Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 - Case

London

Riana manarik kopernya berjalan keluar dari bandara, sebuah mobil datang berhenti tepat di hadapannya. Riana membuka kacamata hitamnya melihat sahabatnya membukakan pintu mobil untuknya.

"Come on girls," ajak Sasa padanya.

Riana membuka bagasi mobil belakang untuk menyimpan barangnya, lalu beralih duduk bersama Sasa yang mengemudi menuntun kemana ia akan membawanya.

"Aku sengaja datang lebih dulu kemari, untuk membeli apartemen dan juga beberapa barang untukmu," kata Sasa sambil melirik Riana yang memejamkan matanya, bukan tertidur tapi ia sepertinya lelah bekerja tanpa istirahat, bagaimana tidak, ia adalah seorang ketua FBI dan tanpa sepengatahuan siapapun ia mengambil profesi dadakan sebagai dokter agar sertifikatnya keluar, entah apa yang dia rencanakan selanjutnya di negara ini.

Jalanan begitu macet, begitu lama mereka di jalan. Riana menyalakan musik begitu nyaring dan menyalakah rokoknya, sambil menghembuskannya. Sasa yang tidak tahan asap rokok itu langsung saja menurunkan kaca mobil di samping Riaa, di waktu yang bersamaan mobil Pavlo berhenti tepat di samping mobil Riana, ia juga menurunkan kaca mobil sambil meminum beberapa kaleng wine-nya.

Riana memalingkan wajahnya sedikit tanpa melihat ada sosok pria di sampingnya. Riana tidak sengaja menghembuskan asap rokoknya sampai mengenai wajah Pavlo.

Pavlo begitu emosi ingin menarik rambut wanita itu sampai lehernya patah dan kepalanya keluar dari jendela mobil, namun saat ia menggerakkan tangannya tiba-tiba saja wanita itu memalingkan wajahnya menatapnya dingin dan menusuk, Pavlo mengurungkan niatnya untuk mencelakainya ia menutup kaca mobilnya kembali, sambil menatap wanita itu dari kaca mobil tembus pandangnya.

Revano yang berada di sampingnya bertanya, "Ada apa Pav?"

Pavlo hanya diam saja, menatap lurus kembali kedepan.

Revano menatap wanita yang sangat cantik duduk bersandar santai menghembuskan asap rokoknya di langit-langit mobil, yang mana suara musik mobilnya sampai terdengar oleh mobil lain yang berada di area mereka. Revano melihat Pavlo lagi, yang mana wajahnya tetap kedepan namun matanya sesekali diam-diam melirik wanita itu lagi, entah apakah itu dendam atau apa?

~~~

"Tara... Ini rumah kita." Sasa memberi kejutan, menarik tangan Riana menyusuri isi dalam apartemen bagaikan anak manja ala-ala tuan putri istana.

Riana syok melihat isi kamar tidurnya serba warna pink. "Apaan nih..." Riana pusing melihatnya. Bisa-bisanya dia yang di kenal sebagai gadis erogan dan kasar mempunyai kamar seperti anak kecil.

"Tuan Putri, tolong hargai sahabatmu ini." Tawa Sasa nyaring meledeknya.

Riana menghempaskan bokongnya di kursi sofa dan membuka kopernya, bukan baju yang tertata rapi disana, melainkan senjata berupa pistol dan beberapa perangkat lainnya, seperti HT laptop dan juga HP jadul. Riana membongkar pistolnya merakit memasukkan beberapa peluru disana, saat pistol itu berbunyi ...

Pletek!

"Oke, oke, aku keluar, hehehe..." Sasa takut dia beralasan, dia menutup pintu.

Riana membuka laptopnya ia sedang melakukan telpon Vidio dengan Ayahnya yang sedang melakukan rapat antara sesama komisaris FBI. Riana terus merakit senjatanya saat Ayahnya menanyakan hal yang tidak penting baginya. Seperti kapan dia tiba? Apakah tempat tinggalnya nyaman? Namun semua itu tidak dijawab Riana.

Riana mengarahkan pistolnya ke arah leptopnya seperti ingin menembak Ayahnya yang banyak bicara, namun Simsom sendiri hanya tertawa terbahak-bahak dibuatnya.

"Oke, oke, jika kau sudah sampai dengan selamat, aku hanya menunggu tugasmu saja. Jangan lupa hubungi Ibumu juga, dia terus menanyakan dirimu, dia tidak mau nasibmu sama seperti Danya," ungkap Simsom.

Riana mematikan telpon Ayahnya yang selalu saja mengganggunya. Bagaimana tidak, Riana adalah anak kebanggaan Simsom. Simsom sudah lama bercerai dengan istrinya sejak Riana berusia 15 tahun. Dan Istrinya bernama Puspa memilih menikahi tim gabungan Kopasus anak buah Simsom sendiri. Walau Simsom tahu akan hal itu, dia tidak permasalahkan Puspa meminta cerai darinya, baginya Puspa mungkin merasa kesepian semenjak Simsom selalu keluar negara untuk menjadi penyelidik detektif antar negara. Riana yang dulunya adalah anak yang ceria, kini berubah total karna dia menjadi anak broken home semenjak orang tuanya berpisah dan memilih menikah lagi.

Riana Juga mempunyai kakak tiri dari anak dari Ayah tirinya bernama Lukky Smith, Smith adalah nama keluarga dari ibu kandung Lukky, meski Riana memiliki keluarga tiri, dia tetap bahagia akan semua itu, karna baginya memiliki banyak keluarga itu lebih baik, dari pada keluarga sedikit.

Riana yang bercita-cita menjadi dokter sejak lama harus ia urungkan niatnya, sebab Ayahnya terus memaksanya menjadi seperti dirinya, dan kerabatnya yang lain terus menuntut padanya untuk memegang pekerjaan politik di negaranya dalam memimpin seperti Ayahnya dan juga keluarga Ayahnya yang lain.

*

*

*

Empire casino pusat perjudian terbesar di London.

"Kau kalah tuan!" ucap keras pria tua yang menang dalam perjudian, menarik semua cip di hadapan Pavlo. Semua orang yang tengah bermain saling berbisik dan tertawa sambil bermain bersama kawannya, namun tidak berani berbalik badan untuk melihatnya.

Pavlo mendengus kesal menghempaskan kartunya di meja casino, lalu mendorong 3 buah kunci mobilnya beserta sertifikat rumah mewahnya.

Semua pelayan yang mendengar itu, terus menertawakan Pavlo. Ini baru pertama kalinya Pavlo di jadikan lolucon semua orang disana.

Brian yang berada di sampingnya menenangkan Pavlo. "Tenang Pav, ini hanya permainan saja," bisiknya.

Pria tua itu senang mendapatkan hasil taruhannya, ia langsung bergegas pergi dari sana, sebelum ia di rampok, sebab ibu kota metropolitan sudah sering terjadi kasus perampokan dan Criminal.

"Ini bukan masalah permainan." Pavlo menatapnya tajam, lalu melanjutkan bicara, "Tapi harga diriku sudah jatuh. Ini baru pertama kalinya aku kalah taruhan pada akik-akik tua, tidak tahu diri itu."

Pavlo berdiri dari kursinya, tiba-tiba melihat ada kartu lain terjatuh di lantai samping mejanya. "Tunggu!"

Brian, mencocokkan semua kartu di meja. "Sepertinya kau ditipu olehnya Pav, dia bermain curang padamu? Tidak heran dia menyuruhmu serahkan semua barang berhargamu," jelasnya memberitahukan.

Pavlo marah menendang kursi sampai patah, semua orang yang asik bermain di meja casino lain, berbalik melihat kearahnya.

"Cari, dan bunuh dia!" ucap Pavlo pelan, wajahnya sangat merah.

Saat akan memasuki pintu, Riana dan Sasa ditahan oleh penjaga casino. "Maaf Nona, anda tidak boleh masuk." Penjaga itu menatap dari atas hingga bawah pakaian Riana yang sangat tertutup.

Riana membuka jaket bulunya, sampai perut ratanya terlihat jelas. Ia hanya memakai celana pendek hitam dan bra kembem hitam yang membuat penampilan tubuhnya begitu menggoda dan sangat indah di pandang. Penjaga itu mengangkat satu alisnya, sebagai tanda takjub padanya.

Sasa yang membawa koper, membuka kopernya untuk perlihatkan semua uang didalam sana yang tersusun rapi dan sangat banyak dan tidak terhitung berapa jumlah pound sterling uang tersebut, untuk bermain judi empire casino. Sebab orang yang bermain disana hanya para artis dan orang-orang berduit dan juga terpandang di Britania.

"Silahkan masuk Nona-nona manis, nikmati permainanmu, jika ada apa-apa jangan ragu memanggilku," ucap penjaga itu seperti menjilat.

Riana meminggirkan rambut panjangnya yang terurai menghalangi penglihatannya. Saat ia akan mencari tempat duduk untuk bermain. Pelayan perjudian datang menghampirinya untuk menawarkan ia permainan baru bersama sekelompok pemuda yang kurang satu peserta.

"Silahkan duduk disini Nona," persilahkan pelayan itu memberinya tempat duduk istimewa.

Riana menatap satu-persatu pria dihadapannya, yang mana salah satunya ia sangat kenal, dia adalah artis terkenal bernama Alex.

Alex angkat bicara, "Apa taruhannya jika kau sudah kehabisan seluruh uangmu ini Nona?" tanyanya langsung.

Riana tersenyum smirk. "Bagaimana jika aku pertaruhkan tubuhku saja."

Sasa mencubit paha Riana yang usai mendengar tawaran konyolnya. Riana sendiri tidak peduli.

"Kau gila yah," bisik Sasa tidak terima.

Riana tetap tidak menanggapi sahabatnya.

Alex melipat kedua tangannya berpikir sejenak. "Apa kau masih perawan?" tanyanya lagi.

"Tentu," jawabnya langsung sambil meneguk alkoholnya.

Kawan Alex memberi kode mata pada Alex bahwa kesempatan bercinta lebih menarik dari pada sebuah harta dan juga uang, apa lagi mencari gadis perawan di jaman sekarang sangatlah sulit di Britania. Yang masih sekolah dasar saja tidak lagi perawan, namun gadis di hadapan mereka jauh berbeda dari pada gadis lain pada umumnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel