Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Siapa Sel?

Diandra mendengar suara desahan dibalik kamar Selvia. Ia menjadi gugup sendiri dengan siapa Selvia sampai mendesah seperti itu? Ingin sekali Diandra mengetuk pintu tapi ia ragu.

Andre melihat ada bayangan di bawah pintu.

"Sepertinya ada orang," bisik Andre.

Selvia melihat ke bawah pintu. "Mas, apa itu Diandra?" bisik Selvia.

"Mungkin saja, aku 'kan ga ada di kamarnya," ujar Andre.

"Sekarang gimana Mas?"

"Sstt, diam lah. Aku akan keluar lewat jendela."

Andre memutuskan untuk keluar dari jendela villa. Ia mengendap - endap bagaikan pencuri, melirik ke arah samping kanan dan kiri lalu pergi berlari ke arah depan.

Diandra yang masih di depan pintu Selvia tidak lagi mendengar suara desahan sahabatnya. Tiba-tiba pintu kamar Selvia terbuka hal tersebut membuat Diandra terkejut.

"Eh, Di. Kamu ada di sini? Ada apa?" tanya Selvia dengan berpura - pura terkejut.

"Itu, aku mau pinjem charger," ucap Diandra mencari alasan sambil mencuri pandang ke dalam kamar Selvia.

Selvia tersenyum. Ia tahu Diandra pasti penasaran. "Ooh sebentar aku ambil dulu," ujarnya sambil membuka pintu kamar dengan lebar.

Dengan canggung Diandra masuk ke dalam kamar Selvia. Ia mencari tahu apa ada seseorang di dalam kamar tersebut.

"Ini dia, Di," ujar Selvia memberikan charger ponsel.

"Ooh iya. Terima kasih," ucap Diandra masih terus mengedarkan pandangannya.

"Kamu mencari siapa Di?" pancing Selvia. Ia ingin tahu apa yang ada dalam pikiran Diandra.

"Kamu sendirian aja di kamar?"

"Seperti yang kamu lihat, aku di kamar villa ini sendirian. Ga ada orang lain selain aku." Selvia berkata dengan santai agar Diandra tidak curiga.

"Apa ga ada orang lain yang menemanimu?"

Selvia merasa kesal dengan pertanyaan Diandra. Ia tak suka kalau Diandra mulai mengusik urusan pribadinya.

"Ada apa yaa kamu kok nanyanya kayak gitu?"

"Aku cuman penasaran aja tadi aku mendengar—"

"Apa karena aku janda, jadi kamu berpikir kalau aku memasukan seorang pria di dalam kamar ini? kenapa pikiran kamu seperti itu sama aku? Memangnya aku perempuan murahan yang ga tau malu membawa pria lain di villa orang lain, gitu maksudmu?" ucap Selvia dengan pandangan tak suka menatap Diandra.

Diandra merasa tidak enak sendiri. Ia seharusnya tidak bertanya hal sensitif seperti itu pada Selvia.

"Bukan seperti itu Sel, aku ga ada maksud menuduh kamu seperti itu," ucap Diandra.

"Aku memang janda, aku memang ga punya suami. Kalau kamu ga percaya, periksa saja kamar dan kamar mandi biar kamu puas dan ga berpikir aku murahan seperti pikiranmu yang picik itu."

"Ma–maaf Sel. Aku ga bermaksud seperti itu, maaf Sel."

"Aku kecewa sama kamu, Di."

"Maaf Sel. Aku sudah membuatmu kecewa."

Selvia mendengus. "Enak yaa sudah menuduh aku seperti itu sekarang kamu dengan gampangnya minta maaf. Kalau kamu ga suka aku di sini, ok, besok aku pulang. Aku ga nyaman di sini jika hanya di fitnah."

"Sel maafkan aku. Aku benar-benar tidak bermaksud kayak gitu. Besok jangan pulang, Sel. Hari senin saja kita pulangnya bareng - bareng."

"Sudahlah Di. Aku mau istrihat. Aku mau tidur."

Diandra dengan rasa bersalah memutuskan kembali ke kamarnya. Ia benar - benar tak enak dengan Selvia. Saat ia masuk ke dalam kamar sudah ada Andre di atas ranjang.

"Loh Mas, tadi kamu ke mana kok pergi ga bilang-bilang aku?" tanya Diandra.

"Aku ngerokok di luar. Maaf yaa sudah membuatmu khawatir," ucap Andre menatap istrinya.

"Yaa ampun Mas. Aku sampe bingung nyari kamu ke mana-mana."

"Kamu kenapa Di? Kok wajahmu sedih kayak gitu."

"Selvi, Mas."

"Selvi, kenapa sayang?"

Diandra menceritakan kalau ia mendengar suara desahan Selvia seperti sedang melakukan hubungan intim. Saat ia bertanya pada Selvia malah menjadi marah dan besok akan kembali ke Jakarta.

"Sudahlah, ga usah dipikirkan. Mungkin si Selvi lagi sensitif aja kali," ucap Andre membelai lembut wajah istrinya.

"Tapi aku jadi ga enak Mas."

"Kamu mau aku enakkin ga sayang?"

"Iiih, Mas. Sukanya gitu deh."

Andre mencium lembut bibir Diandra, ia ingin menuntaskan hasrat dan gairahnya yang tertunda. Jika tak bisa dengan Selvia, ia memiliki cadangan yaitu Diandra. Ia pun memasukkan juniornya ke dalam inti Diandra, menggerakkan pinggulnya dengan perlahan lalu berubah menjadi semakin cepat saat akan mencapai puncaknya.

"Aaah, nikmatnya Sel," ucap Andre saat mendapatkan pelepasannya.

Mata Diandra terbelalak dan jantungnya berdegup kencang saat mendengar suaminya menyebut nama 'Sel' saat Andre mendapatkan kepuasannya. Apa suaminya membayangkan wanita lain saat mereka sedang berhubungan intim! Siapa Sel? Apa Sel itu Selvi? Tapi tak mungkin Selvia menjadi selingkuhan suaminya. Selvia, sahabatnya tak mungkin mengkhianatinya.

Berbagai macam pikiran berada di dalam benak Diandra. Antara ragu dan penasaran, ia ingin bertanya pada Andre, tapi suaminya sudah terlelap di sampingnya. Tangan Andre saja masih memegang buah dadanya.

Diandra masuk ke dalam kamar mandi, ia terduduk didinginnya lantai. Memegang dadanya yang terasa sangat sakit bagaikan teriris perih. Tanpa terasa air mata Diandra menetes dipipinya. Hatinya sangat sakit saat mereka bercinta malah Andre mengucapkan nama wanita lain. Ia semakin yakin kalau Andre berselingkuh dan berusaha menutupi semuanya dengan berpura - pura bersikap baik.

*****

Pagi di Bali terasa berbeda, mata Diandra bengkak. Semalaman ia menangis, di dalam kamar mandi. Saat menjelang subuh baru ia kembali ke ranjang, walau terasa sulit untuk memejamkan matanya tapi ia mencoba untuk ikut terlelap.

Diandra mencari Selvia ke dalam kamar, tapi sudah tak ada lagi sahabatnya di sana. Dengan kecewa ia pun keluar kamar menyiapakan sarapan untuk anak dan suaminya.

"Di mana Selvi, Di?" tanya Andre.

"Kayaknya sudah pergi Mas. Tadi aku ke kamarnya Selvi sudah ga ada," ucap Diandra tak bersemangat.

"Kamu sih sudah berkata yang tidak baik pada Selvi jadinya dia tersinggung dan pergi, 'kan," ujar Andre dengan marah.

Andre dengan emosi masuk ke kamar Selvia mencari koper Selvia yang ternyata masih ada di kamar villa.

Diandra mengikuti Andre dan melihat kalau barang-barang Selvia masih ada di sana. "Mas, kopernya masih ada."

"Aku akan mencarinya," ucap Andre langsung pergi.

"Mas ... mas ... tunggu, aku ikut," teriak Diandra.

"Kamu tunggu saja di villa, kalau kamu ikut anak-anak siapa yang jaga!" bentak Andre.

Diandra terkejut saat Andre membentaknya. Ia tak menyangka Andre akan sepanik itu dengan hilangnya Selvia. Tapi lagi-lagi Diandra mencoba untuk tetap percaya kalau Andre tidak mengkhianatinya. Apa lagi Selvia merupakan sahabatnya yang tidak mungkin mempunyai hubungan dengan suaminya.

"Aku tidak boleh berpikiran negatif nanti akan membuat semuanya menjadi salah paham," ucap Diandra mencoba menyakinkan dirinya sendiri.

*****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel