Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 3 Menjelajahi kabut dan Mutant anjing

Melihat ini, Lin Yu hanya mendengus dingin. Tubuhnya seketika berubah menjadi kilatan petir, menghilang tanpa jejak seolah-olah tak pernah ada.

Begitu Lin Yu pergi, seluruh kelas akhirnya bisa menarik napas lega. Bahkan Bai Xue, yang biasanya setenang es, tampak tanpa sadar menghela napas panjang.

Tekanan yang ditinggalkan Lin Yu bagaikan batu berat menghantam dada mereka. Untuk beberapa saat, tak seorang pun berani bergerak, apalagi berbicara.

Kecepatan Lin Yu barusan begitu cepat, bahkan mata pun tak mampu menangkap bayangannya. Andaikan dia benar-benar menyerang mereka tadi, mungkin separuh dari kelas ini sudah menjadi mayat dingin sebelum sempat bereaksi.

Ketika kesunyian akhirnya pecah, suara-suara mulai terdengar, bercampur antara kekaguman, ketakutan, dan kecaman setengah hati.

"Hiss... Zhao Ren sialan telah menendang plat besi dengan memprovokasi Tuan Muda Lin Yu," gumam seorang murid sambil menyeka keringat dingin di dahinya.

"Tak disangka Tuan Muda Lin Yu selama ini bersembunyi... Kita semua mengiranya lemah," desah murid lain, masih gemetar.

"Omong-omong, kekuatan super apa yang dimilikinya? Kecepatannya tidak masuk akal," seru seorang pemuda berwajah pucat.

Di sudut lain, terdengar suara ketidakpuasan bercampur ketakutan.

"Hmph... Walau kecepatannya cukup kuat, aku yakin dengan kekuatan tubuh batuku, Lin Yu tidak akan mampu menembus pertahananku."

Namun suaranya nyaris tenggelam, seperti takut didengar.

"Ssst! Mau mati, hah? Kalau Lin Yu dengar, kau mungkin sudah jadi cacat!" temannya segera menegur, wajahnya seketika memucat.

Bai Xue berdiri diam di tempat, tatapannya dalam seolah sedang merenungkan sesuatu. Tidak ada kata keluar dari bibirnya, hanya sorot matanya yang sedikit berubah — seakan mencatat semua ini dalam hati.

Sementara itu, di sisi lain gedung akademi, Lin Yu muncul di depan kamar mandi.

Tanpa banyak pikir, dia langsung bergegas masuk dan memuntahkan isi perutnya.

Kekuatan Elementalisasi memang luar biasa, namun bukan tanpa harga.

Tubuhnya yang belum terbiasa dengan kecepatan kilat itu kini bergejolak hebat, membuat asam lambungnya naik ke tenggorokan. Lin Yu menggertakkan giginya, memaksa diri menelan rasa mual itu.

Dia tidak sudi terlihat lemah — bahkan di hadapan dirinya sendiri.

Cooldown Elementalisasi adalah lima detik — waktu yang tampak singkat, namun dalam pertarungan hidup dan mati, lima detik bisa menjadi jurang maut.

Setelah Cooldown Elementalisasi, Lin Yu sudah bergegas ke kamar mandi.

Dia tidak mau kehilangan dominasi yang sudah dia tanamkan di benak semua orang.

---

Setelah kondisinya sedikit pulih, Lin Yu sama sekali tidak berniat kembali ke kelas.

Matanya tetap dingin. Kali ini, ia berencana untuk menjelajahi kabut merah misterius yang perlahan menelan dunia ini.

Tanpa ragu, Lin Yu menuruni tangga, menuju ambang lantai lima.

Saat langkahnya menjejak anak tangga terakhir, pandangannya disambut pemandangan koridor yang sudah dipenuhi para siswa yang mengungsi dari lantai bawah.

Wajah-wajah mereka dipenuhi kecemasan dan ketakutan. Ada yang menahan luka, ada pula yang hanya bisa gemetar sambil memeluk diri sendiri.

Bahkan di pakaian mereka, Lin Yu melihat bercak-bercak darah, masih basah, mencemari seragam putih bersih itu dengan aroma besi yang menusuk.

Lin Yu hanya melirik sekilas, tanpa sepatah kata pun keluar dari bibirnya.

Baginya, itu bukan urasan nya sama sekali jadi tak perlu ikut campur.

Langkahnya terus berlanjut, melewati kerumunan tanpa memperlambat kecepatan, hingga tiba di ruang ganti klub olahraga.

Ingatan samar dari tubuh lamanya membisikkan sesuatu — salah satu siswa di klub ini pernah menyembunyikan sebuah pisau militer di dalam loker.

Matanya segera menyapu deretan laci logam berdebu. Tidak butuh waktu lama sebelum dia menemukan loker yang sesuai dalam ingatannya, meski terkunci rapat.

Lin Yu mengerutkan kening tipis. Dengan satu pukulan kuat, engsel laci itu langsung patah, membiarkan pintunya terbuka.

Di dalamnya, tertidur sebuah pisau militer kokoh — bilahnya hitam legam, kilap tajamnya menggoda di bawah cahaya remang.

Tanpa ragu, Lin Yu mengambilnya. Dalam dunia seperti ini, sopan santun tidak ada artinya.

Menggenggam senjata itu di tangan, matanya berkedip tenang, seakan mengukuhkan tekadnya.

Tak ada orang di lantai 5 semua orang mengungsi ke lantai lebih atas karena ketakutan.

Jadi Lin Yu melihat koridor kosong dengan tangga yang menuju ke bawah yang di lapisi oleh kabut merah.

Melihat pemandangan itu, Lin Yu sempat ragu. Ia menarik napas panjang, mengumpulkan tekad, lalu melangkahkan kaki ke dalam kabut merah.

Seketika Lin Yu merasakan hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang nya.

Seketika, hawa dingin yang menusuk hingga ke tulangnya mengalir.

Namun, Lin Yu yang sudah membuat keputusan, sama sekali tak ragu. Ia melanjutkan langkahnya menuruni tangga, hingga sosoknya tenggelam dalam kabut.

Saat masuk, Lin Yu merasakan pandangannya sama sekali tak terhalang.

Melihat ke atas, ia mendapati kabut merah ini lebih mirip awan yang menghalangi sinar matahari.

Namun karena nya, suasana di sini jauh lebih gelap, mencengkam, dan terasa mengerikan.

Saat terus menuruni tangga Lin Yu mengerutkan alis nya melihat bercak darah berserakan dan bekas cakaran di dinding beton.

Tanpa sadar wajah Lin Yu menjadi sangat serius dan fokus memandang sekeliling nya dengan tajam.

Tanpa berkata sepatah kata pun Lin Yu berjalan perlahan menjelajahi koridor lantai 4 yang gelap.

Suasana di sini mencengkam dan kacau dengan bekas cakaran, darah, dan potongan pakaian yang robek.

Saat menjelajahi sebentar Lin Yu mendengar suara samar-samar dan mendengkur suatu makhluk.

Bukan nya menghindari nya Lin Yu malah berjalan menghampiri sumber suara itu.

Suara samar itu semakin jelas saat Lin Yu semakin mendekat.

Ia mendengar itu seperti suara seperti sobekan daging dan dan geraman binatang buas.

Sesampai nya ke sumber suara ternyata adalah ruang kelas yang kosong dengan pintu terbuka.

Tanpa suara, Lin Yu melangkah maju, lebih berhati-hati.

Saat ia mendekati sudut ruang kelas yang gelap, terdengar suara samar-samar—terdengar seperti sobekan daging dan geraman yang datang dari dalam ruangan.

Langkahnya melambat, namun ia tetap maju. Ketegangan terasa semakin tinggi seiring dengan setiap detik yang berlalu.

Begitu sampai di depan pintu kelas yang terbuka, Lin Yu berhenti sejenak. Ia mengamati apa yang ada di dalam.

Sebuah sosok besar, tampak dari dalam kegelapan.

Tubuhnya menyerupai anjing besar dengan otot yang kekar, tubuhnya diselimuti bulu kasar yang berkilauan dalam cahaya remang.

Mata merahnya menyala, mencuat dari kabut dengan tatapan liar.

Sosok itu sedang mencabik-cabik mayat yang tergeletak di depannya. Darah mengalir deras, menambah suasana mencekam.

Lin Yu melihat sesosok mayat yang sama sekali tak bisa dikenali.

Kalau bukan sobekan pakaian tersebar Lin Yu tak mengenali nya sebagai manusia.

Melihat ini, wajah Lin Yu berubah menjadi serius dan muram dan dengan niat membunuh di mata nya.

Tak perlu memikirkan nya Lin Yu tahu aksi brutal ini di lakukan oleh anjing mutant aneh ini.

Namun aneh nya Lin Yu sama sekali tak takut bahkan ia memiliki sedikit niat membunuh anjing ini.

Kemungkinan karena Lin Yu sebagai Penjelajah waktu memiliki jiwa yang lebih kuat dari orang biasa.

Suasana semakin intens. Ketika makhluk itu mendengar langkah Lin Yu, ia menghentikan aksinya sejenak, mengangkat kepalanya, dan menatap dengan mata merah menyala.

Ia memiliki wajah mengerikan menyergai ganas dengan air liur yang tumpah di mulut nya.

Anjing itu menatap Lin Yu dengan mata seperti seorang pemburu melihat mangsa nya.

Melihat tatapan anjing itu Lin Yu mendegus dingin dengan niat membunuh bergumam pelan.

"Langkah yang tidak bijaksana, Kau akan menjadi sasaran pertamaku"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel