Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 11 SARAPAN DAN KECEMBURUAN KIAN

Ayu seketika berusaha melepaskan diri dari rengkuhan tubuh Kian. Kian melepaskannya kemudian menegakkan tubuhnya, meraih siku tangan kiri Ayu membimbingnya ke luar pantry.

"Jika bersama denganmu lebih lama lagi, aku bisa memakanmu di sini," kata Kian bertepatan dengan seseorang pegawai yang akan masuk ke pantry, untungnya perkataan pemuda itu hanya bisa di dengarkan oleh Ayu.

Kian tak habis pikir dengan reaksi dirinya sendiri terhadap gadis kecil ini, ia yang biasanya bisa mengontrol emosi dan birahinya. Tetapi sejak berhadapan dengan gadis ini seolah ada magnet yang menimbulkan rasa dahaga untuk menghirup aroma tubuhnya yang menenangkan.

Ayu terpana kaget dengan ucapan Kian. Masa iya pria arogan ini menginginkan diriku yang kurus kecil ini. Dasar pria aneh, gerutu Ayu di dalam hati.

Puk!

Ayu menepuk dada Kian dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya membekap mulutnya sendiri.

"Tuan ih, serobot-serobot bibir Ayu, ciuman pertama Ayu itu. Duh, kan ilang deh udah." Ayu semakin cemberut, raut wajahnya memerah.

Kian semakin gemas dibuatnya. Astaga sudah turun seleranya. Gadis kecil ini benar-benar penggoda.

Kian segera merengkuh siku tangannya dan mengajaknya keluar dari ruang pantry. Ayu tak ayal patuh mengikuti Kian keluar dan kembali ke rumah utama.

"Sebentar Tuan," Ayu kemudian mendekati resepsionis.

"Nona Becca tolong kasih tahu teman yang lain, kudapan sudah aku siapkan di pantry ya."

"Baik Ayu terima kasih," ucap Rebecca ramah. Yang segera berlalu menuju pantry bersama dengan seorang OG.

Ayu akhirnya mengikuti Kian masuk ke dalam mobil. Ayu membuka pintu belakang penumpang dan duduk tenang. Kian yang duduk di balik kemudi menolehkan kepalanya ke belakang.

"Kau pikir aku ini sopirmu? Sini pindah ke depan!"

Mampus ! Jutek mode on !

Ayu dengan berat hati kembali membuka pintu penumpang serta pindah duduk di kursi penumpang sebelah kemudi. Setelah memasang seatbelt Ayu sama sekali tidak berani memandang ke arah Kian. Ia tidak ingin si judes kembali mengatainya.

Setelah beberapa saat. "Kok diam? Mulutmu tiba-tiba bisu ya? Sedangkan tadi dengan Dony mesranya," sindir Kian dengan sekali-sekali melirik Wajah Ayu sinis.

Nah kan mulai lagi, huff

Ayu menghela nafas panjang. "Bukan begitu sih Tuan, Tuan Kian ini kan bos sedangkan Dony sama dengan saya seorang pekerja ya kan? Masa iya saya mau lancang. Sok akrab gitu." Ayu berkata dengan berhati-hati dengan sekali-kali melirik Kian lewat sudut matanya.

Kian cemberut. "Aku saja sudah menciummu tadi masih bicara sok akrab hemm?!"

"Apa kau mau aku mesrai dulu baru kau mau dengan leluasa bicara denganku?" ucap Kian ketus.

"Jangan dong Tuan saya kan masih perawan," protes Ayu dengan polosnya.

Alis Kian terangkat satu dan surut bibirnya tersungging. Kena kau gadis kecil, sekali penggoda mau perawan atau tidak tetap saja penggoda.

"Masa?" Kian melirik Ayu dan menaikkan satu alisnya.

"Iya dong, masa Ayu mau buktikan. Ntar hilang sebelum waktunya kan berabe," sanggah Ayu.

"Memangnya kenapa jika pecah perawan?" Kian sangat menikmati menggoda gadis ini. Walaupun mendengar kata-kata Ayu membuat pusat tubuhnya berdenyut nyeri meminta pelepasan.

"Jangan sekarang dong, Ayu inginnya dengan suami Ayu. Seseorang yang sangat Ayu cintai dan juga mencintai Ayu. Selama ini aja Ayu cuma membolehkan pacar Ayu memeluk bahu Ayu aja."

"Buktinya aku sudah menciummu."

Sekian detik Ayu melongo. "Itukan karena Tuan mendadak aja cium-cium sama peluk-peluk Ayu, mana badan Tuan besar lagi," ucapnya tergagap.

"Oh ... jadi harus mendadak begitu baru kamu mau diena-ena,” goda Kian lagi, semakin bertambah gemas.

"Ih ... jangan dong Tuan bahaya itu. Ayu geli tau."

Kian terkekeh. "Kenapa geli? Harusnya enak lho, mau coba yang lebih lagi?" godanya.

Wajah Ayu memerah, kemudian membuang muka menghadap ke jendela samping kanannya.

"Ih, mesum banget ternyata,” gumam Ayu bergidik. Bulu romanya berdiri dari punggung sampai tangannya. Membuatnya tak sadar mengusap-usap kedua lengannya.

Kian tanpa mengalihkan pandangannya dari melihat jalan didepannya berkata, "Aku dengar yang kau ucapkan Ayu."

Ayu semakin tak berani mengalihkan pandangannya lagi. Tidak ada lagi percakapan sampai mereka tiba di rumah utama. Ayu segera turun dari mobil begitu Kian mematikan mesin.

"Terima kasih Tuan," ucap Ayu sebelum turun.

Ayu mendekat ke arah Tommy yang rupanya sedang membersihkan motor trailnya. Ayu ikut berjongkok di sebelahnya. Ayu ingin memastikan jika Tommy akan mengajaknya berkeliling kampus esok saat mereka mulai tahun ajaran bersama. Ya, Tommy satu kampus dengan Ayu walaupun Tomy kakak tingkatnya.

Sedangkan Tommy yang melihat kedatangan Ayu hanya tersenyum simpul.

Kian yang melihat kedekatan Ayu dengan Tommy hanya menghembuskan nafas dengan cepat. Entah kenapa dia sekali lagi merasakan desiran rasa sakit di dadanya.

Lama-lama bisa serangan jantung aku dibikin anak ini.

Ada rasa khawatir jika Ayu akan tertarik dengan adik bungsunya ini yang tak kalah tampannya darinya.

Kian kemudian meninggalkan Ayu bersama dengan Tommy dan mencari keberadaan ayahnya. Dia akan menanyakan pada gadis itu atau Tommy nantinya.

Saat ia sampai di beranda depan rumahnya sang bunda sudah menanti kedatangannya.

Stefany mengulurkan kedua tangannya menyambut anak sulungnya. Pasalnya ia senang sekali anaknya mulai memperlihatkan gelagat membaik dan terbuka sedikit demi sedikit karena mulai mau sering pulang ke rumah. Semoga dengan keberadaan Ayu bisa menarik putranya kembali. Sebagai seorang ibu dan wanita dewasa tentu saja ia bisa merasakan apa yang dirasakan putranya. Semoga saja sang putra tidak kembali terpuruk lagi.

"Anakku sayang, Bunda senang kamu mau sarapan di rumah. Bunda rindu padamu,” ucap Stafany lembut.

Kian merengkuh sang bunda ke dalam pelukannya.

"Kian dipanggil Ayah, ada sesuatu yang ingin dititipkan. Kian mau kembali ke San Antonio hari ini. Baru kemarin Kian ke sini Bunda sudah rindu lagi?” ujar Kian.

"Bunda akan selalu rindu dengan anak-anak Bunda Sekalipun itu dengan Tommy yang selalu Bunda jumpai setiap hari,” sanggah Stefany seraya mencium pipi sang putra kemudian melerai pelukannya dan membimbing anaknya masuk.

"Tommy tinggalkan dulu motormu, kita sarapan bersama dulu dan Ayu hari ini kamu ikut sarapan bersama juga ya."

Tommy segera meninggalkan kegiatannya dan mengajak Ayu masuk ke rumah dengan spontan menggenggam pergelangan tangan Ayu mengajaknya masuk ke dalam.

"Ayo ...," ajaknya.

"Eh, iya Tuan," ucap Ayu bergegas bangkit berdiri dan mengikuti Tommy untuk masuk.

Mereka tidak menyadari bahwa tatapan Kian kembali menajam ke arah sejoli itu. Rahangnya mengeras, seolah-olah terdengar kertakan giginya beradu.

Stefany menyadari itu ia melirik putra sulungnya dengan tersenyum simpul. Stefany tampak menikmati pertunjukan di depannya.

Mama harap kamu akan merasakan jatuh cinta tanpa patah hati lagi anakku.

Stefany menyadarkan Kian dari lamunannya dengan mengusap lengan atasnya. "Yuk masuk."

Kian membalikkan tubuhnya dan mengikuti sang mama masuk ke dalam.

Ayu duduk di sebelah Tommy, sengaja menjaga jarak dengan Kian yang duduk di sisi meja yang lain. Ia merasa canggung dan malu karena kejadian sewaktu Kian mencumbunya di ruang pantry tadi. Entah mengapa ia merasa lemah terhadap Kian. Lelaki itu seolah-olah memiliki magnet untuk menarik tubuhnya mendekat sekaligus waspada.

Sudah menjadi kebiasaan di keluarga Dario. Jika tidak sedang menjamu tamu dari luar mereka mengajak para pelayan di rumah utama untuk makan bersama.

Kian dengan terang-terangan menatap tajam ke arah Ayu, sekalian memberikan peringatan kepada adik-adiknya bahwa Ayu sudah di tandai olehnya. Seperti serigala yang sudah memberikan tanda pada kurbannya.

Diego dan Tommy melirik kakak pertama mereka dan kemudian saling berpandangan tersenyum simpul, mereka sangat paham arti tatapan kakak mereka tersebut. Sepertinya dengan sedikit memberikan percikan api semoga api asmara segera berlabuh di hati kakaknya.

Diego menatap ke arah Ayu. "Ayu setelah sarapan kamu kembali ke rumah ganti bajumu ya, aku ingin mengajakmu ke kota. Karena kudengar kemarin ada yang protes dengan seragam pelayan yang kamu kenakan,” ucap Diego.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel