Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 18 Rencana Arjuna

Bab 18 Rencana Arjuna

Betapa dalamnya lamunan Dira sehingga dering ponselnya berulang kali berbunyi, barulah ia sadar. Benda pipih yang ia genggam itu tetap ribut. Dira melihat ke layar ponselnya dan ternyata nama Edward yang muncul. Dira tercengang. Ia merasa tidak sedang menanti kabar dari pria itu. Ia belum merasa penting untuk berbicara dengannya juga. Tidak akan menjadi masalah kalau dia mengabaikan telepon dari Edward.

“Biarkan saja ponselku berdering. Aku hanya butuh mengecilkan suaranya agar tidak terlalu memekakkan telinga. Biarlah Edward berpikir kalau aku sekarang sedang sibuk,” lirih Dira pada dirinya sendiri. Dira masih belum paham apa yang diinginkan oleh Edward. Pengalamannya ditinggalkan oleh tiga orang pria dengan cara yang berbeda membuat ia tidak begitu tertarik untuk mengenal pria lain. Cukup sudah jejak yang ditinggalkan oleh setiap pria yang pernah singgah di hatinya. Saat ini, Dira hanya ingin fokus pada kerjanya dan tidak ingin dibebani dengan pikiran lain. Janda dari tiga anak itu tidak membenci pria tetapi ia tidak mau mengalami sakit hati untuk kesekian kalinya.

Dira menarik napasnya lega karena ponselnya sudah tidak berdering lagi. Ia serba salah. Ia tidak mungkin marah pada Edward jika pria itu bersikap menyebalkan. Edward bisa jadi ada hubungan keluarga dengan majikannya. Dira masih membutuhkan pekerjaan. Meski ia sebal, tetap saja ia harus bersikap hormat pada semua teman dan tamu dari majikannya. Setidaknya ia tahu kalau majikannya cukup adil dalam memperlakukan orang lain. Ia tidak pernah mencoba menggoda pria mana pun yang pernah bertandang. Jadi, ia tidak perlu khawatir akan dicurigai oleh majikannya jika sampai akhirnya mereka tahu juga, kalau Edward berusaha menghubunginya pada waktu tertentu.

Selang beberapa saat kemudian, ponselnya bergetar tanda ada pesan masuk. ‘Ia ternyata belum menyerah juga,’ batin Dira saat membaca apa yang tampak di layar ponselnya. Tak salah lagi, Edward yang mengirimkan pesan. Tidak puas karena Dira tidak menjawab panggilannya maka pria itu tanpa tanggung mengirim lebih dari dua pesan sekaligus. Dira tidak mengerti dengan kegigihan dari pria itu. Apalagi, tulisannya dalam bahasa Inggris. Mau tidak mau Dira harus menghidupkan kamus elektroniknya untuk memahami apa maksud dari Edward.

“What are you doing?” Kalimat pertama.

“I miss hearing your voice, that’s why I called.” Kalimat kedua.

“Why didn’t you pick the phone?” Pesan ketiga.

“I just want to say good night, then!” Pesan keempat.

Setelah Dira menerjemahkan pesan-pesan itu ternyata Edward menanyakan apa yang Dira lakukan. Lalu, bahwa dia rindu mendengar suaranya Dira makanya dia menelepon. Pria itu menanyakan mengapa panggilannya tidak dijawab. Akhirnya, Edward mengucapkan selamat tidur. Dira merasa bahwa dia sudah tidak bersikap sopan pada Edward. Ia hanyalah seorang asisten rumah tangga dari kampung namun telah menarik perhatian dari seorang Edward. Ia tak pantas jual mahal kalau mau dipikir dengan matang.

‘Aku akan berusaha untuk menunjukkan rasa hormatku pada Edward tanpa terkesan sebagai wanita murahan,’ pikir Dira dalam hatinya. Dira akhirnya membalas dengan ucapan yang singkat yaitu “Terima kasih.”

Sedangkan keadaan di rumah keluarga Dira di kampung mulai agak berubah. Sejak perkenalan kakeknya Isvira dan Arjuna, anggota rumah tangga mulai tergantung dengan kehadiran pemuda itu. Mereka juga mulai mendengarkan apa yang dikatakan oleh Arjuna. Layaknya sore menjelang malam ini. Semua mereka sedang duduk santai di ruang televisi. Arjuna meminta ijin pada wali Vira agar ia bisa mengajak cucu sulung mereka itu ke rumahnya.

“Kakek, papa saya berulang tahun hari ini. Apakah saya bisa mengajak Vira ke rumah. Kebetulan ada sedikit acara. Banyak juga keluarga dan tetangga yang hadir. Vira tidak akan sendirian.”

Kakeknya mendengus sesaat. Ia sudah berjanji dalam hatinya untuk tidak melepaskan Isvira pergi sendirian dengan Arjuna. Ia tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada cucunya. Ia menatap cucunya yang kebetulan sedang duduk tidak jauh dari mereka. Ekspresi Isvira terlihat senang mendengar ucapan Arjuna.

“Vira, apa kamu mau ikut dengan Kakak? Kamu akan punya banyak teman baru,” bujuk Arjuna.

“Terserah Kakek dan Nenek saja. Isvira sudah tidak ada tugas sekolah lagi,” sahut Vira melihat pada orang tua dari ibunya itu.

Nenek menengok kea rah jam dinding sebelum berkata, “Jangan terlalu malam pulangnya. Sebelum jam sembilan Vira sudah harus ada di sini.”

“Siap, Nenek.” Tanpa menunggu wanita tua itu berubah pikiran, Arjuna langsung menyambar perkataannya.

“Kamu boleh pergi tapi harus bersama adikmu Lexi. Jadi, kalau para tamu sudah pada pulang maka kamu punya teman dan tidak bosan,” jawab kakek Isvira dengan spontan.

Arjuna sempat ingin protes tetapi ia menahan dirinya. ‘Daripada tidak diijinkan sama sekali, mending ikuti saja permintaan dari kakek tua ini,’ batinnya.

“Asyik. Ayo Lexi, kita ganti pakaian supaya bisa pergi dengan Kak Juna.” Isvira bangkit dari duduknya dan menarik tangan Lexi untuk ikut dengannya. Untunglah Lexi mau menurut sehingga tidak perlu ada drama untuk menjelaskan alasan kepergian mereka di saat ia sedang menonton acara yang seru. Si bungsu tidak terusik dengan rengekan untuk ikut sehingga orang tua Vira agak lega.

Nenek Isvira membantu kedua cucunya untuk berpakaian sopan dan rapi. Mereka akan bertandang ke rumah orang kaya yang sedang berulang tahun sehingga harus tampil prima agar tidak menjadi pergunjingan orang lain. Mereka pun pamit untuk berangkat bersama Arjuna. Di mobil, Arjuna duduk di belakang sedangkan Vira di jok depan.

“Apa kalian senang bisa jalan-jalan seperti ini?” tanya Arjuna di sela-sela suara musik yang mengalun pelan.

“Senang Kak. Sering-sering ya, ajak kita lagi. Bosan juga hanya di rumah setiap saat. Lexi, bagaimana menurut kamu?”

“Kakak nanti punya mainan untuk Lexi di sana?” balas adik Vira dengan topik pembicaraan yang berbeda.

“Banyak. Kakak punya lebih dari satu mainan. Jangan khawatir.”

“Apa rumah Kak Juna masih jauh?” tanya Vira karena ia sudah tidak sabar lagi untuk melihat pemandangan dan suasana baru.

“Sebentar lagi kita sampai,” sahut Arjuna.

“Kakak, Lexi sudah lapar. Kita akan makan di mana?”

“Nanti kita makan di rumah kakak. Kalau sudah sampai nanti, kalian harus selamati papa dari Kak Juna. Hari ini dia berulang tahun.”

“Siap!” seru keduanya hampir bersamaan.

Dalam hatinya Arjuna gembira karena ia sudah punya cara untuk nantinya mengalihkan perhatian pria kecil sedang yang sedang duduk di jok belakang ini. Ia sudah tidak sabar lagi untuk berdua saja dengan Isvira.

Mulai dari hari ini, ia akan mendekati Lexi untuk bisa diajak sebagai alat untuk mempermulus rencananya. Isvira sebentar lagi akan ia jadikan miliknya seutuhnya. Walaupun rentang usia di antara dirinya dan Vira sangat jauh tetapi ia sudah tidak ingin berpikir dua kali lagi. Isvira akan ia ajari caranya menjadi pasangan yang bisa memenuhi kebutuhannya kelak.

Kalau Arjuna sedang berkhayal akan kesempurnaan rencananya, maka Vira yang baru berusia tiga belas tahun itu tidak tahu apa pun. Ia tidak menyangka sama sekali kalau Arjuna sudah punya sejuta rencana dalam kepalanya untuk bisa dekat dengan dirinya.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel