Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 3

*Flashback

"Terima kasih" ucap Melly dengan mendorong Austin untuk menjauh.

Austin hanya diam saja melepaskan Melly yang menatapnya dengan ragu-ragu. Tetapi dapat terlihat dengan jelas jika Melly terlihat kesal padanya.

Perempuan ini benar-benar galak. Austin tau hal itu karena selama beberapa bulan ini Austin benar-benar memantau Melly.

Dari segala sisi. Perempuan ini memiliki daya tarik yang tidak bisa digambarkan oleh Austin sendiri.

Sebelumnya Austin tidak pernah merasa setertarik ini dengan perempuan. Tetapi ketika melihat Melly untuk pertama kalinya di kamar mandi.

Austin jadi mengakui jika perempuan ini memang memiliki daya tarik yang spesial. Daya tarik yang tidak bisa ditampik oleh Austin.

Beberapa bulan lagi Austin akan lulus dari sekolah dan setelah itu tidak akan ada kata bermain setelah ini.

Dirinya harus fokus dengan apa yang diambilnya. Austin berencana untuk bergabung bersama Daddy-nya.

Axton saudaranya jelas-jelas tidak berminat untuk bergabung dengan ayah mereka. Lain halnya dengan Austin yang sangat antusias dengan segala hal tentang dunia malam.

Setidaknya Austin ingin menuntaskan rasa keinginan tauannya terhadap Melly. Sebelum Austin benar-benar harus fokus dengan dunia barunya.

"Kau takut terhadapku ?" Ucap Austin dan Melly terlihat mengernyitkan keningnya

"Tidak! Siapa yang mengatakan aku takut padamu" ucap Melly dengan berusaha terlihat angkuh.

Austin yang melihatnya mau tidak mau menampilkan senyum gelinya. Perempuan ini sangat berbeda.

Semua perempuan ingin di dekati olehnya. Bahkan berharap bisa di rangkul oleh Austin tapi perempuan ini malah menjauhinya dan terlihat terganggu dengan rangkulannya tadi.

"Mellyta, kau sungguh menarik. Kurasakan kau benar-benar cocok jika menjadi temanku"

Untuk saat ini

"Teman ? Kau dengar sendiri aku tidak ingin berteman dengan orang lain. Maaf tapi aku benar-benar tidak mau" Ucap Melly dan Austin tersenyum mendengarnya.

"Aku serius tadi jika kau menjadi temanku. Tidak akan ada yang berani mengganggumu. Kau akan aman"

"Kurasa tidak perlu, aku tidak mengganggu orang lain jadi tentu saja mereka tidak akan menggangguku" ucap Melly.

Austin menatap wajah bulat menggemaskan milik Melly. Perempuan ini benar-benar cantik dengan mata kecoklatan yang dimilikinya.

Dari jarak sedekat ini Austin tentu saja bisa mengamati wajah Melly secara leluasa. Satu hal yang diketahui Austin saat ini. Melly adalah gadis Naif.

Ya satu kata yang bisa menggambarkan sosok Melly. Austin mengangkat tangannya seakan menyerah mendengar ucapan Melly

"Baiklah. Aku tidak akan mengganggumu" ucap Austin dan membalikkan badannya

Melly yang melihat kepergian Austin benar-benar bimbang. Melly sendiri tidak tau perasaan apa yang sedang dirasakannya saat ini.

Ketika Austin pergi Melly memiliki rasa bersalah pada pria itu. Tetapi entahlah, Melly juga mengatakan hal yang sama terhadap Jhonny.

Aish entahlah! Melly tidak mau memikirkan hal itu yang terpenting saat ini adalah dirinya kembali ke kelas karena bel masuk sudah terdengar.

Ketika Melly beranjak pergi. Perempuan itu tidak mengetahui jika Austin berdiri di ujung lorong dengan dua orang yang merupakan temannya.

Dua orang yang tanpa disadari Melly juga melihat kejadian tadi. Mereka semua tau jika Austin tertarik pada perempuan itu sejak beberapa bulan lalu.

Stev dan George

"Ku tak percaya kau benar-benar tertarik dengan gadis kecil itu" celetuk Stev yang membuat Austin yang sedang menarik Melly dari jarak jauh meliriknya.

"Nggak perlu banyak omong. Kurasa aku membutuhkan bantuanmu" ucap Austin yang sukses membuat Stev serta George saling pandang.

"Ganggu Melly dengan beberapa temanmu. Jangan berlebihan, aku hanya ingin perempuan itu mau menjadi temanku. Ya setidaknya teman" ucap Austin yang membuat Stev terkekeh.

"Kau becanda ? Hanya seorang teman bagi Austin ckck"

Austin menatap Stev dan tersenyum lembut. Austin tau jika dirinya gila tetapi Austin benar-benar ingin mengejar Melly.

Setidaknya sampai dirinya bosan

"Awalan adalah teman, kau tidak perlu tau selanjutnya"

*-*-*

"Cantik hey cantik" sapa seseorang yang membuat Melly mengernyitkan keningnya.

Tetapi Melly berusaha tetap berjalan tanpa mengabaikan panggilan itu ataupun menoleh.

Saat ini jam pulang sekolah dan menyisakan beberapa orang saja di sini. Sedangkan Melly baru saja menyelesaikan kegiatan organisasinya.

Alhasil Melly pulang lebih sore daripada biasanya. Ketika ingin bergegas pergi tiba-tiba tasnya ada yang memeganginya.

"Kau siapa sih!" Ucap Melly galak dan ternyata ada tiga orang pria yang menghadangnya.

"Kami hanya ingin berkenalan. Kau galak sekali" ucap salah satu pria dengan pakaian yang sama seperti yang dikenakan Melly.

Tiga pria ini adalah kakak kelasnya. Mereka terkenal sedikit mengerikan atau bahkan sangat mengerikan.

Dengar cerita mereka pernah membully murid lain sampai pindah sekolah. Bisa dikatakan mereka adalah biang kerok sekolah.

Sial sekali Melly harus bertemu dengan mereka.

"Aku tidak ingin berkenalan dengan kalian" jawab Melly acuh dan ingin membalikkan badannya.

Tetapi mereka dengan cepat langsung menghadang langkahnya. Melly menatap sekitar dengan ketakutan.

Sialan!

"Jangan macam-macam atau aku akan berteriak" ancam Melly dan bukannya ketakutan pria itu malah tersenyum senang.

Melly berteriak sekuat tenaga ketika salah satu pria di sana menggendongnya dan membawanya ke salah satu gudang belakang.

Melly berusaha memberontak tetapi tentu saja tenaga pria itu lebih besar darinya. Bahkan saat ini tangan pria itu sudah meraba pahanya sambil menggendongnya.

"Brengsek!" Teriak Melly tetapi malah di balas oleh tawa mereka.

Tubuh Melly di jatuhkan di gudang belakang dan tangannya terbentur cukup keras. Sepertinya tangannya akan memar nantinya. Melly yang merasa terancampun langsung memundurkan tubuhnya.

"Aku tidak mengganggumu, jadi seharusnya kau tak menggangguku" ucap Melly dan salah satu dari mereka tertawa keras.

"Kau benar-benar naif, Mellyta. Tapi kau tenang saja, kami hanya mengajakmu bersenang-senang. Tidak perlu khawatir" ucap pria itu dan Melly berusaha untuk berdiri.

Berpikir jika dirinya bisa melarikan diri.

Tetapi sebuah tangan menarik kakinya dan membuatnya terjerembab lagi. Tubuhnya benar-benar sakit karena benturan yang sangat keras.

Salah satu di antara mereka menindihi tubuhnya dan Melly sudah menangis merasakan sakit sekaligus ketakutan yang benar-benar dirasakannya saat ini.

"Kau benar-benar cantik. Sayang sekali kau untuk kami" ucap pria itu yang membuat Melly semakin menangis.

"Kumohon..." Bisik Melly dan sebuah usapan di pipinya pun terasa.

"Tak perlu menangis. Kau hanya perlu merasa senang saja saat ini" ucapnya lagi di iringi dengan tawa beberapa temannya.

Suara ketukan di pintu membuat mereka semua menoleh. Di sana seorang pria terlihat tengah bersandar santai.

"Kurasa aku mendengar suara gadis malang" ucap pria itu yang dikenalinya sebagai Austin.

Melly menangis menatap pria itu. Ya harapan timbul di hatinya. Harapan jika pria itu akan menolongnya.

Walaupun masih ada kemungkinan jika pria itu akan bergabung bersama pria brengsek ini. Bagaimanapun Melly tau sendiri jika pria itu pernah bermain di toilet.

"Austin" gumam laki-laki di atasnya saat ini sebelum beranjak dari atas tubuhnya

Melly langsung berusaha duduk dan menarik roknya untuk turun. Menangis dan berusaha menghindar ke sudut ruangan ini

"Kurasa kau pernah mendengar jika perempuan ini adalah temanku. Kurasa kalian seharusnya tidak mengganggunya" ucap Austin dan Melly dapat melihat mereka ketakutan.

"Tapi kami..." Suara mereka tersela oleh suara Austin.

"Aku tak peduli alasanmu. Kau aman jika kau pergi sekarang" ucap Austin dengan wajah dinginnya.

Austin terlihat benar-benar marah saat ini. Melly dapat melihat jika pria itu terlihat marah tetapi hanya saja seolah-olah menahannya.

Mereka bertiga saling pandang sebelum beranjak keluar dari tempat ini. Dari jarak jauh Melly mendengar suara bisikan.

Tidak terlalu jelas tetapi masih dapat di dengarnya. Tetapi Melly sendiri juga tidak tau itu suara siapa.

"Perjanjiannya tidak sampai begini"

Melly menangis dengan menarik kedua lututnya. Seolah-olah untuk melindungi dirinya dari segala macam bahaya yang mungkin akan terjadi selanjutnya.

"Kau aman" ucap sebuah suara yang membuat Melly semakin menangis

Melly merasa takut sekaligus lega dengan semua ini. Hal itu yang membuatnya menangis semakin keras. Suara decakan terdengar dari atasnya.

"Lebih baik kau kuantar pulang. Jika kau terus berada di sini. Mungkin anak-anak lainnya akan datang lagi" ucap Austin yang membuat Melly mendongak.

Pria itu mengulurkan tangannya yang sejak tadi hanya di tatap oleh Melly. Austin terlihat menghela napas pelan.

"Kau bisa percaya padaku" tegas Austin lagi dan Melly mengangkat tangannya untuk menggenggam tangan Austin

Tanpa di sadari oleh Melly bahwa saat ini Austin terkejut dengan apa yang dirasakannya saat ini.

Sebuah getaran yang tak pernah dirasakannya sebelumnya.

*-*-*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel