Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Perjanjian Terselubung

Bab 10 Perjanjian Terselubung

Sebagai manusia biasa, harusnya akan selalu ada tanda tanya terhadap kebaikan seseorang yang baru dikenal. Apalagi kalau orang tersebut sangat baik pada kita, melebihi batasan kemurahan hati seorang teman atau kenalan sesaat. Namun, tidak demikian pemikiran dalam keluarga Dira. Tidak ada secuil pun timbul kecurigaan terhadap Arjuna, pria bujang teman ayahnya Dira.

Pada suatu pagi, hari masih pagi sekali dan pria itu sudah muncul lagi di rumah mereka. Kalau pria itu datang, Isvira tidak sibuk lagi untuk menyajikan minuman karena ia sudah biasa datang. Mereka menganggapnya seperti saudara sendiri. Bahkan neneknya Isvira sudah menganggapnya sebagai salah satu anggota keluarga mereka.

Arjuna bercerita dengan kakeknya Isvira di teras rumah mereka. Nenek Isvira sedang sibuk mengurus kedua cucunya yakni Lexi dan Wilson yang hendak sarapan nasi kuning bawaan dari Arjuna. Sedangkan Isvira dengan kesibukannya sendiri dari menyiram tanaman, menyapu halaman, dan menyiapkan dirinya untuk ke sekolah.

Beberapa menit kemudian Isvira sudah siap untuk ke sekolah. Gadis itu sangat pandai untuk mendandani dirinya. Ia selalu tampil beda dengan teman-temannya. Penampilannya seperti anak remaja. Bukan riasan menor tetapi caranya berpakaian secara tidak langsung menunjukkan aura kedewasaannya. Seperti kebiasaannya, sebelum Isvira berangkat ke sekolah ia selalu mencium tangan kakek dan neneknya serta mencium kening kedua adiknya. Hal ini membuat pria yang sementara duduk sambil mencuri pandang padanya semakin kagum, dan hatinya sangat tertarik pada semua tingkah laku Vira. Pria itu menatap Isvira tanpa berkedip. Kakeknya Isvira agak bingung dengan kelakuan Arjuna tetapi ia biarkan saja. Sementara, sejak langkah pertama Isvira keluar dari rumah, mata Arjuna terus mengikuti Isvira sampai gadis kecil itu menghilang dari pandangan matanya.

‘Aku harus memilikinya. Aku tidak mau ia menjadi milik orang lain. Hanya dengan melihatnya saja, jantungku sudah berdebar tak karuan seperti ini. Aku harus memberitahukan hal ini pada kakeknya sebelum ia membiarkan orang lain mempengaruhinya. Aku akan membayar mahal untuk Isvira jika perlu,’ pikir pria itu. Perasaannya semakin kacau balau memikirkan kalau kakeknya Isvira akan menolak tawarannya.

Sementara itu, kakeknya Isvira yang masih asyik bicara tidak mendapatkan respon satu kata pun dari Arjuna. Pria renta itu bingung sebenarnya, apa yang terjadi dengan Arjuna. Pemuda itu tidak konsentrasi dan kelihatannya seperti orang yang sedang gelisah.

“Sebenarnya, ada apa denganmu? Kamu seperti sedang tidak fokus. Apa kamu sedang memikirkan sesuatu?” tanya kakeknya Vira. Pria itu masih bergeming. Terjadi aksi tolak menolak dalam benak Arjuna. Hatinya mendesak agar ia menyampaikan apa yang ia inginkan pada pria di hadapannya, namun lidahnya belum diperintah oleh otaknya.

“Sebenarnya …”

“Ada apa? Ayo ceritakan! Siapa duga saya bisa bantu kamu. Bukannya kita sudah berteman lama. Istri saya juga sudah menganggap kamu seperti keluarga sendiri. Jadi, jangan malu-malu.”

Mendengar perkataan kakeknya Isvira, dengan perasaannya yang sedikit gugup ia menyampaikan isi hatinya.

“Saya tertarik pada Vira. Kalau boleh, saya ingin mempersuntingnya nanti. Saya sekarang 19 tahun.”

“Kamu gila? Cucuku masih sangat kecil, dia pasti belum bisa berpikir dan mengerti tentang hubungan yang seperti itu,” respon kakeknya Vira ketika mendengar curahan hati temannya.

“Iya, saya paham Isvira masih kecil. Tapi mau bagaimana lagi. Ini memang perasaan saya yang sesungguhnya. Walaupun dari usianya Isvira masih sangat kecil, tapi penampilannya seperti orang dewasa. Saya tidak butuh apakah dia cerdas dalam mengurus rumah tangga atau tidak, yang penting saya butuh istri yang patuh seperti Isvira. Saya yakin, semakin bertambah usia Isvira semakin mengerti,” jawab Arjuna sambil berusaha menjelaskan dan mengambil hati kakek Isvira.

“Jangan kamu ulangi lagi. Kalau sampai istriku tahu kalau kamu aku ajak ke sini untuk bermain mata dengan Vira, ia pasti akan mengusirku keluar dari rumah,” bisik ayah Dira.

“Aku akan membayar berapa pun yang kamu minta. Aku tidak ingin Vira menjadi istri dari pria lain. Ingat, kamu masih punya hutang padaku,” geram Arjuna dengan wajah serius sekaligus mengeluarkan ancaman untuk kakeknya Vira.

Memang benar bahwa ayahnya Dira berutang pada pria itu saat mereka bermain kartu. Modal yang diberikan oleh Arjuna habis di meja judi. Kalau mau diperhitungkan maka sudah mencapai puluhan juta. Tetapi Arjuna tidak pernah mempermasalahkannya karena ia suka berada di sekitar kakek Isvira. Arjuna merasa memiliki kacung ketika berjalan bersama kakeknya Vira.

Kakek Isvira terdiam mendengar perkataan temannya. Ia mati kutu dan tidak bisa membantah. Sekarang, sebenarnya ia bisa memanfaatkan rasa suka Arjuna pada Isvira. Ia bisa melunasi semua hutangnya jika Arjuna bisa membayar berapa pun nilai dari cucu sulungnya. Tetapi, ia butuh waktu. Ia akan memikirkan jalan keluar yang menguntungkan dirinya sekaligus caranya agar tidak mengecewakan pemuda kaya raya di depannya ini.

“Ya sudah, kalau memang mau kamu seperti itu. Aku akan menyampaikan nilai yang aku mau. Untuk sementara, kamu harus bersabar dulu. Kita tunggu agar cucuku Isvira sudah siap dan matang secara usia,” kata kakek Isvira masih berbisik. Ia tidak mau istrinya tahu tentang hal ini.

“Baiklah, saya setuju!” jawab pria itu dengan senang hati sambil bangun dan bersalaman dengan kakek Isvira sebagai bukti perjanjian.

Semenjak saat itu, kedekatan antara Isvira dan Arjuna semakin rapat. Setiap hari pria itu menghabiskan waktu di rumah keluarga Dira. Kecuali kalau ia ada halangan maka ia akan memberi kabar. Namun, hadiah untuk Isvira dan makanan selalu dikirimkan setiap hari. Semuanya Arjuna lakukan demi mendapatkan perhatian dari Isvira.

Karena usianya, Isvira masih tidak mengerti maksud pria itu. Neneknya Isvira mengamati hal itu dan menganggap pria itu hanya ingin memanjakan Isvira seperti adiknya. Arjuna mengajak Isvira untuk bermain bersama, menggendong Isvira dan bahkan ketika mereka duduk bersama, pria itu tidak membiarkan Isvira duduk di kursi. Arjuna selalu menarik Isvira dan memangkunya. Arjuna berusaha keras menahan hasratnya untuk tidak membelai Vira di depan keluarganya. Ia menanti dengan sabar, saat di mana Vira mau diajak untuk keluar berdua saja. Semuanya sudah Arjuna pikirkan dan rancang dengan matang. Isvira harus menjadi miliknya.

Ayah Dira yang sudah mengetahui niat dari Arjuna hanya bisa menahan diri ketika melihat pria itu begitu memanjakan Isvira cucunya. Dalam beberapa kesempatan, pria tua itu bisa menangkap maksud lain dari tatapan Arjuna. Mereka sama-sama laki-laki sehingga ia hafal betul dengan gelagat pria itu. Makanya, ia masih tidak memberikan ijin pada Vira untuk keluar berdua saja dengan Vira. Ia sendiri sudah memikirkan nilai yang harus Arjuna berikan padanya. Tapi ia masih tunggu waktu yang tepat untuk berbicara lagi dengan Arjuna tentang perjanjian mereka.

Semua yang kakeknya Isvira lakukan, tidak ia beritahukan pada istrinya. Ia berusaha menyembunyikan rahasia ini dari istri dan cucu-cucunya terutama Isvira. Ia yakin kalau saatnya Vira menikah dengan Arjuna, kekuatan dari rahasia itu sudah tidak ada lagi. Hanya dirinya atau Arjuna yang akan bisa mengungkap apa yang mereka rencanakan. Dan mereka sudah saling berjanji untuk tidak melakukan hal bodoh itu. Tetapi, persoalan dengan Dira mama Isvira tidak akan semudah itu. Pada waktu yang tepat, semua kebusukan pasti akan terungkap juga.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel