Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Kamu Jelaskan Apa Maksud Dari Pemeriksaan Medismu Itu?!

Satu bulan kemudian.

Bandara Internasional, Octopus, New Country.

Aira selalu disiplin waktu, dia sudah check-in 1 jam sebelum keberangkatan untuk menghindari antrean panjang. Dia tiba di boarding lounge 30 menit sebelum boarding time karena antre panjang saat check-in.

Sialnya, Aira mendadak mau kencing saat pengumuman boarding. Daripada kencing di celana, dia pun memutuskan pergi ke toilet sebentar.

Sekali lagi, dia tertimpa kesialan, di depan toilet banyak calon penumpang mengantre untuk menggunakan toilet.

Mengesampingkan rasa malunya, Aira meminta izin satu per satu pada antrean di depannya.

Karena kemampuan dia berbicara dan sifat ramahnya, semua orang memberinya izin untuk masuk lebih dulu. Aira tersenyum lalu membungkukkan badannya mengucapkan terima kasih setelah mencapai pintu toilet.

Di dalam toilet, Aira mendadak sakit perut. Mau tidak mau dia pun menambah waktu untuk membuang kotorannya sebentar.

Dalam toilet terkadang suka lupa waktu, rasanya cuma sebentar tahu-tahunya hampir 15 atau 20 menit. Aira tersentak kaget saat melihat jam di tangannya. Dia sudah 15 menit di dalam toilet. Pantas saja, yang tadinya terdengar suara berisik, sekarang menjadi hening.

Aira buru-buru keluar setelah tersadar. Dia berlari sekuat tenaga beradu dengan waktu. Dia hanya punya waktu 10 menit untuk melakukan boarding ke dalam pesawatnya.

Brak! Dalam perjalanannya, Aira menabrak dada seorang pria. Aira tidak memerhatikan siapa pria yang ditabrak olehnya. Fokusnya hanya tertuju pada pesawatnya sebentar lagi akan terbang. Dia langsung meminta maaf. "Maaf, maaf, oh Tuhan kenapa begini? Tuan maaf sekali, aku sedang terburu-buru..." sambil berkata Aira membungkuk berulang kali sekaligus membereskan isi dalam tasnya yang jatuh berceceran di atas lantai.

Pria menjulang tinggi sangat emosi ketika ditabrak oleh Aira. Dia hampir meledak ingin memaki Aira habis-habisan. Namun, kemarahannya terhenti ketika mata di balik kaca mata hitam tertuju kepada laporan hasil pemeriksaan kehamilan. Dia melihat di atasnya tertulis positif hamil.

Mark Zega baru berjongkok mengambil hasil pemeriksaan itu ketika Aira mau meraihnya. "Maaf, Tuan, ini hasil pemeriksaan medisku. Aku harus segera pergi."

Sekian detik waktu Aira habis begitu saja. Pria di depannya itu justru tidak berniat mengembalikan laporan hasil medisnya seperti laporan itu adalah miliknya sendiri.

Kesabaran Aira terkikis sudah, namun dia tetap sopan memohon pada pria di depannya ini. "Tuan, tolong..."

"Aira McKinley!" Pengumuman terakhir boarding menyebutkan namanya. Aira makin cemas, dia hanya punya waktu 5 menit untuk sampai ke dalam pesawatnya. Sementara jarak dia ke pintu penerbangan cukup jauh.

Pasalnya dia tidak punya uang lagi untuk membeli tiket. Tiket pesawat kali ini pun dibayar oleh kakak angkatnya di luar negeri.

Satu minggu sebelumnya, kakak pertama dia di panti asuhan menghubunginya, memberitahunya bahwa pengajuan beasiswanya telah disetujui. Aira akan mengikuti kakak angkat yang telah diadopsi itu ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya.

Karena pria di depannya tidak berniat memberikan laporan medisnya, Aira pun menariknya lalu berlari meninggalkan Mark.

Sepeninggal Aira, Mark terbengong sesaat mencerna hasil laporan medis milik Aira McKinley. Rupa wanita di depannya tadi, dia masih mengingatnya. Dia adalah istri selama satu bulannya, dan hari ini adalah hari terakhir.

Pengawal Zam, di belakangnya langsung menghampiri ketika dia melambaikan tangannya. "Hentikan wanita barusan, bawa dia ke dalam mobilku!"

"Baik, Tuan." 2 dari 3 pengawal Marak berlari mengejar Aira McKinley sementara pengawal satunya lagi dan seorang asisten tetap disisinya memastikan dia aman.

Aira mengatur napasnya ketika dia berhasil duduk di kursi miliknya. "Huh! untungnya masih keburu. Matilah aku jika terlambat. Bisa-bisa Kakak akan mengomelikku sepanjang tahun bila aku tidak jadi pergi gara-gara ketinggalan pesawat."

Baru bernapas sejenak, 2 orang berpakaian serba hitam menghampirinya. "Nona Aira, tolong ikut kami sebentar."

"Kalian mau apa? Lepaskan aku..."

Aira tidak punya urusan dengan dua orang ini. Dia pun sudah melewati security check sebelum masuk boarding lounge; tidak mungkin dia dituduh membawa senjata tajam. Dia juga bukan buronan. Jadi, apa maksud pencegatan ini. Dia tidak mau ketinggalan pesawat, ketinggalan pesawat sama saja dengan menghambur-hamburkan uang,.dan menyianyiakan kesempatan dia menempuh pendidikan di luar negeri.

Penumpang lainnya hanya melihat ke arahnya seakan dia ini adalah pembuat onar. Pramugari pun tidak menghentikan kedua orang itu untuk menyeretnya pergi. Ibu-ibu di sampingnya pun menasehatinya. "Nona, tolong jangan berteriak, ikut saja bersama mereka. Jangan mengganggu penerbangan ini. Kami tidak bisa menunggu lebih lama, kami semua punya kesibukan masing-masing."

Jika mengenal 2 pria ini mana mungkin Aira menolak. Masalahnya dia tidak tahu ada apa kedua orang itu mau membawanya keluar.

"Baiklah, kalian harus bertanggungjawab dengan tiketku." Aira memastikan dulu tiketnya aman sebelum menyetujui permintaan kedua pria itu.

"Nona, tidak perlu khawatir, ada Bos kami yang akan bertanggungjawab."

"Baiklah, lepaskan tangan kalian! aku ini bukan buronan atau orang jahat."

Kedua pengawal Mark Zega melepaskan tangannya secara bersamaan.

"Ke mana aku harus pergi? kalian tunjukkan jalannya." Aira bertanya sambil menyelidiki gerak gerik kedua orang di sampingnya ini. Mana tahu mereka mau berbuat jahat, dia sudah siap untuk berteriak sekencang-kencangnya.

Dibawah pengawasan kedua pengawal Mark, Aira diarahkan ke lantai parkir VIP bandara.

Beberapa langkah lagi sudah mau tiba di dekat mobil Limousine. Kedua pengawal pun memberhentikan Aira. "Nona, tunggu sebentar."

Aira patuh saja, diam di tempat sambil mengawasi keadaan sekitar. Sekiranya kedua orang ini adalah penculik, dia bisa berlari secepat mungkin dari lantai parkir itu.

Satu dari pengawal maju ke depan pintu mobil mengetuk jendela kaca. "Tuan, kami sudah membawanya kemari."

"Bawa masuk!" Mark memberi perintah.

Pengawal Zam kembali menghampiri Aira lalu memberitahunya. "Nona Aira, Bos menyuruh Anda masuk."

Satu diantara mereka membukakan pintu untuk Aira. Aira melihat ke kiri ke kanan, lalu memerhatikan pengawal itu dari atas sampai bawah. "Nona tidak perlu khawatir, Bos kami hanya perlu mengkonfirmasi sesuatu kepada Nona."

Aira melangkah satu langkah lalu diam, begitu sampai dia merasa aman untuk masuk ke dalam mobil.

Aira masuk lalu melihat ada sosok pria berwajah dingin bertopang tangan menatap ke luar jendela bersandar malas di kursi bagian depannya. Belum sempat duduk, pria itu sudah melemparkan satu pertanyaan ke arahnya. "Kamu jelaskan apa maksud dari pemeriksaan medismu itu?!"

"Hah! laporan medisku?! untuk apa?!" Aira menunjuk dirinya sendiri ketika berkata. Aira baru tersadar bahwa pria di depannya adalah pria yang dia tabrak sebelumnya.

Mau apa pria ini? Jangan bilang dia mau minta ganti rugi. Mau cari uang kemana dia? di dompetnya hanya beberapa ratus ribu saja, itu pun buat berjaga-jaga kalau dia kelaparan di dalam pesawat, secara penerbangan membutuhkan waktu setengah hari. Ketakutan orang miskin sepertinya adalah kelaparan.

"Jangan membuatku mengatakan hal yang sama untuk kedua kalinya!" Pria itu langsung menyerangnya dengan suara sinisnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel