Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Penyemangat dan Motto Hidup

Bab 6 Penyemangat dan Motto Hidup

Dengan semua keputusan yang telah ia ambil untuk merantau sebagai TKW, Dira diberangkatkan dan bekerja ke luar negeri bersama dengan beberapa orang teman, yang ingin dan memiliki satu tujuan seperti dirinya. Untunglah, mereka menuju tempat yang ada dalam daftar negara yang dipilih yaitu Singapura. Dira berharap, semua yang inginkan boleh tercapai dengan baik.

Untuk sampai ke Singapura, membutuhkan waktu satu sampai setengah jam dengan penerbangan dari ibu kota Jakarta. Di sepanjang perjalanannya, Dira masih sempat memikirkan orangtuanya dengan ketiga orang anaknya. Sikap dan tingkah Isvira dan Lexi yang membuat Dira merasa sedih. Namun, tekadnya tidak akan kendur. Ia akan terus berusaha untuk menepis semua rasa gundah dan menjadi pahlawan untuk keluarganya.

Lima menit lagi, pesawat yang ditumpangi Dira dan teman-temannya akan mendarat. Dira masih saja sempat berdoa dan menguatkan hatinya. Setelah pesawat menyentuh landasan, mereka turun dari pesawat. Dira dan teman-temannya diarahkan ke suatu gedung di mana merupakan tempat tinggal sementara bagi para TKW. Perbedaan waktu antara Jakarta dan Singapura hanya satu jam. Jadi mereka tiba menjelang siang hari.

‘Semoga, aku bisa mendapatkan majikan yang baik, dan mau memahami kelebihan dan kekurangan saya,’ batin Dira dengan penuh harapan.

Beberapa saat setelah sampai, Dira dan teman-temannya langsung disuguhi makan siang. Mereka diberikan waktu istirahat sampai dengan pukul empat sore. Lalu mereka mendapatkan pembekalan oleh agen dan perwakilan dari kantor kedutaan negara Indonesia sampai malam hari. Acara mereka ditutup dengan makan malam. Setelah itu semua TKW diminta untuk mempersiapkan diri dan semua barang mereka, karena esoknya akan diantar ke tempat kerja masing-masing. Ada sekitar tujuh puluh lima orang peserta yang ada dalam gelombang pengiriman TKW kali ini.

Seperti arahan agen penyalur, pukul setengah tujuh mereka semua sudah selesai sarapan keesokan harinya. Hari pertama bagi mereka semua untuk mulai bekerja. Dira duduk tenang menunggu gilirannya. Saat namanya dipanggil, ada seseorang yang menghampiri Dira. Ia meminta Dira untuk mengikutinya. Pakaiannya sedikit berbeda dengan para petugas di balik meja yang mengurus biodata. Dengan wajah yang masih diselimuti sedikit perasaan takut, Dira mengikuti orang tersebut. Ternyata, orang itu juga salah satu petugas dari agen untuk TKW. Dira baru tahu setelah ia menjelaskan kenapa seragamnya berbeda. Benar kata orang kalau malu bertanya sesat di jalan. Maka dari itu, Dira mulai menyisipkan motto baru agar ia harus berani bertanya di negeri yang masih asing ini.

Setelah menempuh perjalanan dengan mobil hampir tiga puluh menit, Dira tiba di tempat tujuan. Ia dibawa ke sebuah rumah. Si pengantar mengatakan kalau pemiliknya dikenal dengan panggilan keluarga Baskoro. Jadi, Dira sudah sampai di kediaman majikannya. Mereka bertemu dengan pasangan suami istri pemilik rumah. Agen menjelaskan semua prosedur yang mereka harus lalui. Kemudian, ada penandatangan kontrak di antara tiga pihak yaitu pekerja, majikan dan agen.

Kurang dari satu jam, urusan administrasi beres dan Dira diantar ke kamarnya. Agen tersebut mengambil foto Dira bersama majikan berlatar belakang kamar yang disediakan untuknya. Bukan hanya sebagai bahan pelaporan tetapi untuk membuktikan kalau TKW dari Indonesia dihargai hak asasinya.

Setelah petugas agen pergi, kedua majikan mengajak Dira untuk bicara santai. Dira sangat senang karena majikannya bisa berbahasa Indonesia.

“Selamat datang Ibu. Kami keluarga Baskoro. Sudah tinggal di sini selama tujuh tahun. Kami juga ada keturunan Indonesia. Bagaimana kami harus menyapa?” tanya Baskoro.

Begitu mendengar Pak Baskoro menyapanya dengan bahasa Indonesia, Dira agak terpaku. ‘Kok bisa? Bapak ini bisa berbahasa Indonesia?’ tanya Dira dalam hatinya. Rupanya, keluarga Baskoro ini memang berasal dari Indonesia. Mereka termasuk keturunan mongoloid dan baru menetap di Singapura sekitar 7 tahun.

“Nama saya Dira, saya dari salah satu kota kecil di Indonesia. Saya memiliki tiga orang anak yang dirawat orang tua saya,” jawab Dira memperkenalkan diri.

“Ibu Dira, selamat datang lagi. Semoga kamu betah bekerja pada kami,” sambut Ibu Baskoro.

“Terima kasih banyak karena Ibu dan Bapak mau menerima saya di sini. Saya akan bekerja dengan sebaiknya, menurut apa yang akan diperintahkan kepada saya. Saya akan menjalankan tugas dan kewajiban saya sesuai dengan pembekalan yang telah saya dapatkan. Saya siap belajar hal baru. Mohon juga bersabar, jika masih ada pekerjaan saya yang tidak sesuai harapan nantinya,” sahut Dira tersenyum lega.

“Ibu Dira harus selalu bertanya jika ada yang belum jelas,” balas Ibu Baskoro.

Setelah mengetahui latar belakang Dira secara singkat, Dira dikenalkan pada semua anggota keluarga. Lalu, ia harus mengetahui setiap bagian dari rumah dan fungsinya. Dari pengamatan Dira, majikannya adalah keluarga yang harmonis dan bahagia. Keberuntungan bagi Dira lainnya, ia akan sangat mudah dalam beradaptasi dan berinteraksi karena keluarga Baskoro juga bisa memahami Bahasa Indonesia.

Namun, Dira juga menangkap dari penjelasan kalau di dalam percakapan setiap hari, mereka menggunakan tiga Bahasa yang berbeda yaitu Melayu, Mandarin dan Inggris. Anak-anak mereka akan dibiasakan dengan tiga bahasa tersebut.

Selain Pak Baskoro bersama istrinya, ada dua orang anak kembar mereka yang masih berusia di bawah tiga tahun yang harus dijaga oleh Dira. Ada juga majikan perempuan yang sudah lanjut usia, yaitu ibu dari Pak Baskoro. Dira jadi paham kalau ia harus banyak sabar untuk menghadapi anggota keluarga yang lain, termasuk anak-anak keluarga Baskoro.

Tugas wajib Dira setiap hari yaitu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Ia harus menjaga si kembar jika pasangan muda Baskoro tidak di rumah.

Ia harus membereskan rumah, mengepel, mencuci, dan menyetrika. Semuanya ia lakukan setelah ia membantu Ibu Baskoro memasak. Untunglah majikan perempuannya cukup disiplin untuk soal kesehatan sehingga ia tidak ingin Dira memasak. Dengan begitu, tugas Dira sedikit berkurang. Jika tidak sempat masak, maka Dira akan hanya perlu menata semua lauk pauk yang ada di meja makan, saat jasa pengantar makanan datang.

Terkadang Dira menerima omelan dari Ibu Baskoro muda jika ia dalam keadaan panik. Omelannya membuat Dira ikut panik dan cenderung salah saat kerja. Namun, Dira hanya punya mantra kunci bahwa, ‘Jalan hidup setiap orang tidak akan mulus seperti tol. Pasti ada banyak tikungan dan liku-liku untuk dilalui. Jadi, aku harus tetap tegar. Tuhan pasti memberikan tantangan hidup sesuai dengan kemampuanku,’ pikir Dira.

Hari demi hari berganti, tak terasa enam bulan sudah berlalu.

Dira melakukan semua pekerjaannya dengan baik. Ia mulai terampil menjaga anak-anak majikannya, merawat dan melayani ibu dari Baskoro yang sudah lanjut usia. Saat ia sudah di kamarnya pada malam hari, setiap aktivitasnya mengingatkan kepada orang tua dan anak-anaknya di kampung. Ia juga mempunyai anak dan orang tua kandung. Selalu ada rasa bersalah yang menyeruak. Ia menyesal karena bukan sosok ibu yang baik untuk keluarga yang ia tinggalkan.

“Anak orang lain dapat kuurus dan kurawat setiap hari, tapi bagaimana dengan anak-anakku. Aku telah kehilangan momen bersama mereka,” lirih Dira pada diri sendiri.

Dibalik setiap perenungan malam, ada sesal, rasa sakit hati dan airmata rindu.

Namun, Dira menjalani semuanya dengan tabah. Ia tahu kalau semua yang ia lakukan untuk menyokong masa depan anak-anaknya. Dira juga selalu berharap, agar suatu saat nanti ketika ia pulang, anak-anaknya sudah memaafkan dan menerima Dira. Perkataan ibunya selalu ia pegang yaitu setelah Isvira, Lexi dan Wilson bertambah usianya, mereka akan memahami alasan kepergian Dira.

Pandangan yang selalu berhasil menenangkan Dira dan menjadi penyemangat baginya. Pikiran yang bisa membantunya terlelap untuk melewati malam kelam. Rasa sepi dan kosong yang hanya terlupakan jika ia sibuk bekerja. Sayangnya, Dira bukan Tuhan yang bisa menentukan masa depan dari anak-anaknya. Semuanya tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel