Bab 5 • Kejutan Yang Menyakitkan •
Sore itu Manis mengendari motor matik nya kembali kerumah. Dia telah memutuskan untuk mengambil cuti selama beberapa hari kedepan. Sesampai nya dihalaman rumah didapati nya sebuah mobil hitam yang sangat dikenali, namun ada sedikit penyok di bagian body nya.
Setelah memarkirkan motornya disamping teras. Dia menghampiri. Benar, itu adalah mobil suaminya, yang tewas beberapa minggu yang. lalu. Dia perhatikan lalu memutari nya pelan. Sampai ia kembali di bagian belakang mobil. Papa Yori menghampiri, ia juga baru pulang sore itu. Mama Rina yang keluar karena mendengar suara motor pun ikut menghampiri.
"Ini mobil Kevin kan ma?" tanya Manis sembari menujuk body besi didepan nya.
"Kenapa ada disini?" sambungnya lagi lirih
"Ini dari kepolisian, mereka mengirimnya kemari siang ini " jawab Mama Rina..
"Bukan kah Kevin kecelakaan? Kenapa masih utuh? " ucap Manis lagi.
"Dia.... tertabrak saat kembali dari membeli bunga.... " jawab Papa Yori menjelaskan, " Saat itu ia belum menaiki mobil jadi.... "
"Bunga? Untuk apa dia beli bunga.." ucap Manis kesal.
"Ini nggak akan terjadi kalau dia nggak beli bunga.." lulut Manis melemas, ia menutup wajah nya dengan kedua telapak tangannya, dan berlutut..
"Kenapa harus beli bunga... Kenapa... Kenapa Kevinn..." ia mulai terisak ada sesal didadanya, rasa sakit kian membuncah, merobek robek hatinya.
Papa Yori dan Mama Rina hanya menatap iba. Mama Rina pun turut terisak, dalam dekapan papa Yori. Dia tak mampu lagi membendung airmatanya.
Dari belakang,sepasang tangan dengan lembut menyemtuh lengan Manis , dan menuntunnya berdiri. Namun lutut Manis terlalu lemah untuk beranjak.
"Aku bantu kekamar kak.. " ucap sosok itu, yang tak lain adalah Daniel.
"Nggak seharusnya kamu disini . kamu baru pulang, dan kamu pasti kelelahan . " ucapnya lagi. lalu membopong Manis yang menenggelamkan wajahnya di dada Daniel , mereka masuk kedalam rumah, melangkah menaiki tangga, hingga sampai didepan kamar kakaknya. dibukanya pintu perlahan, memasukinya dan mendudukan Manis diatas tilam.
Daniel mulai beranjak pergi, menutup pintu kamar perlahan. dibiarkan nya Manis sendiri dikamar, agar ia bisa lebih leluasa menangis dan meluapkan perasaannya yang sempat tertahan selama beberapa hari terakhir sejak kematian Kevin. sementara didalam kamar Manis masih menangis, hingga ia tertidur.
20.20
Manis terbangun, matanya yang sembab membuatnya kesulitan membuka mata. ia lalu terduduk. dan mulai berjalan mendekati pintu. menuruni tangga dan menuju pintu depan.
Disisi lain, Daniel yang tengah merokok di balkon merasakan pergerakan kakaknya.. ia menoleh dan mulai mengikuti dari belakang.
Tepat didepannya sebuah kendaraan berwarna hitam yang terparkir dihalaman Manis berhenti,ia menyentuh bagian belakang kendaraan itu lalu membuka pintu bagaian belakang.. Bunga-bunga yang tampak layu dari berbagai jenis nan indah berhamburan, menyibak hingga tampak sekumpulan bunga mawar yang membentuk huruf.. Tertera sebuah kata berbahasa inggris:
" I LOVE U "
Begitulah kira kira bila dibaca.
Manis tersentak. Dia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan nya, menahan air mata untuk keluar. Dia mulai terisak.
Didepan tulisan itu, tampak sebuah bungkusan kotak kado dengan pita pink yang menghiasinya. Perlahan Manis mendekat dan menarik ujung pita itu. Terbukalah keempat sisi kotak tersebut, dan menyeruak bungkusan-bungkusan kecil coklat, permen dan biskuit. Manis kembali terisak,
"Huuuk huuuukkk.... Huuuuuu . "
Masih ada kotak tersisa didalamnya dengan pita diatasnya, kembali ia menarik pita, dan terbukalah ke-empat sisi kotak ke-dua, kembali tampak bungkusan coklat dan biskuit berhamburan yg ditengahnya masih ada sebuah kotak kecil lagi.
Perlahan Manis membuka tutup kotak kecil itu. tampak didalam nya sebuah cincin yang berkilauan. Kembali Manis terisak.
"Huukkhuuuukkk... Huuuukkk.. Huuuu."
Kali ini lebih kencang,, setelah ia sedikit lebih tenang,, ia mengambil cincin tersebut, ada ukiran nama nya dan Kevin dibagian dalam itu membuatnya kembali terisak. Perlahan disematkannya cincin itu dijari manisnya lalu menciumnya.
"Kevin.. Kenapa kau pergi begitu cepat." ucapnya lirih, airmatanya mengalir deras dipipi.
Daniel yang sedari tadi berdiri memperhatikan dari belakang, mulai melangkah mendekat. Dia sangat tau hati kakak iparnya yang bersedih. Air mata tak kan mampu jd pelipur laranya. Perlahan Daniel memeluk Manis dari belakang, mendekapnya erat.
"Everything's gonna be okey " bisiknya lembut." Aku akan menjagamu kak."
Mendengar itu membuat tangis Manis semakin menjadi.
Malam itu menjadi malam yang kelam bagi Manis, bila Kevin masih hidup, mungkin itu adalah sebuah kejutan yang manis untuknya.. Namun, kini Kevin telah tiada, ia hanya bisa menangis tanpa kata.
Pagi yang cerah, matahari bersinar menyibak kabut malam yg dingin. Sejak kematian Kevin, rumah itu terasa sepi. seolah hilang matahari dari bumi.
Manis tampak tengah memilah-milah sayuran untuk memasak sarapan pagi itu, bersama mbak Ida yang telah selesai menanak nasi dan menggoreng telur dadar. Mama Rina muncul dan mulai bergabung.
"Mau masak apa mbak Ida?" sapa mama Rina begitu ia memasuki dapur.
"Mau bikin sayur bayam sama dadar telur aja ini buk." jawab mbak Ida dengan senyum khas diwajahnya. yang dibalas senyuman oleh mama Rina.
"Kamu mau bikin apa nis? " tanya mama Rina sembari mendekat yang lalu duduk disamping Manis.
Perut Manis tiba tiba bergejolak . Dia berlari kearah kamar mandi yang berada tak jauh dari dapur.
"HHUUUEÈEEKKK... UUGHHHUUUKK... HHOOOOOEEEEKKKK ....."
Mama Rina dan mbak Ida tampak saling melempar tatap.
"Kenapa Nis?" tanya Mama Rina saat melihat Manis sudah kembali lagi kedapur.
"Nggak papa kok , cuma masuk angin Ma." jawab nya. Ia kembali melanjutkan aktifitasnya . Mama Rina manggut manggut.
"Ini mau bikin apa?" tanya Mama Rina yang melihat Manis memetik kangkung.
"Nggak tau , cuma bantu mbak Ida aja sih siapin sarapan Ma." jawab Manis lirih, dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
Dia sadar tak bisa selamanya ia bersedih, walau Kevin telah tiada, bukan berarti hidupnya pun berahir, life must go on.
"Bukannya mbak Ida mau masak sayur bayam ?! kok kamu malah metik kangkung ?! " tukas Mama Rina sedikit geli.
"Iya ya."
"Bikin tumis kangkung aja Nis kalau dah terlanjut . " sela mbak Ida dengan menggelengkn kepalanya, melihat tingkah Manis yang gagal paham .
"Ya udah , kita kerjain bareng biar cepet selesai." sahut mama Rina.
Setelah acara masak selesai. Mbak Ida mulai menata hidangan sarapan pagi itu dibantu oleh Manis.
Mama Rina memanggil suaminya dikamar untuk sarapan. papa Yori muncul dengan setelan jas yang rapi, ia akan berangkat kerja pagi itu.
Hanya Daniel yang belum menampakkan diri. Beberapa hari terakhir ia memang tidak berada dirumah. ada urusan yang tak dapat ia tinggal.
"Daniel mana ma? " tanya papa Yori. mencari anak yang kini tinggal satu satunya.
"Bukannya semalam sudah pulang dari kota S?" lanjut papa Yori sembari menyantap sarapannya.
"Ada dikamar." balas mama Rina ringan , "Kecapekan mungkin pa."
"Kapan bocah itu di kota S Ma? Kupikir dirumah terus dia .. " Manis yang semula terdiam ikut nimbrung.
"Udah dari dua hari yang lalu Nis." ucap Mama Rina.
"Kamu sih, ngurung diri dikamar trs, jadi gak tau deh adeknya gak dirumah. " sambung mama Rina lagi dengan senyum diwajahnya.
" Ngomongin aku ya ? " suara Daniel yang tiba tiba hadir dimeja makan pagi itu cukup mengagetkan yang lain. Ditariknya kursi lalu duduk dan mulai ikut sarapan.
"Eehh , udah bangun anak Mama." sambut mama Rina.
"Belum tidur malah Ma, rokok an aja dibalkon tadi." balas Daniel santai.
"Balik jam brapa kamu niel , semalam." tanya papa Yori, " Subuh tadi mama mu cuma bilang kamu dah balik dari Kota S."
"Jam dua." jawab daniel singkat, ia menyantap sarapan nya dengan lahap.
Manis hanya menjadi pendengar . Dia terdiam, dan mencoba merangkai kata dalam pikiran nya , ada hal yang ingin ia utarakan . Setelah ia menyelesaikan sarapannya, Dia mencoba bersuara.
"Mmm.. Mama, Papa." ucapnya mulai membuka maksud dan tujuannya.
"Kenapa sayang?" tanya mama Rina lembut.
"Mmmm... Minggu depan, aku akan berangkat ke kota S . " ucapnya agak ragu, namun harus diutarakanya.
Seketika aktifitas sarapan pagi itu terhenti sejenak.
"Mau apa ke kota S?" tanya pappa Yori.
"Kamu mau berlibur?" lanjut papa Yori lagi.
"Kalau mau berlibur disana ajaklah Daniel, dia cukup tau Kota S seperti apa . " sambung mama Rina." Skalian dia juga bisa nengokin kerjaan."
"Enggak ah, aku capek." seloroh Daniel."Nemenin cewe jalan-jalan tuh capek. muter sana sini gak jelas." lanjutnya lagi, mungkin ia bermaksud bercanda, seperti kebiasaannya dulu.
Mama Rina menatap anaknya kesal.. ia berfikir, mungkin dengan sedikit berpiknik bisa membuat Manis sejenak melupakan anak sulungnya. Sementara itu, Manis tampak tak begitu menghiraukannya.
"Mmmm.. Aku akan berada disana untuk waktu yang cukup lama Ma." ucap Manis lagi.
"Ada salah seorang temanku yang menawariku pekerjaan disana, enginer juga." lanjut Manis mencoba meyakinkan.
"Kamu akan kerja disana? Bagaimana dengan pekerjaanmu disini?" Mama Rina sedikit kaget, mendengar menantunya akan pergi ke luar kota. Yang menurutnya cukup jauh dari kota Jx.
"Mmmm.. Aku sudah keluar dari kantorku yang sekarang." balas Manis.
"Kenapa gak kerja dikantor papa aja, Nis?" papa Yori ikut bersuara.
"Kan lebih dekat, dari pada jauh jauh ke SBY."
Sejenak Manis terdiam, ia menghela nafas perlahan.
"Disana... Tidak ada kenangan Kevin, Pa." ucapnya lirih. mendengar itu mama dan papa saling menatap. Sedikit banyak mereka mengerti maksud Manis untuk pindah ke kota S.
"Baik disini, ataupun dikantor hanya dipenuhi ranjau kenanganku bersamanya." sambung Manis lagi. Dengan senyuman yang sedikit dipaksakan.
"Lalu dimana kamu akan tinggal disana?" tanya mama Rina, masih sedikit cemas.
"Ada kok." jawab Manis,"Ada kosan yang cukup dekat dengan tempatku akan bekerja nantinya."
"Dimana kamu akan bekerja?" Daniel yang sedari tadi hanya menyimak ikut bersuara.
"Dikawasan industri." ucap Manis berpindah menatap Daniel,"Anchor namanya."
"Itu memang bukan perusahaan besar sekelas P**** tapi disana lumayan." sambung Manis menjelaskan.
"Ooohh..." ada seberkas senyum tipis diwajah Daniel.
"Temanku bilang, gaji disana lumayan, dan kesejahteraan karyawan nya juga dijamin." ucap Manis lagi meyakinkan.
"Aku juga sudah melakukan wanwancara secara virtual kemarin. Dan hasilnya cukup bagus."
"Tapi kamu udah pasti diterima kan disana?" sahut papa Yori menyelidik
"Sudah. Karna itu aku berani bicara disini sekrang Pa, Ma." manis melanjutkan, menatap papa Yori dan Mama Rina bergantian.
"Jadii, Minggu depan aku berangkat. Minta doanya Papa, Mama."
Papa Yori dan mama Rina menyambut dengan senyuman.
"Jika itu sudah jadi keputusanmu, kami hanya bisa merestui, mendoakanmu yang terbaik . " ucap papa Yori bijak.
"Jangan sungkan untuk kembali kemari ya Nis , jika kamu libur . " sambung mama Rina. " Ini kan juga rumahmu."
Daniel menyenderkan punggung nya . Matanya terlihat bersinar , menatap Manis dengan senyum yang lebar.
Bersambung...
