Bab 4 Masih Bersandiwara
Oh, sepertinya permainan ini tidak akan mudah berakhir! Yunika, kamu memutuskan untuk terus bersandiwara hingga akhir? Oke! Aku akan menuruti keinginanmu!
Regan meletakan kedua lengannya di tepi ranjang sambil menatap tubuh telanjang Yunika dengan kedua mata berkedip-kedip jenaka.
"Em, No-nona Yunika, ke-kenapa tidak pa-pakai baju?" Regan menunjuk ke arah tubuh telanjang Yunika. "No-nona Yunika me-mesum, nan-nanti Re-Regan bilang Re-Regan mau la-laporkan pada Bibi pengasuh, bibi Wina pasti akan me-mecatmu!" Ujarnya sambil berusaha berdiri dari lantai.
Yunika baru sadar bahwa dirinya sama sekali tidak mengenakan pakaian. Dia panik melihat Regan sudah bersiap melaporkannya. Yunika dengan cekatan langsung melompat ke pintu dan menguncinya.
"Re, dengarkan aku, ini salah paham, aku semalam, em, kemarin aku kepanasan jadi lupa tidur di mana!" Serunya dengan cepat. Yunika memaksakan senyum demi menutupi amarah di dalam hati. Dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengumpat dalam hati.
Sialan! Siapa yang sudah membuatku sampai telanjang begini? Bukankah semua itu ulah kamu si idiot sialan! Oke, kamu akan terus berpura-pura idiot, lakukan saja sesukamu, tapi jangan harap kamu bisa menyentuhku lagi setelah malam tadi! Jika kamu masih tetap melakukannya maka aku akan memukul kepalamu sampai mati!
Yunika bersumpah di dalam hatinya sendiri, dia tidak mau lagi melayani kekonyolan Regan. Banyak cara lain untuk membuat Regan berhenti mempermainkannya. Yang paling penting saat ini adalah bagaimana caranya supaya dia tidak diusir pergi dari kediaman Irawan sebelum teka-teki penyelidikan terpecahkan!
"Em-Nona, Nona Yuni, ke-kenapa pintunya ditutup? Rere nggak bisa keluar, Rere takut, Nona Yunika jahat," ucapnya sambil menyatukan kedua ujung jari telunjuk tangannya. Regan sengaja memasang ekspresi wajah berpura-pura ketakutan.
Yunika masih sibuk mengenakan bajunya, dia bahkan belum sempat mandi dan menyisir rambutnya. Baru membuka mata si idiot sengaja berulah demi membuatnya resign.
"M-Nona Yunika, bu-buka pintunya, Rere-rere lapar, Rere pengen makan!" ucap Regan Irawan lagi.
Regan mulai memukuli pintu yang menutup dengan kedua telapak tangannya dengan tujuan agar Yunika menjadi panik.
Brak! Brak! Brak!
"Iya, aku bukakan pintunya tapi tunggu sebentar," ujarnya.
Yunika tahu tugasnya tidak hanya menemani Regan tapi juga mengurusi segala keperluannya termasuk mengganti baju Regan yang kotor dengan baju baru yang bersih. Mengurusi Regan mandi juga hal-hal kecil lainnya layaknya mengurus anak-anak pada umumnya.
"La-lama sekali, Rere lapar! Buka! Cepatlah! Buka pintunya!" Regan mulai berteriak dan mengerucutkan bibirnya.
Yunika segera berjalan mendekatinya.
"Rere mandi dulu ya? Nanti Kakek marah kalau melihat Rere masih acak-acakan, Rere tidak mau dimarahi, kan?"
Regan berpikir sejenak, dia sudah berusaha membuat Yunika kesulitan tapi tetap saja Yunika meladeninya dengan sabar dan penuh kasih.
Regan mulai lelah, biasanya dia hanya perlu menghabiskan waktu setengah hari untuk membuat baby sitter yang bekerja di kediamannya angkat kaki dari kediaman Irawan.
Sudah dua hari Yunika tinggal di sisinya.
Hari ke dua tentu saja Regan tidak berulah dengan menyentuh anggota tubuh Yunika atau menelanjanginya lagi seperti kemarin. Meski Regan mengakui Yunika cukup cantik dan bisa memuaskan hasratnya. Regan sama sekali tidak memiliki niat untuk mengulangi perbuatannya itu.
***
Hari ke dua, setelah larut malam, Regan diam-diam menghubungi asistennya. Saat Yunika terlelap dia juga pergi keluar dari dalam kamarnya untuk membahas tentang pekerjaan di perusahaan. Sebagai CEO perusahaan, Regan tetap melakukan tugasnya meski harus berpura-pura menjadi pria idiot.
Regan tidak bisa menunjukkan dirinya di depan umum tapi asisten pribadinya yang bekerja dan tampak mengurus segala hal di perusahaan. Padahal kendali sepenuhnya tetap berada di tangan Regan Irawan.
"CEO, semuanya sudah selesai, dokumen sudah diperiksa dan ditandatangani, Anda bisa kembali ke kamar, harap CEO selalu berhati-hati," pesan asisten Regan.
"Hm," Regan berdiri dari kursinya lalu berjalan menuju ke kamar. Regan sempat melihat sekelebat bayangan di balkon di mana dirinya dan asisten pribadinya berbicara tadi.
Regan mulai curiga bahwa ada seseorang yang sedang menguping untuk memata-matai dirinya atau bahkan berniat mencelakainya.
Demi menutupi kebenaran bahwa dirinya hanya berpura-pura bodoh dan idiot, Regan tidak berniat mencari tahu tentang orang itu. Regan hanya akan kembali ke kamarnya, dan jika pelayan menemukan dirinya dan bertanya, dia bisa berpura-pura bodoh tidur sambil berjalan hingga tersesat.
Tepat saat hendak berjalan di koridor menuju ke kamarnya, orang tadi langsung mengarahkan pistol dari dalam genggaman tangannya ke arah Regan dari kejauhan.
***
Di sisi lain, Yunika yang ingin mencari bukti penting, dia menyamar dengan menutupi wajahnya dan hanya menunjukkan kedua matanya. Yunika datang tepat waktu, Yunika meraih tubuh Regan dan membawanya berguling di lantai hingga peluru yang diarahkan ke tubuh Regan meleset.
Slak! Slak!
Peluru anti suara ledakan itu menembus dinding dan membuat dinding beton anti peluru memiliki bekas lubang tidak terlalu dalam.
Tak lama setelah itu pelayan melintas dan melihat Regan sedang berbaring dengan mata terpejam di lantai, sementara Yunika sudah pergi mengejar pria berbaju hitam tadi.
"Tuan Muda Regan! Tuan, apa yang terjadi?"
Pelayan itu panik setengah mati, meski Regan tidak terluka keributan antara Yunika dan penjahat membuat pelayan berteriak dan disusul dengan suara teriakan dari pelayan lainnya, suara riuh itu membangunkan seluruh orang di kediaman Irawan.
"Penjahat! Penyusup masuk ke kediaman!"
"Cepat tolong Tuan muda!"
"Selamatkan Tuan muda Regan!"
"Pembunuh! Ada pembunuh menyelinap!"
Beberapa orang pengawal mulai berdatangan untuk menyelamatkan.
Regan dibawa ke kamarnya, Wina membantu untuk mengurus Regan.
Regan termangu sejenak, dia yakin seseorang yang membantunya tadi adalah Yunika. Regan ingat dengan jelas aroma tubuh yang penah dia sentuh. Dari semua orang di kediaman hanya Yunika yang memiliki aroma campuran buah citrus dan daun mint yang begitu segar.
***
Di sisi lain Yunika sedang mengejar penjahat, dia berhasil merobek baju yang dikenakan oleh penjahat tadi.
"Ingin mengincar Regan! Langkahi dulu mayatku!"
Jrakk! Buak! Bruk!
Satu tendangan dilayangkan Yunika hingga membuat penjahat itu jatuh ke lantai. Pukulan ke dua membuat tubuh penjahat terjungkal. Dan terakhir Yunika membantingnya dengan punggungnya, hingga tubuh penjahat terlempar ke lantai, benturan di lantai terdengar keras.
Kraaakk!
Sepertinya ada tulang yang patah akibat bantingan keras dari Yunika.
"Katakan siapa yang sudah memerintahmu ke sini!" Yunika menekan dada penjahat ke lantai sambil menginjak punggung dan menarik tangan kanannya dengan kuat ke belakang.
"Apa yang kamu pikirkan? Aku hanya ingin mengambil sekantong uang dan juga beberapa perhiasan! Pria tadi menghalangiku jadi aku terpaksa menembaknya!" Ujarnya berbohong.
Yunika menyunggingkan senyum sinis.
"Oke, teruslah berbohong, kamu baru mau bicara setelah aku patahkan juga kedua tanganmu! Wajahmu yang tidak terlalu bagus ini sepertinya juga tidak masalah kalau aku buat retak-retak seperti punggungmu yang hancur!" Ancamnya.
Penjahat tersebut sangat ketakutan, tubuhnya sudah hancur dipukuli Yunika. Beberapa tulangnya tidak hanya cedera tapi sepertinya juga retak dan patah. Yunika akan segera membuat kedua tangannya cacat. Dia ingin membuka mulutnya untuk menjawab.
"Cepat katakan! Atau kamu mau bukti kalau aku tidak hanya bicara omong kosong?!" Yunika kembali menekan dengan menginjak kepalanya.
Yunika hampir mendapatkan kemenangan, tapi dua orang suruhan dari anggota keluarga Irawan menyerbu dan Yunika tahu mereka sangat licik pasti hendak menuduhnya berkomplot dengan penjahat tadi. Yunika tidak mau terjebak jadi dia dengan cepat melesat kabur. Lagi pula penjahat itu sudah terluka parah akibat Yunika hajar habis-habisan, tentunya penjahat itu tidak bisa kabur dengan mudah.
Di sisi lain seorang memerintahkan bawahan.
"Cari wanita tadi! Dia pasti belum kabur jauh dari sini! Karena dia usaha tuan besar gagal! Kita harus melenyapkan bukti-bukti sebelum jejak tuan besar tercium oleh polisi!"
Dua orang suruhan itu mulai mencarinya.
Yunika hanya bisa bersembunyi dan mengintai mereka dari posisinya saat ini.
"Sialan! Aku hampir mendapatkan jawaban! Tapi dua orang itu tiba-tiba menemukan kami! Aku tidak bisa membiarkan penjahatnya mati, polisi harus cepat dipanggil untuk datang ke rumah Irawan!" Yunika segera menghubungi Judika kakak angkatnya yang sedang bertugas.
Tak lama kemudian terdengar suara sirine polisi. Dua orang suruhan dari keluarga Irawan yang berniat menghilangkan bukti-bukti langsung kabur sambil menyeret pria tadi.
Yunika segera mencari cara, dia mengacak-acak rambutnya sendiri lalu berlari sambil berteriak dengan menunjuk ke arah tiga orang pria itu.
"Mereka penjahatnya! Tooolongggg! Cepat tangkap mereka! Jangan biarkan mereka kabur!" Teriak Yunika.
Semua orang langsung berlari ke arah asal suara, Yunika diam-diam menyunggingkan senyum licik.
Pelayan mulai berkumpul untuk melihat.
Setelah urusannya beres, Yunika diam-diam menyelinap kabur dari kerumunan. Dia tidak mau menjadi bahan sorotan atau mencuri perhatian dari semua orang.
Tiga orang yang berusaha melenyapkan bukti-bukti penting segera diringkus oleh para pengawal di kediaman Irawan lalu diserahkan kepada polisi.
Salah satu anggota keluarga Irawan mengumpat kesal. Dia adalah adik dari ayah Regan, Felix Irawan.
"Siapa yang memanggil polisi secepat ini? Regan si idiot itu gagal dilenyapkan! Situasi awal sangat bagus tiba-tiba bisa memburuk secepat ini pasti ada orang kuat yang ikut campur hingga rencanaku gagal total!
***
Di balkon lantai dua, Regan Irawan menyaksikan semua tindakan pengasuhnya!
"Tidak kusangka ternyata Yunika sangat cekatan. Dia tidak hanya cerdas dan cepat dalam mengambil tindakan. Cara dia melawan penjahat dengan tangan kosong sangat menakjubkan! Aku sudah menganggapnya remeh! Rasanya jadi aneh sekali, sulit dipercaya ternyata gadis itu menjadi semakin menarik setelah kejadian hari ini!" Regan menatap ke arah Yunika dengan tatapan kagum dan tanpa ragu dia memuji Yunika.
