5. Klan Peramal dan Klan Penyihir
'What the ….' Otak Kalina benar-benar diajak jalan-jalan pada pagi hari melihat pemandangan aduhai sungguh sayang untuk dilewatkan.
Pemuda itu berdiri dengan handuk melilit di pinggangnya. Rambut dan badan basah karena baru mandi. Terlihat otot-otot lengannya menonjol di lengannya, ditambah dada bidang menampakkan roti sobek yang dikagumi para cewek-cewek pecinta opa-opa tampan dan cowok dua dimensi. Kalina masih melongo.
'Aku ingin menyentuhnya,' bisik Kalina. Tangan nakal itu terulur dan oh ya ampun jari telunjuk Kalina kini sudah sampai menyentuh otot-otot perut itu. Sekali menyentuh, 'Ah bukan mimpi,' keluh Kalina. Dia menyentuh lagi kali ini telapak tangannya meraba. 'Oh, ini sungguh luar biasa, aku bisa merasakan …." Pikiran Kalina buyar saat pemuda tersebut mengangkat badannya, berdiri tegak.
"Sudah puas?" tanya Elang.
Tangan kanan Elang mengeratkan pegangan pada ujung tempat tidur. Sentuhan lembut tangan halus tersebut mengantarkan gelayar aneh pada dirinya. Lelaki tersebut menelan saliva membasahi kerongkongan yang mendadak kering. Tatapan Elang masih tajam dengan ekspresi tenang, menyembunyikan kegusaran pada dirinya.
Kalina menatap pemuda itu dengan gugup, "Oh, anu itu tubuhmu luar biasa," celetuk Kalina yang langsung menutup mulut, mata membuka lebar. 'Aduh, apa yang aku ucapkan?' keluh dalam hati. 'Lihatnya senyum jahat itu?' cicitnya menyembunyikan kepala dalam selimut.
Elang kembali membungkuk, pelan dia membuka penutup pada wajahnya. Tatapan Kalina dan Elang kembali beradu. Jantung gadis itu berdentum kencang, tidak dapat dipungkiri tatapan tajam itu sungguh menggelora. Sungguh tampan menggoda iman, embusan napas hangat Elang menyapu pipi Kalina, membuat dia merinding. Dia memejamkan mata, entah apa yang dilakukan dan diharapkan.
"Ayo cepat mandi Kalina dan langsung bawakan aku makanan aku lapar," rengek Elang seperti bayi besar membuat lamunan dan kekaguman Kalina buyar seketika. "Atau masih mau menikmati keindahan tubuh aku, kamu juga bisa memegangnya lagi,” lanjut Elang berkelakar.
Mata Kalina membeliak, 'Ya salam, apa yang aku pikirkan, oh Tuhan,' keluhnya. Blush! Wajah gadis tersebut memerah seketika.
Kalina yang malu langsung berlari ke kamar mandi. "Malunya, berasa jadi cewek mesum," keluh gadis cupu itu.
Kalina menatap wajahnya sendiri di cermin kamar mandi. Beberapa tahun lalu, dia mengalami sebuah kecelakaan ketika belajar naik sepeda motor. Dan kecelakaan itu berakibat fatal pada indra penglihatan. Dokter yang menangani berkata jika penglihatannya tidak akan sempurna lagi. Dia diharuskan memakai kacamata tebal. Namun kini tanpa bantuan kacamata dia mampu melihat dengan jelas kembali.
Gadis itu kemudian berpikir, "Apa permata itu juga menyembuhkan penglihatanku. Jika benar, maka aku sangat banyak berhutang budi pada Elang," keluhnya. "Tapi kenapa permata itu bisa ada di tubuhku?" Pertanyaan itu terus terngiang di benak Kalina.
Dia menyalakan shower membiarkan guyuran air membasahi seluruh badan. Usai mandi dikenakan kimono handuk yang ia ambil dalam lemari kecil di pojok kamar mandi. Gadis itu bergegas keluar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
"Kalina," panggil Elang. Mulut Kalina menganga.
"Ell kamu ngapain belum pakai baju?"
"Baju aku kotor," jelasnya singkat.
Kalina menggeleng, dia berjalan keluar kamar, dengan mengentak-entakkan kaki. Kurang lebih seperempat jam kemudian dia kembali membawa satu kardus baju pria bekas.
"Ini pakaian papaku waktu muda dulu, semoga saja pas di badan kamu." Diambilnya beberapa helai untuk dikenakan Elang.
Elang menyerobot pakaian itu kemudian memakainya. Setelah berpakaian lengkap mereka duduk berdampingan di sofa kamar menonton Tv sambil menikmati susu dan roti bakar yang Kalina ambil sebelumnya di dapur.
"Elang, aku ingin tanya pertanyaan semalam yang belum sempat kamu jawab." Kalina berucap memecah keheningan mereka.
"Pertanyaan apa?".
"Bagaimana permata kamu bisa ada di dalam tubuh aku."
Perkataan Kalina membuat Elang berhenti mengunyah. Roti yang dia telanpun seakan terasa mengganjal di tenggorokan. Wajah putihnya memerah, Elang memalingkan wajah dari pandangan Kalina sambil mencoba meneguk susu dalam gelas.
"Jawab Ell," desak Kalina. Elang menghela nafas panjang dan berat.
"Boleh aku tidak menjawabnya," ucap Elang, "akan aku ceritakan saja hal lain, ok," lanjutnya kemudian.
***
Flashback, Zaman Old.
Beratus-ratus tahun yang lalu, sebuah kerajaan siluman berdiri berdampingan dengan bangsa manusia. Dari bangsa manusia terpecah menjadi tiga bagian yang terdiri sebagai penduduk biasa, dan manusia yang memiliki kekuatan khusus mereka membentuk klan masing-masing. Di antaranya klan peramal dan klan penyihir.
Pada masa itu kepemimpinan kerajaan masih dipegang secara turun temurun oleh bangsa siluman singa. Sebuah permata yang konon memiliki kekuatan sakti menjadi saksi keagungan kerajaan berlapis emas tersebut. Mereka hidup dalam damai di bawah kekuasaan sang raja yang adil bijaksana. Tanpa memandang klan dan ras bangsa manusia maupun siluman saling menghormati satu sama lain. Bercengkerama bersenda gurau, bahkan saat bangsa siluman merubah wujudnya menjadi sosok binatang atau pun tiba-tiba muncul taring yang tajam dan adapun yang tiba-tiba mengeluarkan sayapnya bagi manusia pada masa itu adalah hal yang biasa.
Bahkan tidak jarang bangsa manusia dan bangsa siluman saling jatuh cinta, menikah dan punya anak.
Mereka tidak akan mengira jika ada malapetaka dari kehidupan harmonis yang mereka jalani itu. Keserakahan, haus akan kekuasaan dan tak akan pernah merasa puas dengan apa yang dimiliki. Sikap itu yang kerap muncul dari benak sisi hitam sebagian bangsa manusia . Berusaha memanfaatkan peluang yang ada tak peduli dengan jalan yang ditempuh yang terpenting adalah hasil akhir sesuai dengan harapan.
Beberapa tahun yang lalu sang raja telah wafat karena penyakit yang tidak diketahui. Kesedihan yang dirasa bangsa siluman amat sangat mendalam. Namun, demi kelangsungan hidup mereka tak lama setelah melepas kepergian sang raja. Arsen, satu-satunya pewaris takhta langsung diangkat, dinobatkan menjadi raja ke -99.
Arsen sang raja muda baru memasuki usia 20-an tahun, usia terindah untuk tertarik dengan lawan jenis. Wajah tampan diwariskan ayah dan ibundanya yang merupakan keturunan pasangan siluman singa tulen. Tinggi badan kurang lebih seratus delapan puluh cm, dengan badan lumayan kekar seperti binaragawan karena tiap hari sering lompat-lompat naik turun gunung. Namun, dibalik wajah sangarnya tersimpan hati Hello Kitty sifatnya penyayang dan mudah merasa kasihan.
***
Zaman Now
"Stop!" ujar Kalina menghentikan cerita Elang.
" Aku belum selesai cerita Kalina," tukas Elang.
"Iya aku tau, cerita kamu akan panjang jadi aku mau siapkan minum dan cemilan dulu," ujar Kalina yang langsung berlari menuju dapur.
Sepersekian detik, Kalina membawa setoples kacang dan dua gelas besar es jeruk kesukaannya. Dia Pun kembali duduk manis di dekat Elang. "Sudah ayo lanjutkan.” Kalina tersenyum sembari membuka toples.
Elang menggelengkan kepala, ingin rasanya ia mencubit pipinya. "Waktu itu kami masih begitu muda," lanjut Elang bercerita.
Bersambung….
@lovely_karra
