Mimpi Buruk
Eren hendak membalas. Namun, Mika tiba-tiba menyela. Cataleya tampak mulai panik sekarang, tak menyadari ada dua anak kecil di sekitarnya sekarang. Cataleya harus lebih berhati-hati lagi dalam berucap.
Kini Eren mendadak membekap mulutnya sendiri, menahan tawanya.
"Mama kok diam?" Mika memiringkan kepala sedikit.
"Um, tidak ada, burung yang dimaksud Mama tidak bisa terbang, sudah sekarang Mika dan Milo mandi, tadi belum mandi, 'kan?" Cataleya segera mengalihkan topik pembicaraan.
Namun, Mika tidak puas dengan jawaban Cataleya.
"Tapi Ma, memangnya ada bulung yang tidak bisa telbang, setahu Mika tidak ada deh," balas Mika seolah-olah hafal dengan jenis-jenis burung.
Kini, lidah Cataleya mendadak kelu. Dengan kening berkerut kuat dia tengah berusaha mencari di dalam otaknya jenis burung yang tidak bisa terbang, setahu Cataleya ada, tapi sekarang dia lupa karena diberi pertanyaan mendadak.
"Ada Mika, coba tanya lagi sama Mamamu, apa ada jenis burung yang tidak bisa terbang," kata Eren, sengaja memanas-manasi biar makin panik Cataleya.
Benar saja Cataleya terlihat panik setengah mati, dan sekarang melayangkan tatapan tajam pada Eren. Eren hanya membalas dengan mengulum senyum saja.
Sementara, Mika mendadak terdiam, tapi matanya menoleh ke atas, seperti sedang mengingat-ingat sesuatu.
"Oh ya benal, Mika balu ingat, ada bulung yang tidak bisa telbang, namanya bulung unta, kiwi, emu, kasuali, takahe, dan apa lagi ya, hihi Mika lupa."
Perkataan Mika membuat Cataleya dan Eren tiba-tiba diam. Sekarang, keduanya jadi saling lempar pandang dengan kening berkerut kuat. Padahal mereka hanya bercanda saja tadi, tapi ditanggapi Mika dengan serius. Tidak hanya itu, untuk anak berumur 5 tahun, kemampuan Mika dalam pengetahuan umum di atas rata-rata. Meski Mika tidak bisa menulis dengan rapi dan tidak bisa mengingat angka. Namun, Mika termasuk dalam golongan anak yang cerdas.
"Mika, bagaimana kau bisa tahu, belajar di mana?" tanya Cataleya amat sangat penasaran.
Memang benar, ada beberapa burung di dunia yang tidak bisa terbang, beberapa di antaranya disebut Mika tadi, bukan hanya burung Eren (dalam tanda kutip)
Apakah ingatan Mika sudah mulai pulih? Entahlah, kini berbagai pertanyaan bersarang di otak Cataleya.
Mika tiba-tiba tercenung.
"Kami dengar dari speaker, Mama." Kali ini Milo yang menimpali.
Cataleya mengedipkan mata berulang kali sekarang. "Speaker? Jadi ingatan kalian sudah kembali sekarang?" tanyanya, melirik Eren sekilas, yang tampak penasaran pula.
Jika tadi Mika yang termenung dan tiba-tiba diam, sekarang giliran Milo, tapi kali ini Milo terlihat memegang kepalanya dengan mimik muka meringis pelan.
Melihat ekspresi kedua saudara kembar itu, Eren tiba-tiba angkat bicara.
"Hmm, Lea, jangan paksa mereka mengingat sesuatu yang membuat kepala mereka sakit, sebaiknya kau suruh Mika dan Milo mandi sekarang," kata Eren.
Cataleya merasa bersalah lalu tersenyum kecut pada Mika dan Milo.
"Ya, iya, Mika dan Milo mandilah setelah itu tidur siang." Cataleya menyuruh anak kembar itu untuk mandi.
"Oke deh, tapi Mika mau dimandiin sama Mama!" Dalam sepersekian detik, wajah Mika berubah jadi berseri-seri. Kini dia tampak sangat antusias dan sesekali melompat kegirangan.
Cataleya tersenyum kecil, tingkah Mika menjadi pelipur laranya.
Tak lama, Cataleya pun membersihkan badan Mika dan Milo.
Saat memandikan Mika dan Milo, semakin teriris-iris hati Cataleya, manakala melihat ada jejak-jejak lebam di sekujur tubuh mereka.
'Mereka manusia atau apa sih, padahal ini kan anak kecil.' batin Cataleya sejenak setelah selesai memakaikan Milo dan Mika pakaian.
"Mika, Milo, apa Mama boleh tanya sama kalian?" tanya Cataleya seketika sambil melihat Milo dan Mika telah duduk di tepi ranjang sekarang.
"Boleh, Mama mau tanya apa?" Mika tampak memilin-milin piyama tidur Cataleya yang nampak kebesaran di tubuhnya.
"Waktu kalian bangun, apa kalian tidak ingat sama sekali orang tua kalian, maksudnya wajah atau nama begitu? Coba diingat lagi."
Mika tak segera menjawab, malah melirik ke samping. Melihat Milo tengah mengingat-ingat lagi apa yang sebelumnya terjadi.
"Um, tidak ingat Ma, Mika cuma ingat Abang guncang-guncang badan Mika telus Mika bangun, eh tahunya Mika ada di mobil," ucap Mika.
Cataleya mangut-mangut sejenak.
"Kalau Milo?" Kini Cataleya beralih bertanya pada Milo.
"Sama, aku cuma ingat bangun di mobil dan tidak sengaja dengar ada orang di luar ngobrol-ngobrol, mereka lagi ngerokok sambil bilang mau bunuh kami, makanya aku ngajak Mika kabur," kata Milo dengan wajah polosnya.
"Eh? Mau dibunuh?" Cataleya tercengang dengan mata melebar sempurna, kini ini bukan hanya tentang penculikan tapi tindakan penghilangan nyawa manusia juga.
Cataleya sangat menyayangkan Milo tidak memberitahu pada pihak kepolisian tentang rencana pembunuhan, mungkin ingatan mereka baru muncul sekarang.
Milo dan Mika mengangguk cepat.
"Jadi kalian sama sekali tidak ingat kalau diculik? Tidak ingat juga wajah Mama atau Papa kalian? Lalu nama kalian, dari mana kalian tahu?" tanya Cataleya beruntun, masih belum puas.
"Kalau nama ada di depan pakaian kami yang warna putih tadi, Ma!" balas Milo. "Terus Papa dan Mama ...."
Milo menjeda kalimatnya sejenak, seperti sedang mengingat-ingat wajah orang tua mereka. Detik kemudian, Milo dan Mika tiba-tiba merintih kesakitan.
"Duh, sudah jangan diingat lagi." Cataleya tampak panik kemudian mengusap-usap kepala keduanya dengan sangat lembut.
"Nanti kalau sudah ada uang, kita pergi periksa ke dokter ya," tambah Cataleya kembali.
Masih dengan mimik muka menahan sakit, Milo dan Mika serempak mengangguk.
Cataleya hanya dapat membuang napas kasar setelahnya, rasa benci menjalar pada dua penculik yang tadi pagi melintas di rumahnya. Jika bertemu lagi nanti, Cataleya akan memberi mereka pelajaran! Cataleya berharap laporannya tadi di kepolisian dapat segera ditanggapi.
***
Malam pun tiba, suasana di rumah Cataleya tidak dingin seperti kemarin malam. Tenang dan damai, hanya terdengar bunyi serangga malam bersenandung kecil di depan halaman rumah.
Saat ini, sang penghuni rumah sudah terlelap di kamarnya masing-masing, termasuk Eren, sedang berbaring di ruang tengah berdekatan dengan kamar Cataleya.
Lelaki itu tampak berkeringat hebat sekarang, bulir peluhnya membasahi seluruh badan. Dia tampak gelisah, kepalanya berulang kali bergerak ke kanan dan ke kiri.
Eren bermimpi.
Dalam mimpinya ....
Dia berada di ruangan besar, melihat ada sekumpulan anak-anak berbaring di tempat tidur khusus, memakai pakaian serba hitam di sisi kanan, sementara di sisi kiri memakai pakaian serba putih, dan juga terlihat alat-alat medis menempel di tubuh mereka.
Dan ....
Mimpi tiba-tiba berganti bak sebuah klip video. Seketika ada suara-suara aneh berputar-putar juga di kepala Eren sekarang.
"Subyek 04 dan 05 gagal, len ...."
"Pergilah, kau harus ..., ini perintah terakhir!"
Dor!
"Eren!"
TBC ....
