Bab 14
Datan baru saja sampai di rumahnya, setelah pulang dari bengkel Leon. Di ruang keluarga, terlihat sang mommy, dad dan Pretty tengah berbincang-bincang dan bersantai karena ini akhir pekan.
"ck, si Watis masih ada disini. Ngapain sih dia" gumam Datan dan segera memakai kacamata hitamnya. "assalamu'alaikum" sapa Datan
"Wa'alaikumsalam" jawab ketiganya serempak.
"Datan, tumben sekali kamu pakai kacamata di dalam rumah" ujar Chacha saat Datan sudah berada di antara mereka.
"Lagi bintitan mom" jawab Datan santai
"Memang kamu habis ngintipin siapa, Datan? Pasti ngintipin si conel berendam yah makanya tuh mata bintitan" ujar Okta
"Gak ngintipin siapa-siapa dad, Datan bukan daddy" celetuk Datan membuat Okta mencibir.
"Mana coba mommy lihat mata kamu" Chacha hendak menarik kacamata Datan tetapi di tahan Datan. "Takutnya kena sengatan binatang."
"No mom,, this danger !!" pekik Datan membuat Chacha mengernyitkan dahinya bingung.
"Apanya yang bahaya, little Crocodile?" Tanya Okta yang juga bingung
"Datan harus siaga 1 dad, sebelum bahaya itu datang. keep guard of danger, dad" jawab Datan. "istilahnya itu harus sedia payung sebelum hujan" jawab Datan penuh keyakinan membuat semua orang kebingungan.
"Mommy gak paham, Datan" ujar Chacha bingung begitupun dengan Pretty dan Okta.
"Nela, anak kamu semalam di kasih makan apa sih? gak ketuker kan sama makanannya si conel?" Tanya Okta membuat Pretty terkikik.
"Daddy jahat banget, memangnya Datan sumanto. Yang ada juga anaknya sumanto, kan sumantonya daddy" kekeh Datan
"Dasar anak buaya" cibir Okta sebal
Pretty merasa sangat terhibur tinggal di rumah ini. keluarga yang penuh kasih sayang, dan canda tawa. Pretty merasa sangat nyaman berada di tengah-tengah keluarga seperti ini.
"Sudah-sudah, sekarang ayo kita makan siang bersama." Ucap Chacha seraya beranjak.
"Aku bantu yah tante" ujar Pretty yang di angguki Chacha.
Kaki Pretty tersandung permadani di hadapannya membuat tubuhnya oleng dan seketika tubuhnya terjatuh dan tepat sekali menimpa tubuh Datan yang duduk di sofa single.
Duk
Pretty berada di pelukan Datan, membuat keduanya mematung.
Deg
Deg
Deg
Detak jantung Datan berpacu dengan cepat, dan Datanpun merasakan gelenyar aneh dalam tubuhnya.
Brak
"Aduh" pekik Pretty mengusap pantatnya karena Datan mendorong tubuh Pretty dari atas tubuhnya saat perasaan aneh menghinggapi hatinya.
"Datan, kenapa kamu kasar sekali" pekik Chacha membantu Pretty terbangun.
Datan mendadak salting dan berlalu pergi tanpa mengatakan sesuatu lagi. "dasar anak itu, kamu gak apa-apa kan Prit?" Tanya Chacha
"Tidak tante, aku tidak apa-apa" ucap Pretty. Okta hanya terdiam dan menerka-nerka kelakuan anak semata wayangnya.
Di dalam kamar Datan uring-uringan tidak jelas. "Sebenarnya si Watis itu punya apa sih? Apa semacam kekuatan super hero yang bisa menyengat? Apa dia salah satu keturunan dari dewa Zeus sang dewa petir makanya bisa nyengat-nyengat tiap bersentuhan." gumam Datan melantur. "Mungkin dulu Zeus menitipkannya ke tante Dewi dan om Edwin. Lagian aneh kan, kenapa dia bisa buat jantung gue marathon dan darah gue berdesir bikin merinding. Hati gue sudah kayak di sengat-sengat sama percikan petirnya. Malah lebih menegangkan dari pada saat berhadapan dengan bu Fitri dosen killer itu." Gerutu Datan.
"Ini tidak bisa di biarkan begitu saja, aku harus lakukan sesuatu. Ini bahaya" gumam Datan. "gue bener-bener harus siaga tingkat menara sekarang" gumam Datan. "Dia kagak hipnotis gue, eh malah buat gue merinding erotis. Lembut-lembut mematikan gelenyar anehnya" gumam Datan tidak karuan.
"Datannnn,, ayo makan" teriak Chacha
"Sang nenek lampir sudah memanggil. Ayolah Datan, lupakan Watis itu dan sekarang pikirkan nasib lambung di perutmu yang sudah merintih memintah jatahnya" gumam Datan. "Yes mom" teriak Datan seraya beranjak keluar kamar.
"Ayo makan, Pretty masak banyak untuk kita" ucap Chacha saat Datan sampai di meja makan. Datan duduk di kursinya, Pretty terlihat masih menata makanan di atas meja.
"Mata kamu terlihat baik-baik saja, son" Tanya Okta karena saat ini Datan tak memakai kacamatanya.
"Ya sudah sembuh barusan." Jawabnya dengan santai
"Kamu bohong yah?" Tanya Chacha.
"Nggak kok mom, Datan beneran sakit mata karena di hipnotis seseorang." Ucap Datan
"Di hipnotis? Maksudmu?" Tanya Okta tak paham
"Sudahlah, aku sudah lapar. Yang penting Datan kembali handsome." Ucap Datan cuek, Okta dan Chacha akhinya mengalah dan tak bertanya lagi.
"Love"
"Mom"
Datan maupun Okta bersamaan menyodorkan piring mereka ke arah Chacha membuat Pretty dan Chacha terdiam. "Kebiasaan" cibir Chacha
"Diem kamu bocah, jangan ganggu istri daddy. Kamu ambil makan sendiri" ujar Okta menjauhkan tangan Datan yang memegang piring.
"Tidak dad, daddy yang harusnya mengalah. Daddy sudah tua juga, masih so manja manja sama nenek lampir" ujar Datan
"Tidak, kamu yang harusnya ambil sendiri" ujar Okta
"Sudah sudah,, ya tuhan. Bapak sama anak ini kapan akurnya???" keluh Chacha menggelengkan kepalanya. " Prit, tolong ambilkan makanan untuk Datan yah" ujar Chacha seraya mengambil piring Okta.
"Mom!!" protes Datan
"Kasihan deh anaknya buaya" ledek Okta terkekeh.
"Sudah Datan, makanlah jangan banyak protes" ucap Chacha.
Pretty mengambil piring milik Datan, membuat Datan segera memalingkan wajahnya karena saat ini dia sedang tidak memakai kaca matanya. "Datan kamu mau pakai apa?" Tanya Pretty
"Apa saja" jawab Datan masih melihat ke arah lain. Pretty yang sebenarnya merasa heran hanya bisa berusaha cuek saja dan mengambilkan makanan untuk Datan.
"Ini" Pretty menyimpan piring di hadapan Datan yang masih memalingkan wajahnya.
"Makasih, balik lagi sana duduk" ucap Datan dan Pretty pun menuruti. "Kenapa sayuran semua???" pekik Datan membuat Chacha dan Okta menghentikan acara makannya.
"Mbak pikir aku ini kambing? Di kasih vegetarian kayak gini?" ucap Datan kesal
"Maaf Datan, aku gak tau kalau kamu gak suka sayuran. Kan kamu sendiri yang tadi bilang apa saja. Ya aku masukin saja semuanya" jawab Pretty dengan polos
"Ya tuhan,, aku gak mau makan ini" ucap Datan menjauhkan piringnya.
"Heh little crocodile jangan banyak protes. Ayo cepet makan, apa susahnya ngambil makanan sendiri" ucap Okta
Datan hanya manyun saja. 'sialan,, si watis ini bener-bener buat gue jadi absurd. Dia sengaja kali yah mau balas dendam sama gue' batin Datan.
Sesekali Datan mencuri pandang ke Pretty yang tengah menikmati makanannya dan dengan seketika memalingkan wajahnya kembali. Kejadian itu kembali terulang, Datan menatap leher Pretty yang terlihat menggiurkan saat dia menelan makanannya.
"Datan"
Prank
"eh." Datan tersentak kaget mendengar teguran itu, sampai gelas di sampingnya tersenggol dan jatuh ke lantai hingga pecah. Semua mata tertuju padanya,
"Ada apa, son?" Tanya Okta yang melihat gerak gerik Datan yang tak baik-baik saja.
"Tidak apa-apa, dad." Datan hendak membersihkan pecahan gelas itu.
"Biar aku saja." Pretty segera mengambil alat pembersih dan membantu Datan memunguti pecahan gelas itu.
'Ada apa denganku? Ya tuhan, virus apa yang di sebarkan mbak Pretty.' Batinnya.
***
