Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13 Siasat Kakek

Bab 13 Siasat Kakek

Dira yang berjerih lelah di Singapura tetap melakukan kewajibannya untuk mengirimkan uang demi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya di kampung. Namun, tanpa sepengetahuan Dira, uang bulanan yang ia kirimkan belakangan ini, sering cepat habis karena diambil ayahnya untuk bersenang-senang yakni judi kartu. Awalnya tidak ada yang tahu kalau yang mengambil uang adalah kakek, tapi lama kelamaan semua perbuatan ayah Dira diketahui oleh istrinya.

Sesuai dengan jadwal bulanan, sudah saatnya untuk mengecek kiriman dari Dira. Seperti biasa Dira akan menelepon dan memberitahukan kalau uang sudah dikirim. Kabar itu nenek simpan rapat-rapat dan tidak dibicarakan dengan seisi rumah. Ia sengaja melakukannya agar suaminya tidak tahu kalau uang dari Dira sudah tiba. Ibunya Dira tidak mau uang itu diambil lagi oleh suaminya untuk kebutuhan yang tidak penting.

Saat siang hari, nenek Vira meninggalkan rumah. Isvira masih di sekolah dan kedua adik Isvira yang sudah pulang terlebih dahulu, Lexi dan Wilson sedang tidur. Wanita renta itu menyelinap keluar dari rumah tanpa pamit pada siapa pun. Namun suaminya ternyata melihat gelagat istrinya yang berniat pergi diam-diam.

Kakeknya Vira berjalan pelan menguntit istrinya yang sudah sekitar lima puluh meter di depannya. Setelah beberapa menit membuntuti, ternyata ia melihat istrinya masuk ke bilik kecil di mana ATM berada. Kebetulan, ada mesin ATM yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah mereka sehingga bisa dijangkau dengan berjalan kaki. ‘Ternyata mama ke ATM untuk ambil uang. Rupanya Dira sudah mengirimkan jatah bulanan. Heran, kenapa mama tidak bilang? Biasanya kalau Dira sudah mengirim uang, mama akan memberitahu papa. Tapi bukan masalah. Sebaiknya aku pulang lebih dahulu,’ batin ayah Dira sambil tersenyum usil. Ia sudah punya rencana dalam benaknya.

Tanpa menunggu lama, pria renta itu segera berbalik, bergegas agar tiba di rumah terlebih dahulu. Setibanya di sana, tidak satu kata pun dia lontarkan untuk istrinya. Dia tidak mau istrinya mencurigainya. Istrinya tidak boleh tahu kalau tadi ia dibuntuti. Kakeknya Vira pura-pura menonton televisi padahal matanya sedang mencuri pandang pada gerak gerik istrinya. Neneknya Vira masuk ke dalam kamar sebentar lalu keluar kembali. “Saya ke toko di depan dulu ya, Pa! Lupa beli sabun cuci piring,” teriak neneknya Vira tanpa menghampiri suaminya. Ia langsung menuju pintu keluar.

‘Mama sudah pergi lagi. Ini kesempatan bagus untuk memeriksa dompetnya,’ batin kakeknya Vira. Laki-laki itu masuk ke dalam kamar dan mulai membongkar lemari pakaian untuk mencari tas tempat istrinya menyimpan uang. Ia ingin mengambil sebagian uang yang baru saja istrinya tarik dari mesin ATM. Sialnya, perkiraan pria itu salah karena ia tidak menemukan apa pun.

Selang beberapa menit kemudian, ibunya Dira kembali ke rumah. Untung saja suaminya sudah berhenti membongkar lemari mereka jadi tidak ketahuan. “Mama dari mana saja, dari tadi papa panggil tapi tidak ada satu jawaban juga,” tanya ayah Dira dengan berpura-pura memasang tampang kesal. “Tumben Papa cari mama. Lagi pula tadi mama sudah pamit ke toko,” jawab ibunya Dira.

Tapi ayahnya Dira tetap berusaha untuk terlihat wajar dengan tetap akting, seakan-akan ia tidak mengetahui apapun dengan harapan ia bisa merayu istrinya untuk memberikannya uang. “Ma, boleh papa minta jatah uang bulanan?” pinta ayah Dira. “Untuk apa Pa? Kebutuhan cucu-cucu belum sempat dipenuhi,” balas istrinya. Ayah Dira tetap berusaha merayu istrinya. Pria itu merengek dengan mengikuti ke mana pun istrinya melangkah layaknya seperti anak kecil.

Sebaliknya, istrinya juga tetap kukuh menolak dengan menanyakan maksud suaminya meminta uang. Tetapi suaminya tidak memberitahukan alasan sebenarnya. ‘Tidak mungkin saya bicara jujur kalau uangnya untuk berjudi kartu. Mama pasti akan marah. Dia pasti tidak akan memberi uang lagi,’ pikir ayahnya Dira. Pria itu gigih sampai istrinya kesal karena mendengar rengekan lelaki yang sudah lebih berumur darinya. Akhirnya, neneknya Vira memberikan sedikit uang yang ia pegang.

Kakeknya Vira segera keluar dari kamar dengan melihat dua lembar uang ratusan di genggamannya. “Setelah dipikir-pikir, uang sebanyak ini pasti tidak cukup untuk digunakan berjudi,” batin ayahnya Dira. Ia berhenti melangkah lalu merenung sejenak. Kalau ia perhatikan, istrinya setiap bulan harus pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan mereka termasuk keperluan ketiga orang cucunya. Istrinya pasti lelah. Ia berbalik masuk ke dalam kamar. Ayah Dira melihat ada kesempatan baginya untuk mendapatkan lebih banyak uang lagi. Ia berniat membujuk istrinya agar dia yang mengelola uang belanja rumah tangga mereka.

“Mama, bagaimana kalau untuk pembelian kebutuhan rumah tangga, papa saja yang atur. Kasihan juga melihat mama capek mengurus anak-anak lalu harus ke pasar lagi. Papa tidak mau sampai mama kelelahan dan sakit,” usul ayahnya Dira. Mendengar tawaran suaminya, tanpa pikir panjang ia langsung setuju. Wanita itu langsung mengambil seperlima dari jumlah uang kiriman putri mereka dan menyerahkan pada suaminya. Ia berharap penuh bahwa suaminya bisa mengelola semua kebutuhan mereka dengan baik. “Aku minta daftar kebutuhannya agar tidak akan ada yang terlupakan,” kata kakeknya Vira.

Sementara itu, hubungan antara Vira dan Arjuna semakin dekat. Apalagi sekarang Arjuna yang mengantar dan menjemput Vira dan Lexi ke sekolah. Untuk memperlancar hubungan di antara mereka, Arjuna membelikan ponsel baru dengan teknologi video call untuk Vira. Isvira tentunya sangat senang. Walaupun Vira tidak tahu maksud terselubung dari pria itu, Isvira selalu dimanjakan. Ponsel baru yang diberikan oleh Arjuna, menjadi alat penghubung setiap malam antara gadis itu dan Arjuna.

Setelah Isvira memiliki ponsel, Arjuna mulai jarang datang. Setidaknya tiga kali dalam seminggu Arjuna bertandang. Vira tidak hanya menggunakan gawai barunya untuk berbicara dengan Arjuna tetapi juga untuk kebutuhan belajar jika membutuhkan materi dari internet. Setiap malam, Arjuna melakukan panggilan video untuk melihat wajah Vira, sebelum mereka akhirnya tertidur di kamar masing-masing.

Pada suatu malam, saat Isvira sedang duduk santai di teras rumah mereka sendirian, kakeknya minta waktu berbincang serius dengan cucu sulungnya itu. Kakek meminta Isvira untuk merayu Arjuna. Kakek mengajar Vira untuk bisa mendapatkan keuntungan dari pria yang hendak dijodohkan dengannya itu. Kakek memberikan daftar kebutuhan bulanan yang mereka perlukan. Vira dibujuk agar mau meminta Arjuna mengganti pemberian lauk untuk keluarga mereka, dengan memberikan barang sesuai dengan daftar yang ada.

Vira menerima kertas yang disodorkan oleh kakeknya. Ia membaca tulisan yang tertera. Ada beras, minyak tanah, sayuran dan lain sebagainya. Kakeknya berbicara dengan Vira dengan intonasi suara yang pelan agar pembicaraan mereka tidak didengar oleh siapa pun terutama neneknya Vira. Awalnya Isvira menolak permintaan kakeknya. Namun, kakeknya Isvira berjanji kalau Vira bisa membujuk Arjuna maka Vira boleh lebih sering bepergian bersama Arjuna.

Mendengar perkataan kakeknya, Isvira merasa sangat gembira. Ia langsung pamit ke kamar supaya bisa berbicara pada Arjuna. Kakek Isvira meminta Vira untuk merahasiakan percakapan mereka dari neneknya. Seperti dugaan kakeknya Vira, pemuda yang sudah jatuh cinta pada cucunya itu hanya memenuhi apa pun permintaan Isvira. Setelah tahu akan lebih banyak waktu yang bisa ia habiskan bersama Vira, pemuda itu langsung meminta Vira mengirimkan foto dari daftar yang gadis itu tunjukkan saat mereka melakukan panggilan video.

Keesokan harinya, Vira menyampaikan keberhasilannya berbicara dengan Arjuna. Hati pria tua itu berbunga-bunga karena merasa senang dan bangga dengan kecerdasan dirinya. Sesungguhnya, ia telah menipu istrinya. Ia merasa bahwa ia orang paling hebat yang bisa mengatur segala cara untuk memenuhi semua keinginannya. Karena sekarang Arjuna yang akan mulai memberi stok kebutuhan rumah tangga mereka, maka uang yang diberikan istrinya untuk mengelola kebutuhan rumah tangga mereka, bisa ia gunakan untuk berjudi.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel