4. Kakimu pendek sih, pasti jarang olahraga
Nino & Friends adalah toko yang pertama kali mereka datangi. Toko ini terletak di daerah Salizada San Lio, 5576. Begitu tiba, mereka disambut oleh air mancur cokelat cair di jendela toko, menarik perhatian siapa pun yang lewat.
"Wah, keren!" seru Freya dengan mata berbinar. Ia menatap air mancur cokelat itu seperti anak kecil di depan etalase mainan, beberapa kali meneguk salivanya.
"Ayo masuk," ajak Aideen sambil membuka pintu toko. Freya mengikutinya dengan langkah antusias.
Begitu mereka masuk, aroma biji kopi dan cokelat memenuhi udara, memanjakan indera penciuman mereka. Seorang staf toko wanita dengan nampan berisi sampel kue dan cokelat menyapa mereka. Tepatnya, menyapa Aideen saja. Tatapan staf itu jelas tertuju hanya kepada pria di samping Freya, mengabaikan keberadaannya sepenuhnya.
Freya hanya bisa memutar bola matanya. ”Kenapa sih semua mata selalu tertuju ke dia?” pikirnya kesal. Ia mencoba menahan diri agar tidak memasang wajah cemberut.
Aideen, yang memperhatikan perubahan ekspresi Freya, hampir tertawa. Namun, ia menahan diri dan memasang wajah datarnya seperti biasa, kali ini ditujukan untuk staf toko.
"Nih, coba," kata Aideen sambil menyerahkan sampel cokelat dari nampan kepada Freya.
Freya menggeleng lemah. "Aku mau, tapi kalau nggak beli nanti nggak enak. Takut diusir dari toko," ucapnya dengan nada lirih. Padahal, dirinya sudah sangat tergoda.
"Kalau begitu, beli saja," sahut Aideen santai sambil menyuapkan cokelat itu ke mulut Freya. Entah dorongan dari mana Aideen dengan tiba-tiba berlaku seperti itu, jauh dari seorang Aideen biasanya.
Freya sempat menolak, tetapi niat itu sirna begitu ia menerima tatapan tajam dari Aideen. "Ya Tuhan, serem banget, kayak mata mafia," pikirnya sambil mengunyah cokelat yang terasa luar biasa enak.
"Mahal nggak?" tanyanya dengan mulut penuh cokelat.
Aideen hanya mengangkat bahu. Harga bukan sesuatu yang pernah ia pedulikan. "Itu kan sampel, memang untuk dicoba. Sampel gratis," jelasnya.
Freya mengangguk kecil sambil menghabiskan sisa cokelat di mulutnya. Ia memutuskan untuk melihat-lihat barang di toko tersebut, berharap ada sesuatu yang sesuai dengan anggarannya.
Ia berkeliling toko, memeriksa harga setiap barang dengan teliti. "Ah, ini sepertinya enak," gumamnya sambil memegang sebuah kotak cokelat. "Tapi harganya nggak enak," tambahnya, mengembalikan kotak itu ke tempat asalnya.
Setelah 15 menit, Freya akhirnya memilih sekotak cokelat dan sekantong kopi dengan harga masing-masing 10 Euro. "Ini sudah cukup," pikirnya, mencoba menghibur diri.
Aideen, di sisi lain, dengan santai membeli lima kotak cokelat besar tanpa banyak berpikir. Freya hanya meliriknya sekilas sambil menggeleng pelan. "Itu cokelat yang kuinginkan tadi. Tapi harganya nggak lucu!" gumamnya dalam hati.
Mereka meninggalkan toko saat hari mulai gelap. Perjalanan dari kafe tadi ke toko cukup jauh, ditambah berkeliling di dalam toko, membuat kaki Freya terasa pegal. Ia harus berjalan cepat untuk menyeimbangi langkah lebar Aideen.
"Ah, dia tinggi sekali sih. Langkahnya susah kuikuti," gerutunya dalam hati.
Akhirnya, rasa lelah itu tak tertahankan. "A-Aideen," panggil Freya setengah berteriak, menghentikan langkahnya dan berjongkok untuk mengatur napas.
Aideen menoleh, melihat Freya yang terhenti di belakang. Dengan dahi berkerut, ia menghampiri gadis itu. "Kenapa?" tanyanya datar.
"Maaf, aku lelah. Kakiku pegal," jelas Freya sambil mendongak, memasang puppy eyes. "Bolehkah kita istirahat sebentar?"
"Kakimu pendek sih, pasti jarang olahraga," ujar Aideen dengan nada datar. Freya hanya bisa menekuk wajah, enggan membalas ucapannya.
Aideen menunjuk sebuah restoran di dekat mereka. "Kita istirahat di sana saja," katanya sebelum melangkah meninggalkan Freya.
Freya menghela napas kasar. "Untung ganteng. Kalau nggak, sudah aku lempar ke kanal," gerutunya sambil mengejar Aideen dengan langkah terseok-seok. Mereka akhirnya tiba di restoran bernama Ristorante Antica Sacrestia.
Aideen sudah duduk di meja sudut ketika Freya masuk. "Lelet," sindirnya dengan nada dingin. Freya memutar bola matanya malas.
Seorang pelayan datang membawa buku menu. Namun, sebelum Freya sempat membuka mulut, Aideen sudah memesan, "Dua Full Course Dinner Menu."
Freya menatapnya dengan dahi berkerut. "Full course? Itu pasti mahal, Aideen! Aku nggak punya cukup uang. Jangan sampai aku harus mencuci piring," gerutunya.
"Bisa nggak berhenti bicara soal mahal, budget, atau nggak ada uang? Nikmati saja. Saya yang bayar," potong Aideen tegas.
Freya hendak membalas, tetapi tatapan tajam Aideen membuatnya bungkam. Ia menyerah. "Baiklah," katanya, menghela napas panjang.
Makanan mulai datang satu per satu, dan Freya menyantapnya dengan lahap. Perutnya yang lapar membuat semua makanan terasa luar biasa. Aideen, yang memperhatikan cara makannya, hanya mengernyitkan dahi.
"Aideen, bolehkah aku bertanya?" tanya Freya di tengah makan.
"Apa?"
"Bukankah kamu bilang nggak suka makanan manis? Boleh nggak cake cokelatnya untukku?" tanyanya dengan raut memelas.
Aideen mengangguk. "Ambil saja."
Freya langsung menyambar cake itu dengan senyum lebar dan mulai menikmatinya. "Enak banget," katanya dengan penuh semangat.
Aideen mengamati Freya dengan rasa penasaran. "Biasanya gadis-gadis menjaga pola makan untuk menjaga bentuk tubuh mereka. Tapi kamu beda," ujarnya sambil menunjuk piring-piring kosong di depan Freya.
Freya menelan makanannya sebelum menjawab, "Aideen, tahukah kamu? PBB mencatat lebih dari 821 juta orang menderita kelaparan di dunia. Masa aku harus membuang makanan? Lagipula, koki sudah menyiapkannya untuk kita. Mubazir kalau nggak dimakan."
Aideen hanya mengangguk, terkesan dengan penjelasan sederhana Freya. "Kalau begitu, kenapa tidak menyumbang untuk mereka?"
"Aku dan Mom sering menyumbang ke panti asuhan di daerah kami," jawab Freya. "Nggak besar, tapi kami selalu mencoba membantu."
Aideen tersenyum tipis. Gadis ini memang berbeda dari siapa pun yang pernah ia temui. Cara berpikirnya sederhana, blak-blakan, dan penuh kehangatan. Tanpa ia sadari, keberadaan Freya sedikit mengisi ruang kosong dalam hatinya.
-To Be continue-
