Bab 10 Lyonel Tarmadi
Seporsi steak gurita tampak lezat dalam penglihatanku. Lyon benar benar memesankannya untukku, padahal tadi aku hanya bercanda pada oma. Lagi pula aku sudah memesan chicken cordon bleu untuk makan siangku, lengkap dengan kentang porsi plus plus. Entah bagaimana aku akan menghabiskannya. Sementara Lyon sendiri punya seporsi steak tuna yang porsinya khusus cowok rakus.
“Kalo kurang minta tambah aja nanti.” Lyon tersenyum geli, sepertinya dia sengaja memesan sebanyak ini untuk menggodaku.
“Pasti.”kataku sedikit menantang, “Tenang saja.”
Aku menyingkirkan pisau, dan memegang garpu di tangan kananku. Makan dengan gayaku sendiri, menusuk potongan besar ayam dan menggigitnya. Mengabaikan beberapa orang yang mungkin mengira aku udik, karena cara makanku yang tak tahu aturan. Toh aku pelanggan disini meski tak membayar makananku sendiri tapi semua makanan ini dibayar beserta segala tax dan service-nya. Lyon menatapku dengan senyum geli yang mengambang manis diwajahnya, jelas sekali dia menganggapku lucu.
“Lu tahu, gaya lu yang ini yang gua suka.” Katanya tersenyum tipis.
Aku melihat senyum yang kukenal baik itu. Sangat manis seperti biasa. Aku berani jamin tak akan ada satu pun gadis yang tak menyukai senyumnya yang seperti itu.
“Senyum lu yang itu juga gua suka.” Balasku genit.
“Baguslah kalo ada yang suka.” gumamnya.
“Kalo lu cari pasti banyak kok yang suka.”
“Just forget it, bikin il-feel. Mana ada yang mau sama gua.” Lyon memutar bola matanya dengan cepat, mengejek pendapatku dan dirinya bersamaan.
Aku mencibir. Tentu saja tak mungkin seperti itu.
Secara fisik, Lyon ada di atas 'sekedar oke'. Penampilannya simple tapi tampak sangat mewah, jelas terlihat berkelas. Ditambah pembawaan yang jelas menunjukan dia orang kaya dan terpelajar. Sikap Bengal dan urakannya itu hanyalah cara dirinya menunjukan ketidak puasan pada papanya yang seolah tak lagi mempedulikannya. Diluar kelakuan buruknya itu, Lyon sungguh tak memiliki kekurangan yang berarti. Karena secara intelegensi pun, dia termasuk penghuni kelas pintar. Sangat tak mungkin dia tak punya fans diluar sana, yang mungkin saja salah satunya bisa mengurangi waktunya yang selama ini terbuang bersamaku, dan kami semua para Haznuer. Entah kenapa Lyon justru seolah enggan memikirkannya.
Melihatnya aku jadi teringat kembali akan Rae. Dalam urusan fisik dia setara dengan Lyon. Sama sama punya wajah tampan, kharisma yang menawan dan juga mereka sama sama punya kekayaan. Sayangnya, Rae tak se-pria kelihatannya. Dia tak tertarik pada 'cewek' seperti lelaki umumnya. Dengan berat hati kukatakan. Dia homoseksual, atau lazim orang memanggilnya gay. Aku tak habis pikir kenapa bisa 'cowok' semacho dia malah seorang gay. Atau mungkin seharusnya yang aku pertanyakan kenapa para gay itu selalu punya fisik yang teramat menarik. Aish, aku tak ingin memikirkannya, tapi aku penasaran. Mungkinkah Lyon juga seperti dia?
“Lu lagi mikirin apa sih?” tanya Lyon, sedikit mengagetkanku yang sepertinya terlalu asik dalam pikiranku, “Muka lu ampe menyan menyon kayak gitu.” lanjutnya galak.
“Kenapa sih lu nggak punya cewek?”
Lyon tersenyum geli.
“Lu punya cewek kan?”
Kali ini dia hanya menggelengkan kepala.
“Tapi pernah punya kan?”
Muka gelinya berubah ketus, “Lu lagi mikirin cowok itu ya?” cetusnya muram.
Kali ini aku merasa bersalah karena dugaan dia benar.
“Jangan bandingin gua sama dia, lah. Gua cowok normal kok, straight, kagak bengkok.”
Aku cemberut, ingin sekali minta maaf. Tapi tak berani mengakui kesalahanku. Yang akhirnya aku hanya bisa tersenyum selebar yang aku bisa.
“Jangan nyengir gitu deh, jelek tau keliatannya!”
Aku paling benci dibilang jelek. Kenapa? Karena aku sendiri tahu aku tak cantik.
“Malu lu jalan sama cewek jelek.” sengatku.
“Kok lu yang ngadat sih? Kan gua yang lagi bête tadi.” Lyon ikut meninggikan suaranya.
Enggan bicara, aku menggigit besar besar makananku.
“Gua nggak serius kok bilang lu jelek. Diambil hati banget sih!” gerutunya, tapi suaranya telah kembali melembut “Gua nggak punya cewek bukan berarti gua nggak doyan cewek . Tentunya gua pernah lah punya cewek. 2 tahun yang lalu kayaknya.”
“Lu betah ya ngejomblo?” tanyaku tak habis pikir.
“Nah lu sendiri, lebih lama dari gua kan!?”
Yap. Hampir tiga tahun. tapi aku tak akan mengakuinya.
“Lagian sekarang gua ngerasa ada cewek yang gua suka.”
“Cie ileh, syape tuh, anak mana nih?”
“Mau tau aja sih lu, kalo gua kasih tau ntar lu kaget sendiri.”
“Emangnya gua kenal?”
Lyon bergidik tak acuh. Berarti aku memang mengenalnya.
“Serius?”
“Ntar gua kasih tahu kalo gua udah dapetin dia.” Katanya tersenyum geli.
“Oke, gua tunggu. Gua mesti jadi yang pertama tahu kabar bahagia dari lu ya!”
Lyon mengangguk. Setuju!
