2.| SMA Matahari
Utamakan komen ya
Makalah|Vano
Pagi hari Revlia datang sekolah bareng pacar barunya, Seorang anak basket yang cukup jadi incaran semua siswi tapi sayang sekarang cowok itu hanya punya Revlia seorang.
Di koridor mereka berjalan beriringan dengan berpegangan tangan,tidak perduli dengan pasang mata yang memperhatikan mereka.
"Semangat lomba!" ujar Revlia kepada Very.
"Nanti kalo pulang sekolah aku belum sampai pulang sendiri ya! Gak tahu lombanya selesai jam berapa, " ujar Very ketika selesai mengantar Revlia di depan pintu kelas.
Cowok tersebut pun pergi setelah mengobrol beberapa saat. Dia harus berlatih basket dengan sekolah lain pagi ini.
Revlia masuk langsung mendapat sorakan dari penghuni kelas tersebut. Alih-alih gadis itu tidak memperdulikan dan memilih duduk.
"Makalah lo udah selesai?" ujar Dara-teman baik Revlia.
"Uwes!" jawab Revlia singkat seperti biasa.
"Rev, hari ini pacar lo ganteng ya?" Dara terkagum-kagum melihat kegantengan Very.
Selain jago basket Very adalah cowok berlian di sekolah ini. Tapi karena sudah punya Revlia tidak ada yang berani menganggunya.
"Setiap hari kali" ujar Revlia.
∆^¶¶^¶∆
Pakaian kemeja lengkap dengan dasi serasi mewarnai hari-hari Vano. Dia ingin berangkat ke kantor tapi sebelum itu Vano ingin pergi ke suatu tempat terlebih dahulu.
Sebelum pergi lelaki itu melihat kedua putranya yang masih terlelap tidur dengan hati-hati dia mencium kening mereka tanda kasih sayang.
"Papa pergi ya. Jangan nakal!" bisik Vano pelan.
Dengan sopir yang siap mengantar pria tersebut meninggalkan rumah dan berjanji akan pulang lebih awal untuk bermain dengan putranya.
Di dalam mobil Vano mengobrol dengan asisten di kantor untuk mempersiapkan meeting sebelum ia datang.
Tak butuh waktu lama Vano sampai di tempat tujuan dan menginjakkan kaki melihat bangunan tersebut.
SMA Matahari tempat tujuan lelaki itu. Entah untuk apa tapi pikirannya berkata bahwa Vano harus memberikan sesuatu yang ada di tangannya hari ini.
Dengan penuh wibawa dia berjalan masuk seorang diri.
"Permisi kelas Revlia di mana ya?" tanya Vano ketika bertemu dengan seorang siswi.
Gadis tersebut lalu memberi arah dan Vano langsung berjalan sesuai arah yang ia tuju.
"Terimakasih" ujar Vano sebelum pergi.
Gadis itu pun menatap punggung Vano sebelum pergi. Walaupun sudah mempunyai dua putra lelaki itu masih terlihat muda dengan wajah rupawan yang ia miliki.
"Siapa ya?" ujar nya terpesona.
Di depan kelas Vano mengetuk pintu dan berjalan masuk dengan guru yang sudah menatapnya.
Dia berjalan menuju guru dan membicarakan sesuatu. Para murid melihat kedatangan lelaki tersebut.
Revlia yang sedang asyik menulis terus di ganggu pertanyaan beruntun dari Dara ketika melihat Vano datang ke kelasnya.
"Rev liat ada cogan?" Liat dulu" senggol Dara berkali-kali.
Revlia terpaksa melihat arah pandang dan terkejut ketika melihat Vano yang sedang berbicara dengan guru. Mata Revlia terus menatap lelaki tersebut dengan penuh kecurigaan.
Mereka menyaksikan apa yang Vano lakukan dan di buat heran saat lelaki tersebut memberikan sebuah makalah ke guru dan mengambil makalah yang lain. Dia menukar makalah Revlia yang asli dengan makalah yang ia buat.
Mata Revlia melotot ketika mengetahui makalahnya di pegang oleh lelaki tak dikenal itu.
Vano pergi keluar tanpa sengaja menatap Revlia yang duduk memandanginya. Lelaki tersebut tersenyum penuh arti membuat para siswi di buat salting olehnya. Revlia sendiri hanya menatap diam tanpa menunjukkan ekspresi sedikitpun.
Selang beberapa detik ketika kepergian Vano dari kelas Revlia menyusul dengan berpura-pura meminta ijin untuk ke toilet.
Gadis itu terpaksa mempercepat langkah kaki ketika Vano sudah berjalan agak jauh dari jangkauannya.
Sadar ada suara yang mendekat Vano berbalik badan dan melihat Revlia yang berjalan kearahnya. Lelaki tersebut menghentikan langkah kaki menunggu kedatangan gadis itu yang pastinya akan bertanya tentang kehadirannya di kelas.
Tanpa bicara Revlia mengambil makalah di tangan Vano tapi dengan gesit lelaki itu mengangkat makalah dengan tinggi agar susah di gapai oleh gadis tersebut.
"Balikin!" Revlia dengan raut muka mulai kesal.
"Engga mau!" Vano menatap gadis itu dengan seragam yang ia pakai.
"Roknya kependekan!" ujar Vano mengkritik rok yang di pakai Revlia.
Gadis itu melihat rok dan tidak ada yang salah menurutnya. Bagi dia mata Vano yang salah bukan dirinya. Revlia menghiraukan perkataan Vano dan bertanya hal lain.
"Ngapain?" ucap Revlia dan Vano tidak mengerti dengan perkataannya.
"Ngapain datang ke sini?" ucap Revlia sekali lagi dengan ucapan yang sedikit di paksakan.
"Udah ku duga, " Vano hafal pertanyaan itu setiap kali ia datang atau berkunjung ke tempat orang.
"Untuk ini?" ujar Vano memperlihatkan makalah itu.
Revlia ingin mengambil lagi dan sekali lagi gagal. Lelaki itu mengangkat kembali ke atas dengan senyum mengejek ke arah sang gadis.
"Sana kembali ke kelas pasti di cariin guru!" ujar Vano melihat jam analog lalu pergi sesuai acara jadwalnya.
"Sok sibuk!" ujar Revlia melangkah pergi.
∆^¶¶^¶∆
Sampai di kantor ia meletakkan makalah Revlia tepat di sebelah berkas yang telah di siapkan asistennya. Setelah di letakkan Vano berfikir untuk membaca terlebih dahulu makalah tersebut karena teringat pertama kali membaca covernya. Pastinya lebih seru dan kocak. Vano tersenyum saat membaca sekaligus merasa heran.
"Tuh cewek apa tidak di selidiki terlebih dahulu sebelum mengkliping. Untung aku tepat waktu kalo engga? Gak lulus tuh anak?" ujar Vano saat mengoreksi makalah tersebut.
Setelah selesai dengan makalah Vano sibuk dengan laptop dan di kejutkan dengan seorang wanita yang datang membawa makanan kesukaannya. Seperti biasa lelaki itu tidak tertarik lebih memfokuskan pandangan ke laptop.
"Van? Dimakan dulu! Aku bikinnya penuh cinta lho?!" ujar Nisa memegang pundak Vano melihat apa yang sedang ia kerjakan.
Vano masih tidak bicara, karena terus di cuekin wanita itu menutup paksa laptop tersebut lalu menyuruh Vano untuk makan.
"Aku udah bilang jangan ganggu saat aku lagi kerja!" ujar Vano mengingatkan.
"Aku cuma nyuruh makan gak ke hal lain!" ujar Nisa membuka bekal tersebut lalu menyuapi Vano.
Dengan berat hati lelaki itu menerima suapan hanya dua suap saja. Vano ingin wanita itu cepat-cepat pergi dari ruangannya.
Hati Nisa sudah bahagia walaupun cuma dua suap saja yang terpenting Vano makan bekal darinya.
"Besok aku datang lagi dan besok harus lebih dari dua suap! Okayy!?" ujar Nisa menata bekal lalu pergi.
Ketika ia ingin mencium Vano, lelaki itu berdiri dan melangkah keluar dengan berkas di tangan. Menghindar dari ciuman tersebut, hal biasa yang Nisa lakukan padanya.
Nisa adalah adik perempuan dari Istri yang sudah meninggal ketika melahirkan Farel dsn Stevano. Dengan rasa sedih Vano berhasil bangkit lagi dan membesarkan kedua putranya setelah tragedi menimpa dirinya.
Lelaki itu masih mencintai sang istri sampai sekarang wajahnya selalu ia lihat sebelum tidur di malam hari. Semenjak kepergian sang kakak Nisa menjadi agresif sering mengganggu dirinya.
Ketika Nisa ingin pergi ia melihat sebuah makalah dan membukanya. Penasaran karena ada makalah di meja kantor Vano.
"Milik siapa ini harus ku selidiki!" selidiki Nisa menelpon seseorang untuk mencari tahu makalah tersebut.
Vano pergi ke ruang asisten dan memberikan berkas yang sudah di pelajari sekaligus bersedia untuk bekerja sama dengan klien tersebut.
"Gimana kondisi anak Tuan? Apa demamnya udah turun?" tanya asisten tersebut.
"Seperti biasa saya ditipu sama anak saya sendiri!" ujar Vano kepada asistennya.
Asisten tersebut mencoba untuk tidak tertawa melihat bosnya di kerjain oleh sang anak.
"Ketawa gaji kamu bulan ini tidak ada!" ujar Vano menakuti asisten.
Syok mendengar perkataan tersebut asisten pun berhenti tertawa dengan melontarkan pertanyaan lain.
"Saya bisa ke ruangan Tuan untuk ngambil berkas ini. Tuan gak usah repot datang ke ruangan saya!" ujar asisten itu.
"Saya juga ada keperluan lain" Vano duduk di kursi asisten untuk melihat kinerjanya.
Asisten itu cuma berharap bosnya tidak marah melihat meja berantakan dengan berkas berserakan.
Vano menatap tajam asisten dengan omelan yang sudah ia siapkan.
"Iya Tuan akan saya bereskan!?" ujar asisten segera sebelum kena omelan dari bosnya.
Dengan cepat ia membereskan meja dan menata berkas tersebut. Vano hanya duduk diam dan membaca email yang baru saja masuk ke laptopnya.
"Ingat kamu harus tahu berkasnya jangan sampai ada yang hilang. Kalau hilang kamu tanda tangan sendiri dan saya tidak akan nanda tangan untuk kedua kali!" ujar Vano melihat cara asisten membereskan berkas. Ditumpuk jadi satu.
Selesai membereskan meja Vano menyuruh asisten untuk mencari tahu orang yang ingin agar dirinya mau bekerjasama dalam memberikan donasi ke yayasan panti jompo.
"Liat dengan detail informasi Sekar Mulia tanpa ada yang terlewat!" ujar Vano pergi ke ruangan.
Setelah 10 menit berada di ruang asistennya Vano yakin kalau wanita itu sudah pergi.
∆^¶¶^¶∆
"Lo kenal sama cowok tadi?" ujar Dara menginterogasi Revlia.
"Engga!" balas Revlia singkat.
"Tapi kayaknya dia kenal sama lo? Lo tahu senyumannya tadi itu ahhh sangat menghinoptis gw!" Dara mengingat senyuman Vano ketika di dalam kelas.
"Gausah lebay!" Revlia tidak heran dengan kelakuan sahabatnya.
"Udah kelamaan ngejomblo sih makanya cari pacar!" celutuk Tika yang baru saja datang ke sekolah.
Dara bingung melihat sahabat satunya yang sering pergi dan telat masuk kelas. Sedangkan Revlia hanya mengamati kedatangan Tika.
"Habis dari mana lo jam segini baru datang?" ujar Dara.
"Telat?" ucap Revlia setelah selesai mengamati.
"Gw udah minta ijin dulu kemarin buat berangkat agak siang ada keperluan keluarga, " perjelas Tika lalu mengajak mereka bergosip.
Ketika mau mulai bergosip Bayu datang lalu mengajak Revlia untuk membicarakan hal penting.
"Kelas aja!" ujar Revlia ketika Bayu mengajaknya.
"Udah Rev siapa tahu penting. Barangkali mau nunjukin pacar lo yang sedang tanding basket kan!?" celetuk Dara mengijinkan Revlia agar pergi dengan Bayu, teman akrab Very.
Revlia pun berdiri mengiyakan permintaan cowok tersebut. Bayu mengikuti dari belakang.
Halaman belakang tempat tujuan mereka. Revlia bingung ketika Bayu mengajak ke tempat ini.
"Gw temen akrab Very lo tahu itu kan dan gw gak rela kalo temen gw di selingkuhin!?" ujar Bayu mulai marah dengan masalah yang ingin ia tahu dari Revlia.
"Maksudnya?" Revlia benar-benar tidak tahu arah bicara Bayu.
Tanpa banyak bicara Bayu memanggil seseorang dan dia pun muncul. Mulai menjelaskan apa yang ia lihat dan dengar dengan mata sendiri.
Seseorang yang di panggil Bayu adalah siswi satu kelas yang berpapasan dengan Vano ketika menanyakan kelas Revlia. Siswi tersebut menyimpulkan jika Revlia selingkuh ketika melihat Vano.
"Salah paham!" ujar Revlia kepada mereka berdua.
"Untuk kali ini jelasin yang panjang jangan cuek!" perintah Bayu yang hafal dengan cara bicara Revlia.
Gadis itu menarik nafas lalu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Mereka pun harus percaya dengan Revlia karena dia bukan tipe yang suka selingkuh.
Bayu pun menyuruh siswi itu pergi setelah mengetahui yang sebenarnya. Tinggal mereka berdua di tempat tersebut.
Revlia yang ingin pergi setelah pembicaraan selesai harus dicegah oleh Bayu.
"Gimana kalo kita nyusulin Very tanding. Gw gak suka guru yang akan ngajar setelah ini! Lo pasti juga mau liat pacar lo tanding kan?" ujar Bayu berharap Revlia menyetujui perkataannya.
Revlia langsung menyetujui perkataan Bayu tanpa berfikir dua kali. Dan gadis itu lupa jika akan ada ulangan di kelas.
Dengan manjat tembok belakang sekolah dan bantuan dari Bayu, Revlia berhasil kabur diikuti cowok itu. Saat ini tidak ada yang mengawasi tempat tersebut, mereka pun bisa leluasa kabur tanpa ketahuan.
Bayu sengaja memakirkan motor di luar sekolah jika ingin kabur. Cowok itu sudah memikirkan hal tersebut sebelum berangkat sekolah. Tidak ingin melewatkan pertandingan temannya.
Tika yang duduk di bangku depan memandang Dara yang hanya selisih 3 bangku darinya.
Mereka saling mengisyaratkan mengenai kepergian Revlia. Ulangan sebentar lagi di mulai dan Revlia tak kunjung datang.
Yang pasti gadis itu tidak akan datang untuk ulangan karena sudah menaiki motor bersama Bayu.
"Dara teman sebangku kamu mana?" tanya guru yang mengajar melihat bangku yang kosong.
"Tadi habis di ajak bicara sama Bayu tapi ga tahu pak!" ujar Dara.
"Yaudah biar nanti Revlia menyusul saja!" guru tidak ingin membuang waktu hanya karena satu murid yang tidak konsisten.
"Seperti biasa bapak akan menukar tempat duduk kalian. Ulangan akan di mulai dan waktu kalian belajar tinggal dua menit lagi!" lanjut guru.
Mendengar waktu yang tinggal sedikit. Semua murid langsung kelimpungan dan menghafal materi jika kelupaan. Mereka tidak bisa menyontek jika guru ini yang mengajarnya.
See you
