Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 2

Melly merasa shock luar biasa ketika pria di depannya ini mengenalnya. Bahkan mengenal nama lengkapnya juga. Melly berusaha mengingat-ingat semua hal yang mungkin berkaitan dengan pria ini.

Wajahnya sangat asing untuk di ingat oleh Melly. Bahkan seingatnya Melly tidak memiliki teman setampan ini.

Sialan Melly! Jika dia memang temannya setampan ini seharusnya Melly tidak akan melupakannya.

Gassalo ?

Melly berusaha mengingat nama-nama temannya yang mungkin memiliki nama dengan kata itu.

Hanya satu! Ya hanya satu orang yang memiliki nama itu dan cukup di ingat Melly jika dirinya mengingat dengan teliti.

"Abilerdo!" Bisik Melly dan senyuman Austin makin melebar mendengarnya.

"Mengingatku, Baby Girl ?" Ucap Austin yang membuat Melly meneguk ludahnya

Sialan pria ini!

Ingatan Melly seketika dipaksa untuk mengulang apa yang berusaha di lupakannya beberapa tahun yang lalu

"Kau ini bagaimana sih. Di ajak kenalan kakak kelas kok kabur" ucap Sheila yang membuat Melly mendengus mendengarnya.

"Pria itu hanya ingin merayuku, dan aku bukan perempuan gampangan yang bisa di rayu" ucap Melly dengan melangkahkan kakinya memasuki toilet perempuan

Sheila yang merupakan sahabatnya sejak di bangku Senior High School ini pun mengikutinya. Saat ini mereka tengah berada di toilet.

Mereka baru saja ijin terhadap guru di kelas untuk ke toilet. Padahal Sheila-lah yang memaksanya untuk keluar.

Karena perempuan ini ingin protes karena Melly baru saja menolak kakak kelas mereka yang meminta bantuan pada Sheila untuk diperkenalkan pada Melly

Sedangkan Melly tidak suka dengan pria yang suka merayu sana sini. Jika memang benar-benar menyukainya tidak mungkin pria itu akan merayu anak kelas sebelah beberapa hari yang lalu

Pria memang brengsek!

"Kau mau sampai tua melajang hah ? Coba sesekali berpacaran" ucap Sheila dan Melly yang tengah mencuci tangannya hanya memutar matanya

"Hidup masih panjang. Banyak hal yang harus dicari bukan cuman cowok aja" sahut Melly lagi.

Sheila yang gemas sendiri jawabannya hanya mendengus dan melipat tangannya di dada. Tidak mau mendebatkan lagi.

Melly adalah perempuan yang kaku dan benar-benar tidak mau di dekati oleh semua pria. Sheila banyak sempat takut jika Melly merupakan salah satu geng pelangi

Tetapi Sheila harus cukup lega karena ternyata Melly pernah menyukai kakak kelasnya di Junior High School dulu.

Setidaknya hal itu menandakan jika Melly masih normal. Bukan penyuka sesama jenis.

Suara kunci terbuka membuat Melly dan Sheila saling berpandangan. Mereka kira jika di toilet ini hanya ada mereka berdua karena ini masih jam pelajaran.

Suara langkah kaki mendekat membuat Melly dan Sheila semakin takut saja. Hingga sosok laki-laki keluar dari salah satu bilik di belakang mereka.

Pria itu tengah membenarkan resletingnya dan menatap mereka dengan pandangan matanya dinginnya

Tanpa rasa malu sama sekali pria itu melenggang pergi ketika menatap Melly sekilas. Hingga kemudian dari bilik itu keluar sosok perempuan cantik dengan rambut berantakan.

Tanpa mengatakan apapun juga perempuan itu langsung pergi dan seperti sebelumnya. Perempuan itu terlihat tidak malu sama sekali bahkan sempat mengibaskan rambutnya.

Jalang.

Sheila dan Melly melototkan matanya melihat adegan itu. Mereka berdua cukup tau apa yang baru saja di lakukan oleh dua orang itu.

Tiba-tiba Melly menggelengkan kepalanya dan tertawa pelan.

Jika Melly dan Sheila adalah orang yang tukang mengadu tentu saja mereka berdua bisa saja mengadukannya.

Karena di sekolah ini Melly pernah mendengar jika tidak boleh melakukan hal-hal yang tidak diperbolehkan di sekolah ini atau kau memiliki akan mendapat sanksi.

Melly sendiri sangat menghindari hal itu karena dirinya tidak mau nama baiknya tercoreng. Melly harus mendapatkan beasiswa untuk sekolah kedokterannya.

Jangan Melly tidak mau mengorbankannya dengan bertindak tidak benar.

"Astaga Melly! Kau tau pria itu ? Sialan! Dia benar-benar pria brengsek rupanya tapi tampan" ucap Sheila sambil mendekati wastafel tempat Melly berdiri saat ini

"Aku tidak mengenalnya" Melly mengedikkan bahunya dan Sheila berdecak pelan.

"Itu Austin! Austin Ellard Gassalo. Kau tidak tau kakak kelas ter- charming itu ? Astaga kau manusia goa mana" omel Sheila dan Melly hanya diam membalikkan badannya.

Bersandar di wastafel dan menatap Sheila yang masih menggebu-gebu tentang pria tersebut.

Melly berusaha tak menampakkan jika dirinya sedikit penasaran. Melly tidak tau kenapa dirinya merasa aneh ketika pria itu menatapnya.

Ya hanya menatapnya sekilas dengan berlalu pergi. Tidak lebih! Tetapi tatapan itu benar-benar sangat berpengaruh terhadap dirinya.

Pria itu memiliki sesuatu yang entahlah. Melly sendiri sama sekali tak mengingatnya. Ini untuk pertama kalinya Melly bertemu dengan pria itu.

Sebelumnya tidak pernah

"Dengar-dengar Austin adalah anak konglomerat loh. Bahkan ayah kandungnya adalah bos mafia di Las Vegas kau pasti mengenalnya. Idamanlah pokoknya" ucap Sheila dengan senyuman bodohnya.

Melly terkekeh. Idaman dari mana. Pria itu jelas-jelas baru saja melakukan hal tak senonoh di dalam kamar mandi.

Melly kenal dengan perempuan itu. Dia merupakan kakak kelasnya di sebuah organisasi yang diikutinya. Memang Melly tau jika perempuan itu centil sana sini.

Baginya pria yang idaman adalah pria yang setia. Bukannya pria yang bisa tidur dengan perempuan di mana saja dan siapa saja.

Sialan! Pria itu benar-benar brengsek dan Sheila mangakuinya jika idaman. Cih idaman apaan.

"Idaman kok anak mafia. Idaman macam apa coba" ucap Melly sambil membalikkan badannya dan Sheila segera mengejarnya.

"Idaman tau! Namanya cowok nakal juga nggak apa. Kelihatan keren" sahut Sheila lagi.

"Kalau di nama yang pernah kubaca pria itu cocok banget dengan nama

Abilerdo" Sheila mengernyitkan keningnya dengan menatapnya.

Terkadang Melly memang unik daripada yang lainnya. Bahkan Melly adalah satu-satunya orang di kelas mereka yang memiliki cita-cita sebagai dokter.

Padahal semua temannya tidak ada yang minat untuk menjadi dokter. Apalagi dokter kandungan seperti yang diidam-idamkan Melly.

Melly terkenal sebagai perempuan yang kuper. Mellu senang sekali membawa buku ke sana kemari seakan-akan buku adalah temannya.

Jadi tidak heran jika Melly terkadang memiliki dunianya sendiri.

"Abilerdo, kek gambaran bangsawan saja menurutku. Kau mengatakan dia anak Mafia bukan" ucap Melly dan Sheila menghela napas.

"Kau ini ada-ada saja" ucap Sheila dengan melangkahkan kakinya menjauh.

Meninggalkan Melly yang berdiri tepat di depan lorong menuju toilet. Tatapan matanya menatap kearah sekeliling karena Melly merasa ada yang menatapnya.

Melly terdiam ketika menatap sosok pria yang berdiri di seberang taman pemisah gedung. Pria itu menatapnya dengan bersandar pada sebuah tiang gedung.

Tak lupa dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Melly mengerjapkan matanya beberapa kali tanpa bisa mengalihkan pandangan matanya.

Sebuah smirk muncul dari sudut bibir itu dan dapat terlihat jelas dari tempatnya berdiri saat ini.

Sebelum pria itu berbalik pergi dan berjalan ke arah kanan tanpa menoleh sama sekali.

Pria itu adalah pria yang baru di ketahui namanya

Austin Ellard Gassalo

*-*-*

Beberapa bulan kemudian

Melly mempercepat langkahnya untuk kembali ke arah kelas ketika tak sengaja bertemu dengan Austin.

Ia baru saja kembali dari perpustakaan untuk mengembalikan buku. Mau tidak mau harus melewati gedung kelas Austin berada.

Entah bagaimana pria itu seakan menjadi hantu kemanapun Melly akan pergi. Sejak mengetahui siapa pria itu dan ditatap dari seberang taman.

Austin seakan hantu yang terlihat dimanapun. Bahkan Melly berani bersumpah jika dirinya dulu tidak pernah melihat kakak kelasnya itu.

Belum lagi Jhonny benar-benar mengganggunya. Pria itu benar-benar mengejar-ejarnya. Padahal Melly sudah mengatakan jika Melly tidak berniat berkenalan dengan pria itu.

Melly sendiri juga sudah mengatakan pada Sheila untuk mengatakan pada kakak kelas kenalannya itu jika Melly sama sekali tak berminat.

Sheila juga mengatakan sudah menyampaikannya pada Jhonny. Tetapi pria itu mengatakan jika dirinya tidak akan lelah mengejar.

"Mellyta!" Teriak seseorang membuat Melly menolehkan kepalanya dan menemukan Jhonny melambaikan tangannya

Beberapa orang pria yang tengah duduk di lorong terlihat menoleh padanya. Begitupun Austin yang ternyata memang sejak tadi menatapnya.

Dengan cepat Melly berbalik ke arah kiri menuju lorong dan mempercepat langkahnya. Tetapi ternyata langkahnya tak kalah cepat dengan Jhonny.

Pria itu berhasil menangkap tangannya dan menghentikan langkahnya. Melly menarik diri dan menatap beberapa orang yang melirik mereka tidak minat.

"Hey! Kau menghindariku ?" Ucap Jhonny dan Melly tersenyum kaku.

"Aku tidak. Hanya saja jangan mengejarku seperti itu" ucap Melly dan Jhonny tersenyum.

Kakak kelasnya ini memang tidak jelek. Hanya saja pria ini menakutkan bagi Melly. Pria ini terlalu mengejarnya dan Melly sama sekali tidak pernah melakukan apapun yang bisa menarik perhatian pria ini.

Tetapi Jhonny benar-benar mengejarnya seperti mengejar maling. Tentu saja Melly takut!

"Kau kan tau aku hanya ingin berkenalan" ucap Jhonny dan Melly menggeleng tegas.

"Dengar, Jhonny. Aku tidak bermaksud tidak sopan. Hanya saja aku tidak bisa berteman sembarangan. Aku tidak terlalu suka memiliki banyak teman" ucap Melly dan Jhonny terkekeh.

"Akukan hanya sedang berusaha. Siapa tau kau mau" ucapnya lagi penuh dengan percaya diri.

Melly menatap sekitar yang mulai sepi. Beberapa orang seakan tiba-tiba menghilang satu persatu. Padahal saat ini Melly benar-benar membutuhkan bantuan.

Ingin sekali rasanya Melly menangis karena pria di depannya ini.

"Kau tidak buta, Jhon. Jelas terlihat dia tidak mau denganmu"

Sebuah suara membuat mereka menoleh dan menemukan Austin berdiri beberapa langkah dari mereka.

Melly melirik Jhonny yang ternyata sedikit terlihat takut ketika mengetahui jika pria itu adalah Austin.

Sedangkan Melly harap-harap cemas saat ini. Entah dirinya harus bersyukur atau tidak ketika Austinlah yang mau membantunya.

"Melly tidak mau denganmu dan kurasa Melly ini salah satu temanku. Dia ini gadis baik, tidak membocorkan perbuatanku jadi dia akan kuanggap temanku"

Austin dengan kurang ajarnya tiba-tiba berdiri di sampingnya dan merangkul pundak Melly dengan tenang.

"Kau tau peraturannya bukan. Jangan pernah mengganggu milikku"

Maksud ucapan Austin benar-benar langsung dipahami oleh Jhonny karena pria itu tiba-tiba langsung melangkahkan kakinya menjauh.

*-*-*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel