Bab 13 Tuduhan
Sejukur tubuhnya di rasakan begitu remuk. Karena begitu kelelahan seharian tidak istirahat karena pesta semalam.
Dia melihat cincin yang tengah melingkar di jarinya itu. Dia masih belum percaya jika dia benar-benar telah bertunangan dengan pria yang menyebalkan seperti Kim Dan.
Seorang asisten berada di dekatnya.
“Jika di jual harganya berapa ya?” tanya Audi pada orang itu.
“Eee... Kok nona mengatakan seperti itu?”
“Aku hanya tidak terbiasa, apa aku lepas saja ya?”
“Nona ini sangat aneh, banyak gadis-gadis yang mengoda tuan, untuk jadi tunangannya. Tapi nona malah tidak suka,”
“Hm. Aku nggak suka hidup mewah,” jawab Audi dengan jujur.
Audi melihat jam, begitu terkejut dia melihat jika waktu menunjukan pukul 08.16am.
“Kenapa tidak ada yang membangunkanku?” tanya Audi.
“Itu, perintah dari Nyonya agar Nona tidak di bangunkan,”
“Apa mereka ada di bawa?”
“Nyonya ada urusan mendesak, Tuan muda Kim Dan, dan Tuan besar sudah berangkat ke kantor. Tuan Muda Hyun Joo, juga sudah berangkat. Kakek pergi ke kuil,”
“Aku harus ke kampus,” kata Audi.
“Mulai saat ini, aku sebagai asistenmu. Aku akan mengikutimu kemanapun,”
Audi terdiam.
“Masa bodoh deh. Aku harus ke kampus, melihat hasil ujian,” kata Audi sambil bersiap-siap.
Asisten itu bernama Eyve, menyiapkan mobil.
“Hei, kau tidak akan membawaku naik mobil itu kan?” tanya Audi.
“Ini mobil anda, jadi aku...”
“Aku tidak mau, apa ada mobil yang tidak mahal nggak? Pakai mobilmu saja,” kata Audi.
Suasana ruang rapat kampus, tampak memanas. Apalagi dengan sebuah foto Audi yang tersebar luas di grup kampus. Wajah yang tidak familiar terlihat. Itu adalah Ibu Cha.
Sebagian orang yang ada di sana, ingin mengeluarkan Audi dari kampus itu. Karena foto yang beredar tersbut, apalagi Audi yang tidak bisa mempertahankan nilainya untuk mendapatkan beasiswa.
Audi merasa heran, mengapa orang-orang melihat kearahnya dengan tatapan yang tidak suka, kali ini berbeda bukan seperti biasanya.
“Oenni... Gawat...” teriak Aulia sambil menghampirinya. “Aku lupa memberitahumu semalam, jika fotomu tersebar di grup, dan kau akan di keluarkan di kampus,”
Audi bergegas melihat papan informasi dan melihat namanya di urutan kedua, dan juga foto yang beredar.
Bagi Audi, dia harus tetap mendapatkan beasiswa, dan harus kuliah sampai selesai di kampus itu. Audi pun masuk ke ruangan, di sana terdapat begitu banyak orang, dan seorang yang di kenalnya.
Audi meminta maaf, atas apa yang terjadi. Kemudian dia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
“Aku akan membawa saksi kejadian itu, jika di butuhkan,” kata Audi mencoba bernegosiasi dengan semua dosen dan para donatur kampus. “Jika memang, terbukti saya melakukannya, saya bersedia di keluarkan,” kata Audi lagi. “Dan... Aku meminta ujian kembali di lakukan, untukku dan Maona,”
“Apa maksudmu, ingin ujian ulang?”
“Steksa kasus itu milikku, bukan milik Maona,” kata Audi dengan tegas membela jika dia yang mengerjakan kasus itu.
“Bagaimana kau bisa yakin jika itu milikmu?”
“Karena itu aku ingin ujian di adakan kembali. Kalian akan tahu, siapa yang berbohong dan curang,” kata Audi lagi.
Audi berusaha menuntu keadilan, atas apa yang terjadi.
“Sebaiknya kau keluar dulu, kami akan bicarakan dulu,”
Audi keluar dari ruangan itu, dengan wajah kesal, di sepanjang koridor mereka bergosip tentang Audi. Rasanya dia ingin memukul wajah orang-orang itu.
Matanya melihat seseorang. Ck! Pria yang membuatnya tertidur.
“Yakk... kau...” teriak Audi.
Gadis yang tidak asing baginya, Maona.
“Em. Siapa ya?” tanya Maona seakan pura-pura lupa oleh Audi.
“Sekarang aku tahu, siapa dalangnya. Ternyata kau...” kata Audi dengan geram.
“Nona siapa dia?” tanya Evye.
“Ah dia, yang ingin cari perhatian padaku,” jawab Audi. “Aku tidak punya urusan denganmu, tapi dengan orang yang sedang bersamamu itu...” tunjuk Audi pada pria yang di samping Maona.
Audi melangkah dengan pelan mendekati pria itu. Membuat orang yang melihat berkumpul mengelilingi mereka.
“Aku ingat, kau memberikanku minuman yang sudah ada obat di dalamnya,” kata Audi membuat mata pria itu membelalak kaget.
“Kau jangan asal tuduh ya,” kata Maona. “Dia ini anak direktur kampus,”
“Benarkah asal tuduh? Atau, karena ada yang menyuruhnya melakukannya?” Mata Audi menatap Maona dengan tajam.
Maona ingin menampar Audi, namun tangannya di tahan oleh Evye.
“Jika kau berani menaruh tanganmu di pipinya, kau akan menyesal,” kata Evye mengancam Maona.
“Sekarang semuanya jelas. Tunggu saja, kau akan menyesal mengusik singa betina yang sedang tidur,” kata Audi sambil pergi meninggalkan Maona. “Kita akan bertemu lagi, di depan para petinggi kampus,” kata Audi.
Audi menendang pohon di depannya itu karena kesal. Rambutnya di acak-acak olehnya, bahkan tangannya telah luka-luka karena menonjok batang pohon itu.
“Rasanya belakangan ini, aku sial mulu,” kata Audi sambil mengacak-acak kembali rambutnya.
“Kebenaran pasti akan terungkap besok, dan kau tidak akan di keluarkan dari sini. Kenapa tidak meminta bantuan Tuan Muda Kim Dan saja? Lagi pula, jika kau di keluarkan karena beasiswamu di tarik, kau bisa masuk kembali kok,”
“Hm. Kau tidak tahu bahwa lebih membanggakan hasil kerja sendiri dan kuliah dengan baesiswa,”
“Sejak SMA aku mencari uang untuk membayar kebutuhan sekolah. Jadi, saat mendapatkan beasiswa ini, setidaknya aku tidak berpikir untuk membayar uang sekolah dan bisa kerja membantu orang-orang yang membutuhkan,” kata Audi.
“Aku tahu, bagaimana rasanya menahan lapar tidak makan berhari-hari, karena itu aku sangat berharap dan tidak ingin di bantu oleh orang lain,”
“Tidak salah, Nyonya menyukaimu. Walaupun kau bukan dari keluarga berada,” kata Evye melihat gadis itu yang tengah menceritakan sedikit kisah hidup susahnya. Pastinya, Ibu Cha telah mendengar hal itu, karena Evye di telfon untuk mengetahui keadaan Audi.
“Padahal kami berasal dari negara yang sama, aku bahkan berkerja keras untuk mendapatkan nilai itu, dan tidak pernah mencari masalah dengannya selama ini,” kata Audi.
“Biar, aku membantumu,” kata Evye menawarkan diri membantu Audi.
Krrrr...
Suara perut Audi terdengar, ia baru ingat ternyata sejak tadi dia belum makan.
“Ah. Di saat seperti ini, bisa-bisanya lapar,” kata Audi sambil memegang perutnya.
“Sepertinya aku datang tepat waktu,” kata Hyun Joo yang datang sambil membawakan makanan.
Audi mengambil burger yang di bawah oleh Hyun Joo dan melahapnya.
“Aku sudah menjadi saksi soal masalahmu kok,” kata Hyun Joo. “Pria itu tidak akan berbuat macam-macam lagi padamu. Lagi pula, Mama tidak akan membiarkanmu di keluarkan dari kampus ini. Tenang saja,” kata Hyun Joo lagi.
Keesokan harinya, Audi dan Maona di panggil di ruang sidang kampus. Dua soal ujian, mereka harus ujian kembali, dengan soal yang sama dan juga sketsa gambar kriminal yang sama serta penjelasan kasusnya.
Audi dengan santai mengejerkan soal itu, membuat sketsa serta rincian kejadian. Sedangkan Maona bingung entah mau buat apa, karena dia tidak tahu menahu soal mengambar sketsa. Ujian mereka di awasi oleh dewan kampus, membuat Maona tidak bisa melakukan kecurangan.
Audi sengaja mengantar lembar jawabannya setelah Maona, alhasil membuat semua orang menatap tajam ke arah Maona, dan membuat Maona berada di ruangan itu.
Audi tersenyum kemenangan.
Keesokan harinya, Audi dan Maona di panggil di ruang sidang kampus. Dua soal ujian, mereka harus ujian kembali, dengan soal yang sama dan juga sketsa gambar kriminal yang sama serta penjelasan kasusnya.
Audi dengan santai mengejerkan soal itu, membuat sketsa serta rincian kejadian. Sedangkan Maona bingung entah mau buat apa, karena dia tidak tahu menahu soal mengambar sketsa. Ujian mereka di awasi oleh dewan kampus, membuat Maona tidak bisa melakukan kecurangan.
Audi sengaja mengantar lembar jawabannya setelah Maona, alhasil membuat semua orang menatap tajam ke arah Maona, dan membuat Maona berada di ruangan itu.
Audi tersenyum kemenangan.
———————— To Be Continued ————————
