya. Dia tidak mau masalah ini tambah rumit.

Di ruangan

Vano berdiri menatap dinding jendela membelakangi pintu dengan tangan menempel pada telinga. Pria tersebut sedang berbicara dengan seseorang untuk mencari tahu keberadaan manager yang telah berani menipu dirinya dan tidak akan membiarkan orang itu lolos begitu saja setelah bermain-main dengannya.

Pintu terbuka menampakkan asisten yang ingin melapor. Mengetahui bos sedang sibuk Nino setia menunggu sambil sedikit ngeri mendengar bosnya yang sedang marah di balik ponsel.

Selesai menelpon pria itu tidak membalikkan badan tetap menghadap dinding jendela dan dia tahu jika asistennya datang.Vano diam menunggu laporan yang akan di berikan.

"Hendra sudah kabur tadi pagi pukul setengah 5 dan membawa semua barangnya. Itu yang saya dapatkan saat bertanya pada tetangga yang melihat kepergiannya!" lapor asisten sesuai informasi yang ia dapat.

"Cari tahu di semua bandara!" perintah Vano. "Kalo sampai Hendra sudah berangkat dan naik pesawat ikutin kemana pun ia pergi walaupun harus berurusan di negara orang!" ujar Vano masih membelakangi asisten. "Inget sekecil apapun info yang di dapat tetap kasih tahu saya kalo kamu masih ingin kerja di sini!" ujar Vano dengan tegas layaknya seorang pemimpin.

Asisten lalu pergi menjalankan perintah bosnya. Dia harus menemukan Hendra bagaimana pun caranya.

Vano yang ingin kembali bekerja dan menatap laptop memutuskan untuk pulang, moodnya hancur dan berantakan mengetahui masalah yang datang siang ini.

Lelaki itu menghubungi sekretaris untuk membatalkan meeting hari ini dan memberitahu agar tidak menghubunginya. Kata "pecat" selalu dia katakan ketika ada orang yang mengganggu dirinya ketika badmood.

Vano emang tipe orang yang ramah tapi seketika lelaki itu akan berubah judes dan bruntal ketika sengaja ada yang mencari masalah dan bikin moodnya hancur.

∆^¶¶^¶∆

Bayu melajukan motor mengikuti mobil yang berjalan di depannya. Perjalanan lambat seketika menjadi kencang ketika cowok tersebut ngebut dan menyalip mobil yang diikuti tadi setelah panas menyerang dirinya.

Revlia yang duduk dengan tenang langsung memeluk tubuh Bayu melingkarkan kedua tangan di pinggang cowok tersebut ketika laju motor menjadi kencang.

Very syok melihat pacarnya berpelukan dengan orang lain seperti orang pacaran.

"Mereka kayak orang pacaran ya!?" ujar siswa yang duduk di samping Very.

Very mengambil ponsel dan menelpon temannya.

"Bay angkat telepon gw!" Very dengan muka kesal.

"Mereka lagi naik motor ngebut gitu mana denger suara ponsel,,,?"

"Diem lo!" bentak Very "Tuh anak gw udah bilangin dibelakang malah nyalip sih!?" ujar Very.

"Revlia tadi meluknya erat banget. Huu sangat erat angin pun menjadi saksi cinta mereka. Saya restui mereka, " guru mulai memanas-manasi Very dengan gaya bicara yang sengaja dibuat-buat.

"Revlia itu pacar saya!" Very membalas ucapan guru.

"Baru pacar kan belum resmi?" ujar guru.

"Nanti pulang sekolah di resmikan!" jawab Very.

"Caranya?"

"Nikah lah!" ujar Very dengan enteng.

"Emang udah siap?"

"Belum!" jawab Very.

"Kalo belum ngapain nikah?" ujar guru kepada muridnya.

"Biar gak diambil orang apalagi sahabat!" jawab Very yang langsung bermain ponsel.

∆^¶¶^¶∆

Vano pulang dari kantor langsung duduk di ruang tamu. Lelaki itu merebahkan tubuh menghilangkan rasa gerah yang menyerang dirinya. Dasi sengaja di kendorkan agar lebih banyak udara yang masuk karena ke-enakan Vano pun perlahan memejamkan mata.

Stevano yang sedang main melihat Vano yang bersantai langsung menghampiri dan naik di kursi tanpa sepengetahuan darinya.

Stevano memeluk papanya membuat lelaki tersebut langsung menbuka mata, terkejut dengan kehadiran Stevano.

"Kamu datang? Sama siapa??" ujar Vano.

"Apah tudah ulang. Kok ulang epet?" ujar Stevano duduk di pangkuan papanya "Apah alan-alan?" ajaknya.

"Papah capek pengen tidur!" Vano menyenderkan kepala di dinding belakang. Dia pun pura-pura tertidur agar tidak di ganggu putranya.

Karena gak bangun-bangun Stevano pun turun dari kursi dengan Vano yang diam-diam membantunya, dia tidak akan membiarkan putranya jatuh. Setelah itu ketika di tatap putranya Vano pun pura-pura tidur kembali.

Stevano lari kedalam meninggalkan papanya yang masih di kursi.

"Akhirnya pergi juga. Maaf ya papa lagi gak mau di ganggu, " Vano pun memejamkan mata kembali.

Stevano yang tadi pergi datang kembali menemui papanya dengan membawa selimut ditangan. Vano yang membuka mata terkejut melihat putranya yang datang kembali dan membantunya untuk naik ke kursi.

"Apah apek ya?" Stevano mencium kening papanya lalu menyelimuti tubuh Vano menggunakan selimut yang di bawa dari dalam.

Stevano lalu menyelipkan tubuhnya dan mendekap di samping Vano.

"Yey idur siyang areng apah, " Stevano tidur di dekat Vano.

Vano mencium rambut putranya dan memeluknya, kembali tertidur bareng Stevano di ruang tamu

See you

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel