Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 4

Melly keluar dari mobil Austin. Pria itu masih di dalam mobil dan mengambil tas miliknya sebelum keluar.

Beberapa orang langsung menatap mereka karena keluar bersama dari mobil. Semua tatapan terarah pada mereka

Melly tentu saja malu bukan main. Berbeda dengan Austin yang terlihat biasa saja dan tidak terganggu sama sekali.

Melly ingin beranjak pergi tetapi sebuah cekalan terasa di tangannya. Melly mendongak menatap Austin yang tingginya tentu saja jauh di atasnya

"Kau tidak berterima kasih padaku" ucap Austin dan Melly menghela napas pelan.

"Terima kasih. Aku harus segera ke kelas" ucap Melly tetapi Austin sama sekali tak melepaskannya.

"Kau malu terlihat denganku?" Ucap Austin dengan senyum gelinya.

Sialan pria ini! Siapa yang malu jika jalan dengan pria tampan seperti Austin. Hanya saja Melly tidak terbiasa di pandangi oleh semua orang.

Bahkan hobby Melly adalah menekuni beberapa mata pelajaran yang mungkin akan bermanfaat kemudian hari

Melly harus benar-benar rajin untuk mendapatkan beasiswa sekolah kedokteran. Bukannya menjadi pusat perhatian seperti ini.

"Aku tidak malu, hanya saja aku harus menemui salah satu guru. Kau bukannya juga harus ikut ujian ?" Ucap Melly

Kedekatan mereka sudah berlangsung selama seminggu ini. Austin menjelma menjadi pria yang sering kali mengiriminya pesan

Tetapi Melly tidak merasa terganggu. Bagaimanapun Austin bisa membuktikan jika pria itu tulus dan pria itu sudah membantunya.

Jadi sepantasnya jika Melly tidak terlalu ketus dengan Austin. Lagian Austin sama sekali tidak menunjukkan niatan buruk padanya.

Pria itu baik.

Jadi tidak masalah bukan jika Melly merasa dekat dengan Austin. Hanya saja Melly tidak terlalu ingin terlihat jelas di depan semua orang

Hari ini pun adalah pertama kalinya mereka berangkat bersama. Semua ini karena Austin dengan gaya memaksanya membawa Melly untuk datang bersama mobilnya.

"Baiklah. Kau mau pulang denganku ?" Ucap Austin dan Melly mengibaskan tangannya

"Lihat nanti. Bye Austin" ucap Melly dengan melangkahkan kakinya menjauh.

Mengabaikan Austin yang bersandar di mobilnya dengan senyum kecilnya. Senyuman kecil yang membuat beberapa orang di sekitar parkiran bersorak senang.

Austin hampir merasa gila hanya karena Melly. Bagaimanapun perempuan itu berhasil memporak-porandakan hatinya.

Untuk pertama kalinya Austin mengakui jika dirinya jatuh cinta terhadap adik kelas galaknya itu.

Melly adalah tipikal perempuan cuek bebek yang terus mengabaikannya. Tetapi akhir-akhir ini Melly berusaha menanggapinya walaupun sedikit dengan terpaksa.

Senyuman geli muncul di bibir Austin lagi ketika mengingat tingkahnya akhir-akhir ini. Benar-benar berbeda dengan kebiasaan sebelumnya.

"Hm... Anak mafia bisa berbunga-bunga dong" ucap seseorang yang sudah di ketahui Austin siapa itu.

Stev dan George datang di sampingnya. Mereka berdua menepuk pundak Austin sambil menatap Melly yang mulai menghilang di tikungan.

"Anak mafia juga manusia kali" ucap George yang membuat Austin tertawa mendengarnya.

"Rencana berhasil ?" Tanya Stev yang membuat Austin mengangguk kecil.

"Berhasil. Hanya saja kau harus memberikan pelajaran pada suruhanmu" ucap Austin dan wajah Stev langsung terlihat bingung.

"Kenapa ?"

Austin menggeram pelan mengingat kejadian seminggu yang lalu. Suruhan Stev benar-benar kurang ajar. Niat Austin adalah mengganggu Melly adalah dengan menjahilinya untuk beberapa kali

Bukan berniat memperkosanya. Jika saja Austin tidak memantau Melly siap saat. Mungkin saja Melly akan mengalami trauma berat.

Sialan! Mengingatnya saja Austin merasa sangat marah. Bagaimana bisa mereka berpikiran akan melakukan hal itu.

"Dia hampir saja memperkosa Melly. Kau yang menyuruhnya ?"

"Hey! Tentu saja tidak. Mereka hanya kusuruh mengganggunya" ucap Stev panik dan Austin mengedikkan bahunya melangkah pergi

"Beri pelajaran dia"

*-*-*

"Kau benar-benar dekat dengan Austin ? Astaga menyenangkan sekali" ucap Sheila dengan menoel-noel lengan Melly.

Beberapa orang menatap mereka dan Melly merasa sangat terganggu karena dirinya tau yang di tatap mereka adalah Melly bukanlah Sheila.

Berita tentang dirinya dan Austin terdengar. Melly baru menyadarinya sekarang jika pria itu benar-benar terkenal oleh semua orang di sekolah ini.

Melly baru menyadari jika dirinya memang seperti manusia goa yang baru saja keluar.

"Kami hanya berteman" ucap Melly santai dengan mengeluarkan bukunya.

"Kau tidak memiliki perasaan padanya ?" Ucapan Sheila membuatnya terdiam.

Melly termenung mendengarkan penuturan Sheila. Apakah dirinya memiliki perasaan pada Austin

Entahlah Melly sendiri juga tidak bisa menggambarkan. Austin tentu saja idamannya hanya saja pria itu sangat jauh di gapai.

Apalagi pria itu memang dari kalangan kelas atas yang diketahuinya sangat sulit di dekati. Dengan tipikal playboynya tentu saja Melly tidak akan bisa bertahan

Melly sangat membenci sebuah penghianatan ataupun apapun itu. Kedua orang tuanya bercerai dan mereka berdua hidup terpisah.

Semua itu dikarenakan perselingkuhan Ayahnya beberapa tahun yang lalu. Alhasil keluarga mereka terpecah belah.

Kakak laki-lakinya memutuskan untuk tinggal di luar negeri dan meninggalkannya sendiri. Tetapi kakaknya itu menanggung hidupnya selama ini.

Dirinya bisa sekolahpun dikarenakan kakaknya yang membiayainya. Kedua orang tuanya sudah lepas tangan terhadap Melly ataupun kakaknya.

"Dia orang yang baik. Hanya itu yang bisa kujawab saat ini" ucap Melly dan Sheila tertawa.

"Mantap betul. Sekali tangkep Austin yang didapet" Ucap Sheila lagi sambil menoel-noelnya.

Bel tanda pulang sekolah pun terdengar. Beberapa orang langsung bersorak senang dan menghela napas lega.

Melly memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Semua orang mulai beranjak pergi dari tempatnya masing-masing.

Sedangkan Melly masih santai memasukkan bukunya. Hingga sebuah senggolan membuat Melly menoleh dan menemukan Sheila yang menunjuk arah pintu kelas.

Melly menoleh kearah pintu dan menemukan Austin berdiri di sana dengan senyuman kecilnya. Melly menghela napas pelan

Tentu saja beberapa orang terlihat di belakang Austin. Beberapa penggemar pria itu. Melly tidak suka menjadi pusat perhatian dan Austin adalah pusat perhatian.

Kenapa Tuhan memilihkan takdir seperti ini

"Di jemput pangeran" ucap Sheila dan Melly memutar matanya.

"Pangeran apaan coba"

Melly melangkah mendekati pintu kelas dan Austin semakin tersenyum melihatnya.

"Aku pulang dengan Sheila" putus Melly dan terlihat Austin tidak suka dengan kata-katanya.

Tetapi ekspresi itu langsung berubah dengan senyuman kecilnya. Melly sedikit kaget dengan perubahan suasana hati pria di depannya ini yang terkesan cepat.

"Baiklah, aku tidak akan memaksa. Tapi bisakah kau menghadiri acara kelulusanku ?" Ucap Austin yang membuat Melly teringat acara kelulusan

Ya sebentar lagi pria ini akan pergi dari sekolah ini. Ada sedikit rasa tidak suka ketika mendengarnya.

Tetapi pikiran Melly saat ini berpihak dengan perasaan senangnya. Ya senang karena tidak akan ada yang menganggunya lagi.

Tetapi entahlah, Melly kesal sendiri dengan pikirannya.

"Aku akan datang" ucap Melly akhirnya dan senyuman Austin semakin lebar.

"Baiklah, kau bisa datang ke rumahku okay"

Austin pergi meninggalkan kelasnya dan Melly hanya diam memandang punggung pria itu.

"Kurasa Austin menyukaimu" ucapan Sheila semakin membuatnya terdiam.

Apakah dia menyukaiku ?

Atau

Melly yang akan menyukainya ?

*-*-*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel