Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4. Astaga Bapak benar-benar menguasai Voodoo?

Louise terus mendumel dalam hatinya, dengan terus mengetikan jarinya bdi atas keyboard komputer yang ada di mejanya.

Setelah tragedi Ivanov yang memarahinya tadi, ia memberi tugas yang begitu banyak padanya.

'Sabar, sabar Louise ingat, demi nilai, demi nilai oke!' Ia terus menenangkan dirinya dalam hati.

Terlihat Ivanov dari sudut matanya sedang mengerjakan tugasnya sendiri. Lazcano Corps memang sedang sedikit sibuk, karena ada proyek baru yang sedang mereka kerjakan.

Ivanov memeriksa tumpukan map yang berisi laporan dari setiap divisi. Ia akan mengecek dan menelitinya sebelum menyerahkannya pada Tuan Lazcano. Jika ada kesalahan sedikit, tak segan Tuan Lazcano akan memarahinya.

"Meski dua-duanya tampan, tapi galak dan cerewet, ck! Aku tidak bisa membayangkan wanita yang menjadi pasangan mereka, apa tahan?" gerutu Louise.

"Apa yang kau katakan? Kenapa kau mengerutu terus, hah? Kerjakan semua tugasmu dengan baik!" tegur Ivanov yang membuat Louise sangat terkejut, bahkan ia terperanjat dari duduknya dan hampir terjungkal jatuh dari kursi. Untung saja ia berhasil berpegangan pada sisi meja kerjanya.

Napasnya terengah-engah dan ia dengan cepat mengelus dadanya, untuk menenangkan kembali dirinya.

“M-maaf Pak, tapi aku tidak menggerutu loh,” sanggah Louise setelah berhasil menenangkan dirinya.

Ivanov tampak mengerutkan keningnya dan mengangkat kedua alis matanya.

“Cerewet? Kau mengatakan itu ditujukkan padaku bukan? Jika bukan kau yang mengatakannya, apa tembok yang bisa bersuara?” tanya Ivanov dengan sinis dan kejam.

‘Aduhhh mulutku! Bukannya tadi aku berkata di dalam hati? Astaga, lagi-lagi…’ sesal Louise.

“B-bukan, bukan begitu Pak, itu tadi aku mengomentari gosip artis di berita, jika Bapak tidak percaya bisa lihat ponselku,” seru Louise seraya membuka ponsel miliknya dan memperlihatkan layar ponselnya pada Ivan.

Ivanov tampak menggeleng, “Ck! Jadi saat bekerja masih sempat-sempatnya kau membaca gosip di ponselmu?”

Mata Louise semakin membulat. ‘Astagaaaa, salah lagi aku…’

***

“Pak Ivanov…” seru Louise sesaat setelah berdiri di depan meja milik Ivan.

“Hmmm?” Ivan bergumam tanpa menatap ke arah Louise. Ia masih berkutat dengan berkas-berkasnya.

“Aku mau minta izin untuk makan siang, sudah jam makan siang,” seru Louise.

Ivan tampak mendongak untuk menatap Louise dengan wajah dingin dan kejamnya.

“Apa pekerjaanmu sudah selesai?” tanya Ivan.

“Belum, sedikit lagi,” sahut Louise.

“Oh…” balas Ivanov singkat.

“Jadi aku izin makan siang dulu ya, Pak.” Louise kembali meminta izin pada Ivanov.

Ivanov yang sudah kembali menatap map yang ada di tangannya hanya mengangguk.

“Terima kasih, Pak!” seru Louise dengan senangnya. Kemudian ia sudah berancang-ancang untuk pergi dari hadapan meja Ivanov.

“Waktu istirahatmu hanya 5 menit, cepat kembali dan selesaikan pekerjaanmu.” Ivan berkata dengan begitu tenang dan tanpa beban.

Louise yang sudah hampir melangkah pergi kembali membalik tubuhnya dengan spontan.

“Apaaa???!! 5 menit???” tanya Louise dengan wajah shock tak percayanya.

“Ya, apa ada yang salah?” tanya Ivan kembali dengan menatap Louise dan menyimpan map yang ada di tangannya.

“Yang benar saja, Pak? 5 menit cukup untuk apa? Ini Lantai 40, aku harus menggunakan lift hingga sampai di lobby mungkin sekitar 2 menit tidak termasuk menunggu lift, jika penuh bagaimana? Bahkan jika aku sudah sampai di lobby kemudian kembali lagi ke sini saja membutuhkan waktu lebih dari 5 menit Pakkk…” cerocos Louise.

Ivanov mengangkat kedua bahunya menggambarkan sikap tak acuhnya. “Bukan urusanku. Dan waktu istirahatmu hanya 5 menit,” Ivan mempertegas ucapannya di akhir kalimatnya.

Mulut Louise menganga tak percaya.

“Yang benar saja???!!”

“Kau terlambat datang di hari keduamu bekerja, kau lebih banyak menggerutu dari pada bekerja, dan kau malah asik berselancar di ponselmu saat jam kerja, kemudian pekerjaanmu belum selesai hingga siang seperti ini dan itu berkas penting yang akan di butuhkan oleh Tuan Lazcano sore nanti! Sampai sini, apa kau paham?” seru Ivanov dengan kejamnya.

“T-tapi aku lapar Pak!” seru Louise dengan memasang wajah memelasnya.

“Kau bisa memesan makan siangmu melalui aplikasi online. Dan gunakan waktu 5 menitmu itu untuk mengambil makananmu di lobby saat pengantar makanan sudah datang,” ucap Ivan dengan santai seraya berdiri dan mulai meninggalkan Louise sendirian.

“Arghhh… aku kesal, dasar jahat, kejam!!!” gerutu Louise.

“Aku masihh bisa mendengar gerutuanmu…” seru Ivan dari kejauhan.

Louise segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya

***

Ivanov baru saja kembali dan ia tidak memperdulikan Louise yang sedang makan di mejanya seraya berkutat dengan komputernya.

Louise hanya mendelik kesal dan menghembuskan napasnya sambil mengunyah makanan saat Ivanov datang.

‘Kejam, jahat, menyebalkan, sadis, dasar ibu tiri kejam!’ umpat Louise dalam hatinya.

‘Menculikmu kemudian memukuli hingga babak belur akan sangat menyenangkan sepertinya, huh! Kau menyebalkan, salahmu sendiri hingga aku memiliki pikiran jahat seperti ini,’ Louise terus mendumel dalam hati.

“Ehem… sebaiknya kau fokus bekerja! Jangan menatapku dengan tatapan mengerikanmu itu dan terus menyumpahi, jika kau tak ingin tersedak dengan makananmu!” seru Ivanov membuat bola mata Louise membulat.

‘Tunggu, apa umpatanku kembali ku ucapkan? Bukan dalam hati saja?’ gumamnya.

‘Tidak aku ingat tidak mengucapkannya karena sedang mengunyah makananku,’ serunya lagi seraya menelan sisa makannya yang ada di dalam mulutnya.

“Astaga Bapak benar-benar menguasai Voodoo?” seru Louise tak percaya. Namun Ivanov hanya berdecih.

“Ahh, jika tidak bisa voodoo mungkin Bapak lulusan Hogwart? Atau Ilvermorny?”

Ivanov memutar bola matanya jengah.

Ivanov tahu kedua sekolahan penyihir yang di sebutkan oleh Louise, meski itu hanya ada dalam cerita fiksi. Jika penyihir Inggris pergi ke Hogwarts untuk belajar, maka penyihir di Amerika pergi ke Ilvermorny.

“Sebaiknya tutup mulutmu itu, habiskan makananmu dan kerjakan semua tugasmu, atau aku akan mengutukmu menjadi Patung Liberty!!” seru Ivanov kesal.

Louise langsung menelan salivanya susah payah.

Ivanov segera duduk di kursi, ‘Ck! Gadis gila, kau terlalu banyak menonton film!’ gerutu Ivan dalam hati.

‘Jika tidak demi nama baik Lazcano Corps, aku sudah memotong-motongmu dan memakannya langsung!’ gerutunya lagi.

Dan tentu saja Ivanov tidak dapat mendengar umpatan dan gerutuan Louise. Ia hanya menebaknya dari tatapan Louise yang tajam padanya dan hembusan napasnya yang terputus-putus terlihat begitu kesal padanya.

‘Wanita memang begitu. Dan itu yang membuatku tak suka pada mahluk bernama wanita!’ seru Ivanov dalam hatinya sebelum akhirnya kembali mengerjakan tugasnya.

Ivanov kembali menggelengkan kepala untuk mengenyahkan semua yang ada di dalam pikirannya. Semua kenangan buruknya dan semua yang pernah menimpa dirinya di masa lalu yang berhubungan dengan wanita.

Ia harus kembali berkonsentrasi untuk mengerjakan tugasnya, karena sebentar lagi Tuan Lazcano akan meminta semua berkas yang sedang di kerjakan oleh Ivanov.

‘Ah, setidaknya bertemu dan melihat wajah Tuan Lazcano yang tampan akan sedikit menghibur suasana hatiku yang kacau karena gadis gila itu.’ Ivanov kembali bergumam dalam hatinya untuk menghibur dirinya sendiri.

- To be Continue -

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel