Pustaka
Bahasa Indonesia

Unconditional Love

461.0K · Tamat
Srustandi
363
Bab
836
View
9.0
Rating

Ringkasan

Louise Fyandra Winston gadis muda, energik dan penuh semangat. Louise memutuskan untuk kerja magang di sebuah perusahaan besar, Lazcano Corps. Ibarat rencana Tuhan, Loiuse harus menghadapi Ivanov yang menjadi atasan sekaligus mentornya di sana. Yang membuatnya kaget, ternyata pria dengan nama lengkap Ivanov MacMillan Lambert itu mempunyai kelainan orientasi. Tapi sayangnya, Louise sudah terlanjur jatuh cinta. Apakah Louise mampu membuat Ivanov tertarik kepada lawan jenisnya? Dan Louise berharap dirinyalah yang akan membuat Ivan tertarik dan sembuh dari penyakitnya itu. --- 'Ck! Baju, tas, dan sepatu itu sudah tidak trend. Itu model musim panas 2 tahun yang lalu,' seru Ivanov dalam hati seraya mencuri pandang pada gadis yang baru saja masuk ke dalam lift dengan tergesa-gesa. Entah badai apa yang sudah diterjang gadis itu di luar gedung hingga akhirnya ia sampai di dalam lift, saat Ivan melihat rambutnya yang berantakan. Cover Design By Canva

MetropolitanBillionaireDewasaKehidupan SosialMusuh Jadi CintaCoganDinginBaik HatiModernDrama

1. Gadis itu tidak waras?

“Tidaaaakkkk, tidaakkk ini bukan mimpi kan?” pekik Louise girang seraya jingkrak-jingkrak di atas sofa.

“Bukan mimpi??” serunya lagi.

“Awwwww sakitt!!! ini sakit berarti aku sedang tidak bermimpi!!” pekiknya setelah mencubit lengannya sendiri.

“Aku tidak sedang bermimpi!!” pekiknya lagi dan kembali melompat-lompat.

“Astaga, astaga aku tidak percaya ini!!”

Baru saja Louise menerima panggilan dari Lazcano Corps bahwa ia di terima kerja magang di sana untuk menggantikan kandidat yang tidak bisa melanjutkan magang di sana.

Di lain tempat Ivanov hanya menatap ponselnya yang masih tersambung dan menjauhkannya dari telinga. Terdengar pekikkan dan jeritan kemudian tawa dari seberang sana.

Keningnya mengkerut begitu dalam.

“Gadis itu tidak waras?” gumamnya pelan.

Ivanov menghela napas panjangnya kemudian menggeleng pelan.

“Gadis itu benar-benar ceroboh, bahkan ia lupa mematikan ponselnya dan berteriak histeris seperti orang yang tidak waras!” gerutunya seraya mematikan panggilan tersebut.

Kemudian Ivanov memijat keningnya pelan, “Semoga besok gadis itu tidak membuat kekacauan!”

Jika ada kandidat lain yang lebih berpontensi, maka Ivanov akan memilihnya dan bukan gadis bernama Louise itu. Tapi sayangnya tidak ada satupun yang memenuhi kriteria.

“Lihat saja jika besok kau berulah, aku akan menyumpal mulutmu dengan sepatu mahalku!”

“Atau memasukkan semua make up mu ke dalam toilet, hahaha…” seru Ivanov dengan tawa seperti ibu tiri yang jahat.

Kemudian Ivanov kembali mendelikkan matanya. “Pokoknya lihat saja jika kau berani berulah di hadapanku.”

Seminggu sebelumnya…

"Akuuuu terlambaaatttt!!" pekik seorang gadis yang baru saja terbangun dan kembali dari alam mimpinya.

"Kenapa aku ceroboh seperti ini," ributnya seraya bangkit dari atas tempat tidur dan segera bergegas ke kamar mandi tanpa memperdulikan selimutnya yang ia lempar sembarangan.

"Bodoh, bodoh..." gerutunya seraya bergegas mengoleskan pasta gigi di sikat gigi miliknya.

Lalu dengan cepat segera menggosok giginya.

"Tak ada waktu untuk mandi," serunya dengan mulut masih dipenuhi busa pasta gigi dan tentu saja beberapa busa terciprat dari mulutnya dan jatuh tepat mengenai wastafel.

Jangan dibayangkan dan tidak patut untuk dicontoh.

Louise segera berjalan dengan sedikit cepat meninggalkan kamar mandi setelah ritual membersihkan diri ala bebeknya selesai.

Dengan masih tergesa ia segera mencari pakaian formal di lemarinya.

"Louise kau bodoh, bukankah hari ini seharusnya tidak terlambat!! Huh, aku kesaalll pada diriku sendiri." Ia masih menggerutu saat memakai celana panjang formalnya hingga keseimbangan tubuhnya terganggu dan...

Bukk...

"Awww...." pekiknya yang sudah tersungkur ke lantai.

"Hari ini kenapa aku sial sekali, hah?! Jika Lazcano Corps tidak menerimaku sebagai pegawai magang mereka, bagaimana dengan nilaiku??"

Dengan mengendarai mobilnya yang tentu saja hasil pemberian orang tuanya, Louise segera menuju perusahaan Lazcano Corps. Tak lupa resume miliknya ia bawa. Seharusnya hari ini ia datang lebih pagi agar mendapat kesan yang baik. Tapi sayangnya, karena semalaman Louise menonton film romantis hingga lewat tengah malam, tak lupa ia menangis karena terbawa laur cerita romantis nan menyedihkan, membuatnya bangun dengan terlambat tadi.

“Bahkan aku tidak sarapan sama sekali,” keluhnya seraya menekan klakson mobil miliknya untuk memberi tanda pada mobil di depannya yang sangat lambat.

“Ini bercanda!! Bahkan jalananpun begitu macet saat ini!!” kesalnya.

Akhirnya dengan susah payah Louise berhasil sampai di pelataran gedung Lazcano Corps, dengan tergesa ia keluar dari dalam mobilnya dan setengah berlari masuk kedalam lobby. Ia sama sekali tak memperdulikan penampilannya, apalagi rambutnya yang sudah tampak kusut tertiup angin.

“Tungggguuu!!! Aku mauuu masukkk liftt!!” serunya setengah berteriak hingga orang-orang yang ada dilobby tampak melihat ke arahnya dengan tatapan aneh.

Telat satu detik saja lift dipastikan tertutup. Dan Louise harus menunggu lebih lama lagi, sedangkan wawancara akan di laksanakan tepat 5 menit lagi.

Kini ia sudah bisa bernapas lega, karena seorang pria menahan lift tersebut dan mengizinkannya masuk.

“T-terima kasih,” seru Louise dengan napas terengah-engah.

Pria itu tak menjawab hanya menganggukkan kepalanya saja sedikit.

“Ya, ampun aku berantakan!!” gumamnya sedikit panik saat meilhat dirinya dari pantulan pintu lift yang sangat mengkilap.

Untung saja di dalam lift sudah tidak ada siapapun, kecuali dirinya dan seorang pria yang menahan lift tadi.

Tanpa malu atau entah tak tahu malu, Louise mengeluarkan sisir dari dalam tasnya. Karena gerakannya yang ceroboh membuat beberapa barang dari dalam tasnya jatuh dan berceceran di lantai.

“Hehe, maaf…” serunya tanpa malu seraya memungut barang-barangnya yang terjatuh.

'Ck! Baju, tas, dan sepatu itu sudah tidak trend. Itu model musim panas 2 tahun yang lalu,' seru Ivanov dalam hati seraya mencuri pandang pada gadis yang baru saja masuk ke dalam lift dengan tergesa-gesa.

Bukan hanya model pakaiannya saja yang sudah ketinggalan zaman. Tapi rambut gadis itupun tampak sedikit berantakan.

Entah badai apa yang sudah diterjang gadis itu di luar gedung hingga akhirnya ia sampai di dalam lift.

‘Dan lihatlah, dia begitu ceroboh.’ Ivanov kembali berseru dalam hati dan memutar bola matanya jengah.

Sedangkan Louise hanya sibuk sendiri dengan barang dan penampilannya.

***

Louise kini sedang duduk dan menanti dengan tak sabar di depan ruangan di mana ia akan melakukan wawancaran dengan bagian penerimaan karyawan magang di perusahan Lazcano Corps.

Seminggu yang lalu ia sudah melakukan test di sini dan berhasil lulus hingga ke jenjang wawancara. Jika ia berhasil lolos dari sesi wawancara ini, maka ia akan dapat bekerja magang di sini.

Sangat sulit untuk bisa magang di perusahaan sekelas Lazcano Corps, bahkan teman-temannya tak ada yang lolos saat ujian test minggu lalu. Hanya dirinya yang berhasil melewati tahapan tersebut.

Dan jika ia tak berhasil lulus nanti, maka mau tak mau Louise harus segera mencari perusahan lainnya yang mau menerima pekerja magang sepertinya.

Memang sejak dulu Lazcano Corps tidak menerima karyawan magang di perusahaanya, hanya saja sejak dua tahun yang lalu mereka mulai membuka lowongan untuk pekerja magang dari universitas. Hanya saja kualifikasi mereka memang sangat tinggi, hal ini agar standard perusahan mereka terpenuhi.

Bukan hanya itu, hanya dua orang yang diterima sebagai anak magang di perusahan ini pertahunnya. Dan Louise berharap ia salah satu kandidat terbaik dan memenuhi kualifikasi untuk tahun ini.

***

Ivanov berdiri di balik kaca dua arah dengan melipat kedua tangannya di dada, ia sangat memperhatikan wawancara dari 3 calon kandidat yang akan menjadi karyawan magang di perusahaan Lazcano.

Tuan Lazcano memang sangat ketat dalam menyeleksi karyawan, teruma karyawan magang.

Ivanov sangat mengenal Tuan Lazcano. Dan pemberlakuan pengetatan penerimaan karyawan ini berlaku sejak kedua karyawannya yang ketahuan berbuat curang di perusahan, yaitu Chynthia dan Kendrick. Gara-gara hal itu juga membuat kesibukan atau pekerjaan Ivanov semakin bertambah.

Tuan Lazcano tak mudah mempercayai siapapun, jika ia sedang sibuk dengan urusan dunia hitamnya. Maka Ivanov-lah yang akan mengurus semuanya.

“Gadis itu rupanya…” gumam Ivan saat melihat seorang gadis berambut pirang dan berpakainan yang sudah ketinggalan zaman.

Ya, gadis yang ia temui tadi di dalam lift.

Dari tempatnya ia bisa melihat dengan jelas bagian penerimaan dan kandidat calon karyawan, tapi mereka tidak dapat melihatnya.

Ivanov berjalan ke arah meja kemudian membuka salinan resume dari para calon karyawan magang. Dan menemukan resume dari gadis itu.

Dengan teliti Ivan membacanya.

“Cukup pintar,” seru Ivan saat membaca jika gadis bernama Louise itu berasal dari universitas terkemuka, dengan nilai yang baik.

“Tapi sayangnya sikap cerobohmu tidak dapat ku tolerir,” serunya lagi seraya memberi cap dengan tulisan ‘Denied’ di resume milik gadis bernama Louise itu. Kemudian Ivan membubuhkan tanda tangan untuk penolakan Louise di resume miliknya.

Setelah itu ia keluar dari dalam ruangan tersebut dengan membawa ketiga resume calon karyawan magang, dan memberikannya kepada asistennya kemudian kembali ke lantai di mana Tuan Lazcano berada.

Ia tak mau mengambil resiko dengan menerima karyawan yang ceroboh, apalagi hanya karyawan magang.

- To be Continue -