Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 13 WAKTUNYA BELANJA

Kian, Dion dan Fransesco kembali menuju ruang keluarga. Mereka bertiga duduk di sofa dalam ruang kerja Fransesco. Fransesco membuka laci meja kerjanya dan memberikan bungkusan puntung rokok tersebut kepada Kian.

"Berikan ini kepada Shane," perintah Fransesco. Shane Dario adalah salah satu sepupu Kian.

"Kenapa Ayah tidak bilang di telepon tadi malam?" tanya Kian.

"Ayah menjaga siapa tahu ponsel kita ada yang menyadap."

"Dan ayah yakin ruang kerja Ayah ini tidak ada yang menyadap?" tanya Kian menyakinkan.

"Tentu saja, Ayah yakin karena setiap hari ada orang yang memeriksa ruang kerja Ayah. Memastikan tidak ada benda yang mencurigakan."

Kian menganggukkan kepalanya mengerti.

"Dan kamu apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kian menatap ke arah Dion.

"Karena aku yang menemukannya di dekat kolam bebek tadi malam setelah menjemput Ayu," jawab Dion seraya menunjuk bungkusan yang sudah berada di tangan Kian tersebut.

Mendengar nama Ayu dan membayangkan jika ada orang yang mungkin membuntuti gadis itu pulang sendirian menyusuri taman, membuat hatinya gelisah tak tenang. Rahangnya mengeras raut wajahnya tak terbaca.

"Lebih baik dia di rumah saja kalau malam," ucap Kian lagi.

"Siapa yang kau maksud, Ayu?" Ayahnya menimpali.

"Iya Ayu siapa lagi? Masa Dion." Kian berucap alisnya naik sebelah.

Fransesco tergelak. "Kau tak bisa melarangnya Kian, dia gadis bebas terserah dia melakukan apa. Budi dan Dion saja tidak melarangnya, bukan begitu Dion?" Fransesco tergelitik oleh sikap posesif anak sulungnya kepada gadis cantik yang baru beberapa hari ada di rumahnya itu.

Dion tersenyum kemudian mengangguk, "Tentu, Ayu bebas melakukan apapun kehendaknya. Toh selama ini dia terbiasa melakukan segala sesuatunya sendirian," timpalnya membenarkan ucapan Fransesco.

Kian mendengus, dirinya segera undur diri berpamitan dengan Fransesco dan Dion. Saat dirinya sampai di beranda depan rumah, pandangannya tertuju pada Ayu yang dengan tampilannya yang menggugah menggunakan kaos ketat dan skiny jeans yang sangat pas membalut tubuhnya itu.

Demi Tuhan ada apa dengan diriku? Ingat Kian dia hanya bocah kecil, astaga!

Kian mendengus, kemudian memakai kacamata hitamnya dan berlalu masuk ke dalam mobilnya sendiri tanpa menyapa adik-adiknya dan Ayu.

Ayu, Diego dan Tommy serta merta menengok ke arah mobil Kian saat mereka dengar Kian dengan keras menutup pintu mobilnya.

Duh! Orang itu kesambet apa ya. Kagak bisa pelan tutup pintunya.

Ayu segera masuk ke dalam mobil. Tommy duduk di depan berdampingan dengan Diego yang memegang kemudi. Kemudian mobil pun melaju mengikuti jejak yang ditinggalkan oleh Kian yang sudah pergi terlebih dahulu.

Kian memutuskan pergi ke mall, setelah bertemu dengan sepupunya dan menyerahkan titipan dari ayahnya tadi. Serta menyelesaikan urusan di kantor konstruksinya.

Setibanya di mall, ia tanpa sengaja bertemu dengan Angel Diaz adik dari mendiang istrinya. Kian merasa konyol sebenarnya, niat awalnya yang akan menjemput Rebecca istri sepupunya menjadi tertunda dan buru-buru menyelesaikan seluruh pekerjaannya demi bisa menyusul keberadaan para adik lelakinya dan juga tentu saja dengan Ayu yang bersama mereka.

"Oh Sayang, kamu dengan siapa ke sini?" sapa Angel manja yang sejurus kemudian sudah menggelayutdi lengan kanan Kian. Tatapan wajahnya tak hentinya menatap sang mantan kakak ipar dengan mendamba.

Dasar tidak tahu malu! batin Kian. Kian bukannya tidak tahu tentang perasaan Angel walaupun sebenarnya Angel lebih dulu mengenal dirinya di bandingkan Carmen. Tingkah laku Angel semakin di luar batas akhir-akhir ini, rasa-rasanya gadis itu seperti ingin menggantikan tempat kakaknya di hati Kian. Apakah sanggup Angel melakukannya? Jelas bagi Kian tidak akan pernah. Angel sudah ia anggap seperti adiknya sendiri, tetapi kelakukan terang-terangan yang ditunjukkan oleh Angel semakin lama membuat Kian menjadi gerah juga pada akhirnya. Selama ini dirinya berdiam diri karena ia masih menghargai Angel sebagai adik mendiang sang istri.

Angel menggoyangkan lengan Kian lembut dan manja. "Hai tampan, aku tanya dengan siapa kamu ke sini hmm? Tau begitu kita bisa bersama-sama ke sini ya," ucapnya manja.

Kian bergeming, tatapannya tak terbaca. Walaupun pandangan matanya tertuju pada Angel. Kemudian ia meraih pergelangan tangan Angel dan menghelanya lembut melepaskan diri dari Angel. Kian menggeser posisi berdirinya, apalagi beberapa teman wanita Angel tampak memandang dirinya dengan penuh spekulasi dan Kian jelas tidak ingin membuat rumor baru di kota kecil mereka. Hidupnya sudah cukup ruwet dengan adanya Ayu yang selalu mengisi benaknya, itu saja sudah cukup. Bayangan adegan dan rasa bibir Ayu yang ia lumat tadi pagi masih terasa membekas sampai sekarang. Membuat Kian tanpa sadar mendesah.

"Aku menyusul adikku yang sudah lebih dulu ke sini," jawab Kian saat da tak sengaja melihat sosok Ayu yang mengekor kedua adik lelakinya memasuki salah satu toko pakaian di depan sana. Kebetulan yang melegakan bagi Kian tentu saja, semoga saja Angel bisa melepaskan dirinya sekarang.

Angel dan ketiga orang temannya hanya ber ‘oh’ ria menanggapi ucapan Kian. Tatapan mereka tampak memuja dan kelaparan melihat postur tubuh Kian. Kian sangat risih ditatap seperti itu, walaupun sudah setiap hari ia mendapatkan tatapan begitu dari lawan jenis sejak dirinya beranjak dewasa. Bahkan dulu saat ia masih kecil dan sering pergi bersama mamanya tak jarang teman-teman mama dan ayahnya berusaha menjodohkan dirinya dengan anak mereka kelak saat dewasa. Namun orangtuanya sudah pasti menolak, mereka tidak ingin mengekang anak-anaknya. Mereka bebas memilih jodoh dan menjalani hidup mereka sendiri. Asal mereka bahagia dan mampu bertahan dalam kerasnya kehidupan.

Kian melirik jam di pergelangan tangannya pukul tujuh malam sudah saatnya jam makan malam. Ia sungguh ingin buru-buru menyusul adiknya itu tanpa kehilangan jejak mereka.

"Bagaimana kalau kita makan malam bersama?" usul Angel yang disetujui oleh ketiga temannya yang lain.

"Maaf aku tidak bisa." Kian masih berusaha menolak dengan sopan.

"Kalau begitu kita bergabung dengan adik-adikmu juga," timpal Angel dengan antusias.

"Sekali lagi maaf Angel."

"Tetapi kenapa? Adik-adikmu tentu tidak akan keberatan jika kami bergabung," desak Angel.

"Aku yang keberatan, kau tahu saat ini. Aku sedang benar-benar ingin menghabiskan waktu men time, kau tahu." Mau tak mau, suka tidak suka. Kian harus melakukan hal itu, ia sungguh tidak ingin berurusan dengan Angel saat ini. Apalagi ada Ayu juga nanti di sana, ia pasti tidak akan leluasa menatap wajah cantik gadis belia itu.

Angel tampak kecewa tetapi pada akhirnya dirinya tidak bisa memaksa Kian memenuhi permintaannya, ia tahu betul bagaimana sifat Kian. Daripada nanatinya dirinya dibenci lebih baik sekarang dirinya mengalah untuk sementara.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel