Chapter 2 Kekuatan super dan Provokasi
Saat menerima hadiah sistem itu, Lin Yu entah mengapa merasa ada yang tidak beres.
Perasaan aneh menggeliat di hatinya, seakan ada sesuatu yang salah sejak awal. Baru saja ia menerima kenyataan sebagai generasi kedua kaya.
Baru saja ia membayangkan hidup mewah dan gemerlap.
Namun dunia bergerak cepat, menghancurkan semua harapannya tanpa belas kasihan. Lin Yu mendengus dalam hati.
Nasib buruk ini benar-benar keterlaluan.
Tapi dia bukan tipe orang yang suka tenggelam dalam penyesalan.
Ia dengan cepat membuang pikiran sia-sia itu dan memusatkan pikirannya untuk bertahan.
Tiba-tiba, suara ribut memecah keheningan kelas. Lin Yu menoleh.
Seorang mahasiswa di tengah ruangan berteriak histeris, wajahnya mengerut kesakitan.
"Aaakh! Tanganku! Panas! Panas sekali!" Napasnya terengah, keringat membasahi dahinya.
Di hadapan semua orang, tangan kanan mahasiswa itu menggeliat aneh. Tulang-tulangnya berderak—lalu perlahan berubah menjadi sebilah pisau logam, dingin dan berkilau di bawah cahaya lampu.
"Dia... dia tangan nya berubah!" Seseorang di dekat pintu berteriak, suaranya gemetar. Kelas meledak dalam kekacauan.
Ada yang berteriak dan berlari ke sudut ruangan. Ada yang terpaku, matanya bersinar penuh rasa iri dan tak percaya.
Namun itu baru awal. Beberapa mahasiswa lain mulai menunjukkan perubahan serupa. Ada yang melayang beberapa meter di udara, berteriak panik. Ada yang memanggil lidah api dari telapak tangan.
Ada pula yang tubuhnya membengkak, taring mencuat, dan telinganya meruncing seperti binatang liar.
"Apa-apaan ini?! Dunia sudah gila!" Seseorang di barisan belakang berteriak putus asa.
"Sialan! Kenapa bukan aku yang membangkitkannya?!" Teriak lain dengan wajah merah padam, dipenuhi iri dan cemburu.
Perkataan itu segera menyadarkan semua orang — hanya sebagian kecil dari mereka yang membangkitkan kekuatan.
Dari lima puluh orang, hanya tujuh belas yang berubah. Sisanya? Hanya manusia biasa, rapuh dan tak berdaya.
Kekacauan semakin memuncak.
Teriakan, makian, dan isakan bercampur menjadi satu. Lalu, perlahan, hawa dingin mulai merayap ke seluruh ruangan.
Awalnya samar. Kemudian makin menggigit, menusuk tulang.
Napas orang-orang mulai mengembun di udara. Semua refleks menoleh ke sudut kelas.
Di sana berdiri seorang gadis — Bai Xue. Rambut panjangnya putih bersih, jatuh hingga pinggang, berkilau dingin.
Wajahnya pucat bagai salju, sorot matanya tenang dan tajam, seakan bisa menembus jiwa. Tidak ada ketakutan di matanya.
Tidak ada kepanikan. Hanya kedinginan yang menusuk. Dengan gerakan ringan, Bai Xue mengangkat tangan dan menyentuh meja di depannya.
"Crack—" Suara retakan menggema.
Dalam sekejap, meja itu membeku sepenuhnya, dilapisi es putih kebiruan. Kelas terdiam membeku.
Semua mata menatap Bai Xue — penuh ketakutan, kekaguman, dan sedikit rasa gentar.
Melihat pemandangan itu, Lin Yu tetap diam di tempatnya, tidak mengatakan sepatah kata pun.
Namun jauh di dalam hatinya, [Danger Sense] miliknya bergetar samar, memperingatkan adanya bahaya tersembunyi dari sosok Bai Xue.
Di sisi lain, seorang pemuda dengan rambut acak-acakan dan wajah kusam menatap Lin Yu penuh rasa benci.
Penampilannya kacau, seolah sudah berhari-hari tak menyentuh air.
Pria itu bernama Zhao Ren — salah satu dari mereka yang membangkitkan kekuatan api.
Saat ini, Zhao Ren menatap Lin Yu dengan sorot mata penuh rasa jijik, seakan tidak terima melihat Lin Yu berani menatap Bai Xue.
Bagi Zhao Ren, Bai Xue adalah dewi yang selama ini hanya bisa ia kagumi dari kejauhan.
Sedangkan Lin Yu?
Hanya seorang generasi kedua kaya yang sombong, hidup dari harta orang tua, tanpa usaha, tanpa nilai.
Kebencian dan rasa rendah diri yang terpendam di hatinya perlahan berubah menjadi bara cemburu.
Pada saat yang sama, ambisi dan cinta buta yang selama ini ia pendam juga mulai muncul ke permukaan.
Dengan napas bergetar, Zhao Ren memberanikan diri menoleh ke arah Bai Xue — yang kebetulan juga sedang melirik ke arahnya.
Mengira ini sebuah isyarat, Zhao Ren buru-buru memasang senyum yang menurutnya menawan.
Namun di mata Bai Xue, senyuman itu justru terlihat aneh, kaku, dan membuat bulu kuduknya merinding.
Alih-alih tampan, ekspresi Zhao Ren lebih mirip seseorang yang baru saja menahan tangis, membuatnya terlihat lebih menyedihkan daripada mengesankan.
Melihat ekspresi jijik dari dewi yang dikaguminya, Zhao Ren merasa seolah jantungnya diremas.
Rasa sakit yang dalam menghantam hatinya, membuatnya hampir ingin muntah darah di tempat.
Namun, bukan Bai Xue yang ia salahkan.
Sebaliknya, tatapannya segera beralih ke Lin Yu, dipenuhi ejekan dan amarah.
"Hahahaha, sebagai Tuan Muda keluarga Lin, bukankah seharusnya kau juga memiliki kekuatan super, Lin Yu?" serunya, suaranya penuh provokasi.
Keributan itu segera menarik perhatian semua orang.
Satu per satu, mahasiswa yang tadinya ketakutan kini melirik ke arah mereka, seolah menantikan pertunjukan.
Bahkan Bai Xue yang tenang itu pun menoleh, matanya sedikit mengerut.
Bisikan-bisikan lirih mulai terdengar.
"Eh, bukannya dia Lin Yu? Yang anak orang kaya itu?"
"Iya, katanya keluarga mereka penguasa distrik sini..."
"Kalau dia nggak punya kekuatan... berarti dia cuma sampah biasa, kan?"
"Lucu juga kalau orang seperti itu jatuh dari langit..."
Di tengah tatapan yang ramai, Zhao Ren mengangkat sudut bibirnya, memandang Lin Yu dengan penuh rasa puas.
Ia merasa langkahnya benar. Ini saatnya mengangkat prestige dirinya sendiri — dan menginjak Lin Yu dalam prosesnya.
Lin Yu hanya mengangkat alis sedikit, menatap Zhao Ren dengan mata dingin seperti melihat seekor serangga yang mengganggu.
Namun Zhao Ren, yang buta akan tanda bahaya, terus maju dengan provokasinya.
"Tuan Muda Lin Yu," katanya lantang, "sebagai teman sekelas, aku Zhao Ren memiliki rasa keadilan. Aku akan melindungi kalian semua... termasuk Tuan Muda yang agung ini."
Tawa kecil terdengar di antara kerumunan.
Zhao Ren melanjutkan, suaranya semakin sombong.
"Meski begitu, aku sedikit takut. Statusmu terlalu tinggi untuk rakyat jelata sepertiku. Kuharap aku tidak mempermalukanmu."
Di dalam pikirannya, Zhao Ren sudah membayangkan Lin Yu akan memohon, menjilat kakinya untuk meminta perlindungan.
Ekspektasi manis...
Namun kenyataan selalu lebih pahit dari mimpi.
Lin Yu, yang sudah cukup sabar, akhirnya membuat keputusan.
Ia menghela napas perlahan, membiarkan insting alami mengambil alih.
Dengan satu pikiran, tubuhnya bergetar — lalu seketika berubah menjadi kilatan petir.
Zzrrt!
Dalam sekejap, Lin Yu menghilang dari tempatnya.
Belum sempat siapapun bereaksi, tubuh Lin Yu sudah muncul tepat di depan Zhao Ren.
Sebelum Zhao Ren sempat menyadari apa yang terjadi, sebuah tinju mendarat telak di wajahnya.
BOOM!
Zhao Ren terlempar ke belakang seperti boneka lusuh, menghantam tembok dengan keras.
Saat semua orang di kelas mulai sadar akan apa yang terjadi, Zhao Ren sudah tersangkut di dinding, pingsan, darah mengalir dari sudut bibirnya.
Kelas hening.
Semua menatap pemandangan itu dengan wajah tercengang.
Suara percakapan terpatah-patah terdengar.
"Dia... dia bahkan nggak kelihatan geraknya!"
"Apa-apaan kecepatan itu?"
"Monster... dia monster..."
"Lin Yu... sejak kapan dia..."
Bahkan Bai Xue yang biasanya tak terguncang, kini memandang serius ke arah Lin Yu.
Dalam hatinya, ia bergumam pelan:
"Aku... bahkan tak sempat melihatnya..."
Sementara itu, Lin Yu melangkah pelan menuju Zhao Ren yang tak sadarkan diri.
Lin Yu menatap Zhao Ren yang tak berdaya di bawah kakinya, lalu berkata dingin,
"Kau ingin mengijak kepala ku? Sayang sekali, bahkan sebagai badut pun kau gagal."
Tanpa ragu, ia mengangkat kakinya dan menginjak kaki Zhao Ren.
KRAK!
Suara retakan tulang yang renyah mengisi keheningan.
Seluruh ruangan membeku.
Bahkan dosen yang berdiri di depan kelas pun tak berani maju untuk menghentikannya.
Melihat tatapan dingin Lin Yu, tak satu pun berani bergerak, apalagi berbicara.
Semua paham — orang ini kejam.
Dan lebih dari itu, orang ini kuat.
Tak ada yang mau menjadi korban berikutnya.
Terlebih, Zhao Ren bukanlah sosok yang disukai.
Jadi meskipun pemandangan itu membuat beberapa orang merasa ngeri, tak ada yang sungguh-sungguh peduli pada nasibnya.
Setelah puas, Lin Yu akhirnya membalikkan tubuh, menyapu seluruh kelas dengan pandangan tajam.
Baik itu yang membangkitkan kekuatan super atau tidak, tak satu pun berani menatap balik matanya.
Semua menunduk, seolah berharap tak menarik perhatian.
Kecuali satu orang.
Bai Xue.
Gadis itu berdiri tegak, menatap Lin Yu dengan mata setenang es, ada sedikit hawa dingin di sekelilingnya.
Alisnya mengerut ringan, menunjukkan keseriusan langka di wajahnya.
Namun, tidak ada ketakutan di matanya.
Hanya rasa tertarik... dan sedikit ketertarikan berbahaya yang tersembunyi dalam dalam.
