Pustaka
Bahasa Indonesia

Tuan Suami Manjakan Aku 100%

300.0K · Tamat
Febriani
286
Bab
101.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

"Tuan, Nyonya Muda sudah kembali ke kota Octopus." Tangan Mark sedang memegang pulpen segera berhenti dari kegiatannya mengkoreksi semua dokumen penting di atas meja. Matanaya berbinar cerah, bibirnya bergetar merasa dia sedang salah dengar. Setelah sekian lama dia menunggu, akhirnya wanita miliknya kembali juga. "Coba ulangi lagi!" "Nyonya Muda sudah kembali, Tuan." Mark segera berdiri memberi perintah kepada pengawalnya. "Antarkan aku menemuinya sekarang juga." "Tapi, Tuan." "Tapi, apa?!" Mark takut tadi hanyalah mimpi, jadi ketika diinterupsi dia ingin marah. "Dari apa yang aku dengar, Nyonya Muda pulang untuk balas dendam kepada Anda. Dia ingin mengambil alih seluruh aset Zega Grup." "Berikan saja kepadanya. Aku tidak menginginkannya lagi." Daripada harta, Mark lebih menginginkan istrinya kembali. Istri ada di sisinya untuk apa dia menginginkan kekayan dunia. Memiliki istri di sisinya adalah kekayaan dia sesungguhnya. "Lalu, Tuan akan bekerja apa dimasa mendatang?" "Pekerjaanku cukup memanjakannya 100%." Pengawal Zam terdiam membisu. Pertanyaannya, apa Nyonya Muda masih mau dimanjakan oleh tuanya setelah penderitan panjang yang dia berikan. Apalagi ada monster galak berdiri di depannya menghalangi semua usaha Mark untuk mendekati Aira.

BaperPresdirFlash MarriageRomansaIstriTuan MudaWanita CantikMemanjakanSweetMenyedihkan

8 Miliar

Zylla Hotel, pagi hari.

"Di atas nakas ada cek senilai 8 milar! Cukup untuk membayar harga dirimu itu!"

Pria berwajah dingin duduk di pinggir kasur mengancing kemeja sambil berkata dengan sangat kejam kepadanya seperti malam sebelumnya tidak pernah terjadi pergumulan panas diantara mereka.

Perkataan itu langsung menghantam kepala Aira seperti bongkahan batu panas melelehkan kepalanya. Dia seperti ini seperti menjual diri kepada pria itu. Padahal dia adalah korban dari keganasan dan manipulasi pria berwajah tampan namun beringas. Dia mengakui ketampanan pria di belakangnya sangatlah mengagumkan; dalam sekali pandang saja bisa membuatnya mabuk kepayang. Jika pria itu berbaik hati sedikit saja, dia berani mengakui bahwa dia menyukainya.

Belum sempat hati menerima kata hinaan sebelumnya, pria itu kembali berkata: "Satu bulan lagi aku akan mengurus surat perceraiannya. Di atas nakas ada surat perceraian kita, kau bisa tanda tangan terlebih dahulu dan aku akan mengurus sisanya." nada bicara pria itu terdengar seperti sebuah perintah yang harus dituruti, jika tidak maka siap-siap mendapatkan hukuman darinya.

Aira tidak tidur semalaman, dia berbaring miring memunggungi Mark. Kepalanya sangat pusing sementara matanya bengkak dan perih terus menangis semalaman. Dia wanita polos baru lulus sekolah beberapa minggu yang lalu mana tahan menghadapi kekejaman pria di belakangnya.

Meskipun sudah terbiasa menghadapi kesulitan hidup di panti asuhan, dia tidak mampu menanggung kesakitan batin seperti ini. Lapar dan haus boleh dia tahan, tapi untuk penghinaan harga dirinya belum mampu dia tahan.

Agar hatinya kuat menghadapi masalah ini; apapun yang dikatakan Mark sebelumnya ia anggap angin lalu saja.

"Jika tidak ada pertanyaan, aku akan pergi. Setelah ini kita tidak ada hubungan apa-apa. Aku tidak mau melihatmu menampakkan mukamu di depanku setelah kita resmi bercerai. Tinggalkan surat itu di atas nakas, asistenku akan mengambilnya setelah kau pergi dari tempat ini."

Sekali lagi, perkataan Mark menampar harga diri Aira. Kenapa perkatanya itu begitu menyakitkan hati dan menusuk telinganya.

Apa orang kaya memang begitu memerlakukan orang miskin. Namun, setelah mengingat kebaikan keluarga Marcell, dia segera membantah pemikirannya.

Kenapa pria itu harus melakukan semua ini, tidak bisakah dia membujuknya secara halus saja. Jika pria itu menjelaskan semuanya, dia tidak akan menolak dan memilih mundur dari pernikahannya dengan Marcell.

Mark telah selesai merapihkan dirinya, yang mulanya tidak menggunakan sehelai benang pun telah berbalut kemeja dengan luaran jas mewah dan elegan. Kaki panjang dan kuat miliknya sudah dibungkus menggunakan celana senada dengan jas warna biru tua miliknya. Dalam hitungan detik, dia sudah bertransformasi menjadi pria sangat tampan seperti dewa dalam mitologi Yunani Kuno. Ketampanan miliknya tidak dapat dikalahkan oleh siapapun seperti Tuhan pilih kasih hanya memberi ketampanan kepadanya saja.

Penampilan acak-acakan tempat tidur menggambarkan betapa sadisnya pria itu menyiksanya malam sebelumnya. Dia harusnya menikah dengan kekasihnya dan harusnya pagi ini menikmati pagi hari yang romantis. Namun, semua itu hanya tinggal angan-angan saja. Dihari pernikahannya, dia diculik oleh pria itu dan menikah dengannya. Jika dia tidak mau maka kekasihnya akan mati dan perusahaan keluarganya akan bangkrut. Dia sangat menyayangi keluarga kekasihnya. Baginya keluarga kekasihnya sudah seperti keluarga sendiri. Dia yatim piatu sampai dewasa tinggal di panti asuhan. Sampai dia dewasa sekarang, keluarga kekasihnya selalu menemuinya dan memberi makan dan pakaian yang layak setiap bulannya. Setelah dewasa dan cukup umur dia dilamar orang tua baik itu, anaknya berparas tampan dan baik hati membuatnya setuju menerima lamaran itu.

Mabelle adik Mark mencintai Marcell. Karena satu alasan itu, dia pun harus merelakan semua kebahagiaannya hancur.

Aira tidak menjawab perkataan pria jahat itu, hanya memandangi selembar kertas putih di atas nakas dengan 1 lembar cek di sampingnya dengan 1 pulpen di atasnya.

Dia mau menertawakan nasibnya. Kenapa disaat mau bahagia justru kemalangan menimpanya dengan sangat kejam.

Tadi malam dia dipaksa untuk melakukan tugas pertama sebagai istri setelah menikah. Pria berwajah dingin dan ganas itu mengatakan bahwa setelah melakukan itu, dia tidak punya kesempatan untuk menggoda kekasihnya lagi.

Ya, dia mana ada muka mau menemui kekasihnya setelah kejahatan kejam menimpanya. Seluruh tubuhnya bagaikan media lukis dari pria itu, terutama dibagian lehernya, orang sekali lihat saja sudah tahu apa yang menimpanya.

Bagian bawah tubuhnya terasa perih dan sakit, rasanya dia tidak dapat menanggung rasa sakit itu, tapi rasa sakit dihatinya lebih sakit lagi. Mau melakukan apa dia pun tidak tahu lagi.

Pria bertubuh atletis, memiliki mata tajam, hidung mancung dan tatapan dingin langsung meninggalkannya setelah mengatakan kata-kata kejam yang tidak dapat dia terima.

Brak! Aira baru tersadar ketika pintu terbanting menutup. Pria itu sudah meninggalkannya; menyisakan luka dan lara.

Aira berharap dia tidak akan bertemu lagi dengan pria itu untuk selamanya.

Setelah kepergian pria itu, Aira tanpa berpikir langsung menandatangani surat perceraian di atas nakas lalu merobek cek 8 miliar di sampingnya.

Aira tahu uang 8 miliar itu sangat banyak; bisa digunakan untuk kebutuhan anak-anak panti asuhan untuk bertahun-tahun lamanya. Aira juga bisa menggunakan uang itu untuk kebutuhan sehari-hari dan bisa menjadi kaya dalam semalam, tapi untuk apa semua uang itu jika harga dirinya sudah tidak ada.

Harga diri lebih penting daripada uang untuk orang miskin sepertinya. Merobek cek itu adalah keputusan tepat untuk menjaga harga dirinya dihadapan pria kaya dan sombong seperti Mark.

Air mata pun jatuh perlahan dan semakin deras ketika terus terpikirkan betapa kejamnya pria itu menyiksanya semalaman. Kehormatannya sudah diambil darinya dengan cara yang sangat kejam. Bahkan hewan pun tidak demikian memerlukan betina miliknya. Dia seperti ini sangat menyedihkan.

Aira menagis bercampur senyuman kesedihan. Dia menyingkap selimut lalu melihat bagian dada dan turun ke bawah. Apa yang dia lihat saat ini benar-benar tidak bisa dilihat oleh matanya. Jejak-jejak keganasan sangat menyakitkan matanya. Pandangan matanya berhenti pada bercak merah di bawah kakinya. Rasa ngilu dan pedih kian terasa disaat dia menggerakkan kakinya. Menangis pun tidak akan membalikkan keadaan. Aira melepaskan selimut dan melemparkannya ke sembarang arah.

Kakinya menapak di atas lantai yang dingin sedingin es. Dia mengerutkan keningnya sambil memegangi bagian perut berjalan perlahan menahan sakit.

Setiap melangkah bagian bawahnya terasa sakit seperti dikuliti. Dia memejamkan mata mensugesti pikirannya agar tidak merasakan rasa sakit itu.

Hudup harus tetap berjalan, dia bukan orang lemah yang akan terpikirkan mengakhiri hidup hanya karena dia telah kehilangan mahkotanya. Aira memercepat langkah kakinya masuk ke dalam kamar mandi.

Aira menyalakan kran air hangat lalu menunggu di samping bathtub.

Setelah keluar dari tempat ini, dia akan pergi tanpa memikirkan apapun seperti orang terlahir kembali.

Biar waktu menghapus semua rasa sakit dan kesedihannya.

Selamat tinggal masa lalu kelam selamat datang masa depan gemilang.