Mengikuti Sandiwaramu
2 hari kemudian
Andre berangkat ke Singapura dengan pesawat yang sama dengan Selvia. Selvia sudah menunggu Andre di dalam ruang tunggu bisnis. Andre datang dengan senyuman lebar sambil menatap Selvia.
Diandra hanya bisa menahan rasa sakit di dalam hatinya. Ia tahu kalau suaminya pergi bersama Selvia. Tapi ia tak ingin gegabah. Ada banyak orang yang terluka kalau ia tak hati-hati dalam melakukan semua rencananya.
Diandra memutuskan untuk melepaskan penat di pusat perbelajaan. Ia ingin sekali menggunakan kartu kreditnya, berbelanja brand - brand ternama yang sudah lama tak ia kunjungi.
Di saat Diandra memilih pakaian di salah satu brand ternama seorang pria menghampirinya.
"Diandra? Kamu Diandra, 'kan?" tanya pria tersebut memanggil namanya.
"Roy?" ujar Diandra dengan tak percaya.
"Yaa ampun, Di. Kamu ga pernah berubah masih sama seperti dulu. Selalu cantik dan tetap cantik," puji Roy dengan penampilan Diandra.
"Idiih, apaan sih Roy. Tapi kamu sekarang sudah berbeda."
"Haha, iya lah masa aku masih sama seperti jaman dulu sih. Kamu sama siapa ke sini? Mana suamimu?" tanya Roy.
Mendengar Roy bertanya tentang suaminya membuat raut wajah Diandra berubah. Ia sedang tak ingin mendengar nama Andre sekarang.
"Suami? Hmm ... suami nyemplung ke dasar laut yang terdalam di makan hiu."
Roy tertawa mendengar perkataan Diandra. "Kamu ini dari dulu memang tak berubah. Kalau lagi kesal sama orang lain pasti kayak gitu, apa lagi ada masalah dengan suamimu?"
"Hmm, kamu sama siapa ke sini Roy?" tanya Diandra. Ia mencoba mengalihkan pertanyaan Roy tentang suami.
"Aku sendiri aja."
"Istrimu mana nih, Roy?"
"Yaa ampun Di. Kamu ini ga update yaa tentang kehidupanku."
"Mana mungkin aku update tentang kehidupanmu. Kamu saja menghilang entah ke mana rimbanya, mana aku tahu tentang kamu."
"Setelah dulu kita putus aku sampai sekarang belum menikah, Di. Aku memilih untuk sendiri dan masih dalam pencarian calon istri."
Diandra terdiam. Roy memang mantan pacarnya bahkan Roy cinta pertama Diandra. Hubungan mereka terjalin dari masih sekolah menengah atas sampai kuliah, tapi mereka putus karena perbedaan keyakinan.
"Aduuh kasihan yang ga laku-laku. Percuma punya wajah tampan blasteran bule kalau cari pasangan aja susah. Mau aku carikan jodoh," ejek Diandra.
"Boleh Di. Kriteriaku itu mirip seperti kamu, tapi kalau kamu 'kan ga mungkin sudah jadi istri orang. Kalau bukan istri orang mau banget di jodohkan sama kamu," goda Roy.
Wajah Diandra memerah. Perkataan Roy seakan membangkitkan kenangan lama mereka bagaikan cinta yang belum kelar.
"Cieee ... yang blushing. Cieee ... cie ...." Roy semakin menggoda Diandra.
"Apaan sih Roy."
Diandra dan Roy memutuskan untuk melanjutkan perbincangan mereka di salah satu restoran di pusat perbelanjaan.
"Jadi sekarang kamu pengacara nih Roy," ujar Diandra saat Roy memberitahukan tentang perkerjaannya.
"Iya Di. Aku lebih suka berkarir jadi pengacara."
"Hmm, keren. Aku bisa minta bantuan nih."
"Wah, aku ga berani di minta bantuan sama anak anggota dewan."
"Aku ralat yaa ... aku ini anak mantan anggota dewan. Papa sudah ga kayak dulu lagi, sekarang malah asyik ngurus cucu dan berkebun."
"Tapi, suamimu pasti memiliki berbagai macam stok pengacara hebat, Di. Kalau ga salah suamimu direktur PT. Pratama Abadi, 'kan?"
"Itu kan Mas Andre bukan aku."
"Loh, kamu tinggal bilang saja sama suamimu pasti tinggal tunjuk doang, Di."
"Aku ga mungkin meminta bantuan pengacara dari Mas Andre. Ini menyangkut masalah pribadiku sendiri."
Raut wajah Diandra berubah jadi serius. Roy menyadari perubahan dari wajah Diandra, ia yakin mantan pacarnya itu pasti sedang memiliki masalah dalam rumah tangganya.
"Jangan katakan kamu mau bercerai, Di," ujar Roy dengan hati - hati, ia tak ingin menyakiti perasaan Diandra.
"Bingo! Seratus ribu untuk kamu." Diandra mengeluarkan uang lembaran merah ke depan Roy.
"Apaan sih Di. Sama mantan pacarmu yang ganteng ini kok mainnya duit sih. Aku juga punya duit sendiri kali, Di."
Diandra tertawa dengan reaksi Roy. Lelaki itu memang dari dulu tak suka kalau Diandra memamerkan kekayaannya. Keluarga Roy juga dari keluarga mampu jadi tak pernah bermasalah dengan keuangan. Ayah Roy seorang warga negara asing dan Ibu Roy wanita asli Jawa Tengah walau kedua orang tua Roy sudah bercerai.
"Di, semua masalah bisa dibicarakan jangan mengambil keputusan yang gegabah. Jangan mudah untuk bercerai, kasihan anakmu."
Diandra terdiam. Seandainya dengan bicara bisa mempermudah segala masalah tentu ia tak akan sampai mau bercerai dengan Andre. Andre sudah dua kali berselingkuh jadi ia tak bisa lagi memaafkan Andre.
"Anakmu ada berapa Di?" tanya Roy.
"Dua Roy. Cowok dan cewek."
"Nah, anakmu saja sudah dua. Kasihan anak-anakmu kalau sampai orang tua bercerai. Perceraian orang tua akan berdampak buruk bagi perkembangan psikologi anak. Pikirkan baik-bail jangan asal mengambi keputusan karena emosi sesaat."
Diandra menangis. Memang benar perkataan Roy, ia juga takut bercerai akan membuat tumbuh kembang dan berdampak pada psikologi anak-anaknya. Seandainya Andre memikirkan semua itu sebelum berselingkuh tentu rumah tangganya tidak harus seperti sekarang.
"Kalau aku boleh tahu, apa sih masalahmu?" tanya Roy yang ingin tahu masalah apa hingga membuat Diandra ingin bercerai.
"Roy, kamu ingat Selvia?" tanya Diandra.
"Selvia? Selvia yang mana sih."
"Itu yang selalu bersamaku saat kita kuliah dulu."
"Ooh yang suka pakai baju seksi itu yaa. Aku baru inget, memangnya kamu masih sering berhubungan dengannya? Aku dari dulu ga suka tuh sama si Selvi itu. Dia berteman denganmu seperti ada maksud tertentu, tapu aku ga tahu apa. Pokoknya dia ga tulus gitu."
"Iya dia memang bukan orang yang tulus bahkan aku membantunya dulu pas jaman sama kuliah sampai ia bercerai dengan di suaminyaC ga punya uang. Aku selalu memberikan bantuan untuk dia, tapi ketulusan dan maksud baikku di balas dengan tuba sama perempuan itu."
Diandra menceritakan tentang perselingkuhan Selvia dan Andre, suaminya. Bagaimana Andre menyakiti hatinya hanya demi seorang janda. Roy mendengarkan semua perkataan Diandra dengan iba. Ia tak menyangka Selvia tega mengkhianati sahabatnya sendiri. Selvia dari dulu memang suka bermain api.
"Aku turut prihatin dengan permasalahan rumah tanggamu, Di. Apa kamu yakin mau bercerai dengan suamimy? Berikanlah suamimu kesempatan kedua."
"Mas Andre bukan sekali ini saja berselingkuh. Sudah berkali-kali, sudah tak ada lagi kesempatan kedua. Orang seperti Andre tidak akan mungkin bisa setia dengan satu wanita."
"Jadi maksudmu suamimu sudah melakukan perselingkuhan berkali-kali bukan hanya dengan Selvi. Wah, mantap banget yaa suamiku laris manis. Bukan kayak aku jadi jomblo abadi yang tak lekang di makan rayap."
Diandra tertawa mendengar perkataan Roy. "Maka dari itu aku mau bercerai. Sudah ga tahan coy, hati ini sudah retak tak beraturan."
Diandra dan Roy membahas langkah apa yang harus dilakuan Diandra. Roy meminta Diandra untuk berkonsultasi dan datang ke kantornya. Setelah saling bertukar nomor ponsel Diandra berpamitan pulang pada Roy. Ia harus menjemput anak-anaknya dari sekolah.
Andre dan Selvia jalan-jalan di Singapura. Mereka selalu bermesraan di manapun tempat mereka berada. Tanpa mereka sadari kalau ada orang lain yang mengawasi semua yang mereka lakukan. Di bantu Roy, Diandra mendapatkan seseorang yang bisa di bayar untuk mengikuti semua gerak-gerik suaminya. Mengabadikannya melalui ponsel dan mereka kemesraan mereka.
*****
